Siapa yang tidak tahu perkembangan dunia sekarang apa lagi di masa pandemik  sekarang. Biasanya banyak yang menghabiskan waktu di luar rumah, mencari hiburan dan bertamasya kesana kemari atau sekedar mencicipi kuliner yang lagi viral.
Sekarang semua berubah menjadi tiga ratus delapan puluh derajat, semua bagai bom yang siap meledak dan tinggal menunggu waktu Hingga peralihan untuk  mengisi waktu diam di rumah saja.
Semua berbondong bondong membeli bunga, bahkan ada ibu ibu pegawai menyempatkan diri mencari kembang yang  harganya mahal menurut tak masuk akal dalam harganya.
Kenapa manusia sukaÂ
Memelihara kembang itu bukan untuk gengsi gengsian, atau sekedar di bilang pencinta kembang . Nanti tiba saatnya masa itu berlalu dan kembang kembang yang di katogori kembang mahal semua akan jatuh harganya tak ubahnya kembang di kuburan.
Bedanya, saya dulu tidak begitu menata kembang kembang dengan cantik yang terpenting ada di teras rumah dan mempercantik rumah itu sudah cukup
Di rumah tidak ada kembang yang harganya ratusan atau jutaan. Bagi saya tak perlu mahal yang penting buat hati adem, tenang melihat mereka tumbuh dan semakin besar itu sudah cukup bagi saya.
![img20201004072935-5f795660d541df09bb05d5f2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/10/04/img20201004072935-5f795660d541df09bb05d5f2.jpg?t=o&v=770)
Sering posting di fb membuat orang banyak yang melirik dan memberi pertanyaan di jual atau tidak. Setelah dipikir pikir apa salahnya di jual. Satu persatu kembang pun di bawa orang dengan harga standar banyak yang ingin membelinya.Â
Dari satu rak menjadi dua rak semua dari uang penjualan kembang. Dan sekarang teras  telah penuh kembang yang di tata dengan rapi sekali pun tinggal di rumah perusahaan tak menyurutkan ke inginan bercocok tanam.
Untuk mempercantik dan tertata rapi tanaman tak mengganggu kocek dari suami semua dari hasil jualÂ