kita sama sama membelakangi diri, melangkah satu demi satu langkah hingga berhenti pada satu titik. Berbalik menatap jauh, rasa tak mampu untuk di bohongi, dingin,beku. Langkah kecil berubah berlari menuju rindu, peluk rindu mewarnai hati, akankah kita terpisah?
Hari bagai aliran kehidupan yang terkadang berhembus dan tak berhembis.seriap tarikan itu bermakna ketika Kembali membelakangi diri hingga siluet muncul menutupi diri, berbalik menatap punggungmu hingga menghilang dari pandangan. Bulir bulir ini kembali menggenang membiarkan mengalir di sela sela pori wajah. Berat...berat ketika berbalik membelakangi rasa
Tubuh lunglai tak berdaya, nafas pun tersengal dada semakin menghimpit berat ketika.nyaya harus dihadapi. Â Dalam satu tatapan rindu ini tak akan pernah pupus.
Luasnya samudera nahkan membentang hamparan gurun tak akan mengubahnya. Di sini di hati kita dalam raga sentuhan jiwa. Bagai air dan minyak tak akan pernah menyatu.
Biar...biarkan ia menjadi palung rindu, lepaskan seperti fiksi. Laikkah ini? Tak perlu terjawab karena kita tahu jawabannya. Sebatas kerinduan, sebatas keinginan.
Â
Â
Palembang,151120
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H