Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia mengalami evolusi yang signifikan seiring dengan diterapkannya konsep Merdeka Belajar. Era ini menuntut adanya pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum PAI, yang lebih moderat dan inklusif, serta mampu menjawab dinamika zaman yang semakin kompleks.
Konsep ini mendorong pengembangan kurikulum PAI yang lebih moderat dan inklusif terhadap dinamika zaman yang semakin kompleks. Pendekatan baru ini tidak hanya menitikberatkan pada materi ajar yang relevan dengan nilai-nilai universal Islam, tetapi juga mengintegrasikan prinsip-prinsip inklusifitas, toleransi, dan keadilan dalam konteks kehidupan modern yang beragam.
Transformasi kurikulum PAI bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi pemimpin yang dapat menghadapi tantangan global dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai agama Islam secara moderat. Hal ini dilakukan dengan memperkuat pemahaman mereka terhadap ajaran Islam dalam konteks kehidupan sehari-hari yang multikultural.
Pengembangan kurikulum PAI menuju pendidikan agama Islam moderat menjadi suatu keharusan mengingat tantangan dan perubahan sosial yang terus berkembang. Kurikulum yang diperbaharui harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai universal Islam dengan konteks kehidupan modern yang pluralistik. Hal ini tidak hanya mencakup penyesuaian materi ajar, tetapi juga metode pembelajaran yang interaktif, mempertimbangkan keberagaman peserta didik, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai toleransi, keadilan, dan perdamaian.
Dalam konteks Merdeka Belajar, pendekatan pembelajaran PAI harus memfasilitasi eksplorasi, diskusi terbuka, dan pemikiran kritis terhadap ajaran agama Islam. Ini bertujuan untuk membentuk generasi yang tidak hanya paham akan ajaran Islam secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang multikultural. Dengan demikian, pendidikan agama Islam moderat tidak hanya menjadi alat untuk memperkuat identitas keagamaan, tetapi juga sebagai sumber kearifan dalam membangun harmoni sosial di tengah masyarakat yang beragam.
Peran guru dalam implementasi kurikulum ini sangatlah penting. Guru diharapkan mampu menjadi fasilitator yang menginspirasi dan memberikan teladan dalam praktik keagamaan yang moderat dan inklusif. Mereka perlu dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menyampaikan materi ajar dengan cara yang menarik, relevan, dan dapat dimengerti oleh peserta didik dari berbagai latar belakang. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menjadi teladan yang mengilhami peserta didik untuk mengembangkan sikap inklusif, menghargai perbedaan, dan mempromosikan perdamaian di lingkungan sosial mereka.
Pembaharuan kurikulum PAI juga bertujuan untuk mengubah paradigma pendidikan agama Islam dari sekedar pelajaran formal menjadi wahana pembentukan karakter yang inklusif dan progresif. Ini akan membantu mengatasi stereotip dan prasangka yang mungkin muncul terhadap agama Islam, serta memperkuat identitas keagamaan yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Dengan adanya pembaharuan ini, diharapkan PAI tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang statis dan kaku, tetapi sebagai wahana untuk mempromosikan kedamaian, keadilan, dan harmoni di tengah-tengah pluralitas masyarakat Indonesia. Transformasi kurikulum PAI menjadi pendidikan agama Islam moderat di era Merdeka Belajar merupakan langkah maju dalam merespons tantangan zaman, menjembatani kesenjangan generasi, serta mempersiapkan generasi muda sebagai agen perubahan positif dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik.
Oleh : Asna Mazaya
INISNU Temanggung
