Apa yang membuat hati berkeras untuk pulang. Hingga mampu mengalahkan kerasnya kehidupan
 Apa yang menjadikan nekat melangkah sendiri sedangkan tahu usia diri tak berbilang lagi
Pulang berarti menguak kisah lama, datang berarti melihat dingin dan acuhnya dirimu, yang selalu pura pura sibuk
Tapi tidak lengkap tanpa menatap wajah sendu yang selalu  suka untuk  di goda. Dingin sikap yang semakin mempermainkan jiwa.
Tapi kali ini terasa berbeda, wajah angkuh, dingin, acuh tiba tiba berubah tiga ratus delapan puluh derajat
Senyum yang membuat hati damai, tutur yang  lembut tapi menusuk, tatapan yang semakin merasa bersalah pada kesendirian.
Entah berapa purnama terlewati, bahkan meninggalkan jingga hingga fajar datang tanpa menyambut sang mentari
Kita saling menatap, berbicara dari bathin satu ke bathin yang lain, seakan mengalirkan energi baru pada setiap nadi.
Jika  bukan punya siapa siapa mungkin kita saling mendekap, mengeluarkan segala kerinduan yang tak pernah bertepi.
Ah... Masih seperti tiga puluh empat tahun yang lalu, dengan wajah anak anak yang tanpa dosa dan tak paham permainan hati.
Masih menjaga hati dan kehormatan diri. Walau sama sama tahu bahwa bola mata itu tak mampu berkata bohong tentang begitu banyak rasa dan cerita tak terceritakan