Jauh mata memandang adakah sesal yang terdalam di lubuk hati, sadarkah kau dengan apa yang kau lakukan, samudera itu luas seluar pengharapan yang ia tanamkan dulu.
Bukankah kau yang menjauh darinya, bukankah kau yang pergi meninggalkannya di kota sunyi, bukankah kau yang mengubur semua impian bahkan menghapus bayang
Untuk apa kembali jika luka lama terkuak kembali, untuk apa ada rasa sesal bukankah kau menghapus  harapannya. Untuk apa kembali jika hanya untuk melihat dia menangis
Biarkan dia dalam lingkarannya, biarkan dia pada kenyataan hidupnya karena kau telah mengubur kenangan itu, sebagaimana kau menguburnya
Pengecut, bukan bertahan pada impian, bukannya mempertahankan segala keinginan malah mundur tanpa pamit. Pengecut... bukannya berjuang untuk mempertahankan cinta tapi melangkah mundur tanpa ada penolakan
Tak perlu kau pandangi samudera karena dia tak akan kembali, tak perlu kau berjam jam menunggu senja mengantar jingga karena sang malam telah merengkuhnyaÂ
Tidak ada yang perlu kau sesali, semua telah terjadi. Air tetap mengalir dan kembali ke muaranya, walau tubuhnya tak termiliki.
Sikap dingin yang kau pertunjukan hanyalah menutupi kelemahan dan ketidak berdayaanmu. Senyum yang biasa menghias, menghilang berubah kaku tapi tetap tak mengubahnya.
Tapi dia  ada di dalam lubuk hatimu yang terdalam, walau tubuhnya tak temiliki namun kau akan merasakan cinta dan sayangnya masih tetap ada walau bayang terhapus sudah
Menjauh dari dermaga, berlari ke dermaga yang lain karena di sana ada yang menantimu dalam kecemburuannya.
Palembang,211020