Menjadi mahasiswa baru bukanlah hal yang muda yang jauh dari orang tua, jauh dari sahabat sahabat. Harus bisa berbaur sedangkan aku super model yang terlalu diam dan kaku.
Aku hanya banyak diam sembari menulis puisi atau cerpen sekedar membunuh rasa bosan.
Aku pun sudah lupa, bagaimana kita menjadi tiga serangkai sahabat. Lagi lagi aku berada di antara dua laki laki sama seperti masa masa di putih biru dan putih abu abu.
Jangan sampai berulang  kisah semasa putih biru. Hal yang paling aku takutkan dalam bersahabat.
Hari hari yang kita lewati tak ubahnya sebagaimana sahabat, selalu bersama walau kita pulang akan berpisah  pada persimpangan.
Salah satu sahabat pintar bermain gitar dan bernyanyi, setiap ada kesempatan kita akan mendengarkannya bernyanyi sembari memainkan gitar dengan jemari jemari yang lentik, yang selalu aku  bilang tak cocok untuk ukuran jemari laki laki.
Lagu Camelia Ebiet G Ade ,adalah lagu kesenangan kita bertiga, Setiap kesempatan selalu di isi dengan petikan gitarnya yang sangat memukau.
Hari itu, dia mengajak aku bermain kerumahnya.
" An, main ke rumah ya, aku ingin kau tahu keluargaku," ujarnya sembari memainkan gitar.
" Boleh juga tuh, dari pada kita di kampus," kataku mengiyakan.
Ternyata untuk menuju ke rumah  Ahmad harus menyeberang sungai Musi. "