Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai Pengetahuan dan Pengalaman Baru dalam Proses Pembelajaran di Kelas pada SMPN 1 Sungai Raya
Oleh : Asnawi, S. Pd.Fis, Guru SMPN 1 Sungai Raya
Berdasarkan sejarah telah membuktikan bahwa seorang tokoh nasional yang telah dikenal mendunia yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai Bapak pendidikan nasional Indonesia telah meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional. Konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi landasan dan kebijakan pendidikan nasional. Konsep profil pelajar pancasila, sebagaimana visi dan misi kementerian pendidikan yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinnekan global, bergotong royong, Mandiri, bernalar kritis, dan kreatif merupakan penjabaran dari konsepsi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.
Menurut saya pribadi setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, Pengetahuan dan pengalaman baru dalam proses pembelajaran di kelas pada SMPN 1 Sungai Raya, dari proses tersebut yang diperoleh diantaranya adalah Ki Hajar Dewantara memandang proses pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat pada anak menurut zamannya. Dari pemikiran tersebut dapat diartikan bahwa guru seharusnya menempatkan diri sebagai fasilitator, mediator pembelajaran, dan menjadi teladan dalam bersikap/pergaulan kehidupan sehari-hari. Guru yang sesungguhnya bukanlah mengajar saja sebagaimana yang sering dipraktekkan saat ini di sekolah, bahwa guru dianggap senagai satu-satunya sumber pengetahuan kemudian melalukan proses transfer pengetahuan yang dimiliki di depan kelas secara menoton kepada peserta didik tanpa memerhatikan karakteristik/bakat dari peserta didik.
Pengetahuan lain yang saya dapatkan bahwa dalam menuntun perkembangan anak secara holistik, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran guru sebagai seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak seperti biji tumbuhan yang disemai oleh pak tani. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit yang kurang baik dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak Tani.
Demikian pula sebaliknya meskipun biji jagung itu yang disemai adalah bibit yang berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari nserta tangan dingin dari pak Tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak optimal. Filosofinya adalah bahwa guru memegang peran penting dalam tumbuh kembang potensi yang dimiliki anak, bagaimana guru menuntun dan mengarahkan anak menjadi penentu perkembangan belajar anak.
Dengan adanya dukungan dari semua pihak, fasilitas yang tersedia serta kemauan diri untuk selalu belajar dan mengembangkan diri merupakan kekuatan untuk menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran. Untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan terutama pada pola-pola pembelajaran yang dilakukan selama ini. Proses menuntun anak harus diberikan porsi yang lebih diutamakan dari proses mengajar anak.