Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seven As (Terlahir dari Rahim Seorang Ibu Sederhana)

3 Desember 2020   13:54 Diperbarui: 3 Desember 2020   13:58 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mereka berjuang mempertahankan rumah tangga mereka, perjuangan yang teramat sulit, apa yang kami rasa dalam berumah tangga belum sebanding dengan penderitaan mereka dalam berumah tangga.

 Tiga kali mereka dipisahkan oleh keluarga  yang tidak setuju mereka bersatu.  Sebagaimana orang berusaha memisahkan mereka sebegitu pula kuat mereka untuk tetap bersatu. Tiga kali mereka dipisahkan  tiga kali pula mereka bertemu kembali. Sekalipun jarak yang memisahkan mereka teramat jauh. Mempertahankan cinta mereka walau usia terpaut jauh hingga akhir hayat mereka.

Jadi ingat bagaimana rumah tangga yang aku bina, di porak poranda oleh keluarga suami tapi karena ketulusan cinta kita mampu mempertahankannya hingga ke jenjang dua puluh lima tahun.

Papa bekerja di PTBA, dan sebagai pemain sepak bola yang handal dan sebagai pemain drama di masanya.

Sedangkan mama, seorang tukang pel sebuah rumah sakit ABRI. Mama sosok wanita yang mau belajar dan akhirnya bisa menjadi seorang bidan di rumah sakit itu

Cinta mereka di uji dengan kepergian anak pertama mereka yaitu Asma Hendriani. Kalau menurut medis saudara tertuaku terkena kangker Teroid. Meninggal masih duduk di sekolah dasar . Sekitar kelas enam  dan pergi setelah mengikuti ujian akhir di sekolah.

Namun kalau dikaitkan dengan silsilah keluarga dari mama, terkena kutukan leluhur. Di keluarga mama ada kutukan tujuh turunan, bila mempunya anak pertama harus bercerai.

Ternyata cinta papa terhadap mama lebih kuat dari apapun yang menghantam rumah tangga mereka. Hingga leluhur mengambil  anak sulungnya untuk dijadikan tumbal.

Percaya atau tidak itu dari silsilah keluarga dan setelah ditelusuri ada benarnya, dari leluhur hingga nenekku semua bercerai setelah punya anak satu dan mama adalah turunan ke enam.

Sebelum menikah papa di usia empat puluh melakukan taubat nasuha, menghilangkan semua ilmu baik hitam atau putih. Karena mama seorang tenaga medis tidak terlalu memusingkan kutukan tujuh turunan itu. Sudah ajal anak sulungnya hanya sampai di kelas enam sekolah dasar.

Sejak kepergian anak sulungnya, kami sekeluarga pindah ke  tempat yang lebih menyejukkan hati, rumah yang sedikit demi sedikit di bangun dari hasil kerja keras mama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun