Perceraian adalah peristiwa besar dalam hidup yang dapat memiliki dampak signifikan pada semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Efek psikologis dari perceraian orang tua terhadap kesehatan mental anak telah menjadi topik penelitian selama beberapa dekat. Esai ini akan membahas literatur mengenai dampak perceraian orang tua pada kesehatan mental anak, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan dampaknya, serta faktor pelindung potensial yang dapat mengurangi efek ini.
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perceraian orang tua dapat memiliki dampak negatif Pada kesehatan mental anak, termasuk peningkatan risiko depresi, kecemasan, masalah perilaku, dan kesulitan akademik (Amato, 2010; Fagan & Churchill, 2012; Kelly & Emery, 2003). Efek ini dapat berlanjut hingga dewasa dan dikaitkan peningkatan risiko perceraian serta hasil negatif lainnya.
 Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat keparahan perceraian orang tua pada kesehatan mental anak dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor. Misalnya, usia anak pada saat perceraian dapat mungkin lebih rentan terhadap efek negatif, karena mereka mungkin kesulitan memahami alasan perceraian dan lebih sulit beradaptasi dengan perubahan dalam stuktur keluarga mereka (Amato, 2010). Selain itu, kualitas hubungan antara anak dengan masing-masing orang tua setelah perceraian dapat mempengaruhi tingkat keparahan dampaknya. Anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan kedua orang tua cenderung lebih mampu mengatasi dampak negatif dari perceraian tersebut. Meskipun perceraian orang tua dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak-anak, terdapat juga potensi faktor pelindung yang dapat mengurangi dampak negatif. Misalnya, memiliki hubungan positif dengan orang dewasa selain orang tua, seperti seorang guru atau dosen, dapat membantu mengurangi efek perceraian orang tua terhadap kesehatan mental anak-anak (Kelly & Emery, 2003). Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan mental dan dukungan dari orang tua maupun teman sebaya juga dapat membantu mengurangi dampak negatif perceraian orang tua terhadap kesehatan mental anak-anak (Amato, 2010).Â
Dengan adanya perceraian tersrebut bisa menjadikan perasaan anak terhadap orang tua menjadi tidak aman dikarenakan ketidakpastian mengenai tempat tinggal, hubungan dengan orang tua, dan perubahan lingkungan dapat memicu kecemasan dalam perasan anak tersebut. Selain itu dampak yang terjadi kepada anak bisa berupa depresi dan kesedihan, yang membuat anak sering merasa bersalah atas perceraian orang tuanya, yang dapat menyebabkan depresi serta menjadikan anak berfikir bahwa mungkin mereka kurang di cintai oleh orang tuanya. Selain itu, juga bisa terjadi pada masalah perilaku anak, anak-anak dari keluarga yang bercerai cenderung menunjukkan masalah perilaku mereka seperti agresi, ketidakpatuhan, atau kenakalan remaja sebagai bentuk pelampiasan emosi. Selain itu, juga terjadi pada gangguan konsentrasi dan akademik anak tersebut yang membuat pengaruh besar dalam struktur keluarga yang dapat mengganggu fokus anak di sekolah. Mereka mungkin mengalami penurunan prestasi akademik karena sulit berkonsentrasi dikarenakan adanya masalah yang terjadi dalam keluarga.
Pada kasus perceraian orang tua sangat menimbulkan dampak yang membuat seorang anak menjadi memiliki mental health. Begitu pula yang tejadi pada mahasiswa pada kasus perceraian orang tua di ITSK RS. dr. Soepraoen Malang. Populasi mahasiswa pada kasus perceraian orang tua di Program Studi Keperawatan Tingkat III ITSK RS. dr. Soepraoen Malang sebanyak 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2022 -- 1 Juni 2022. Hasil penelitian menunjukkan gambaran kesehatan mental mahasiswa pada kasus perceraian orang tua sebanyak 15 (46,9%) mahasiswa memiliki gangguan kesehatan mental dan setengah sisanya 17 (53,1%) mahasiswa tidak memiliki gangguan kesehatan mental.
Pernikahan bertujuan membina kehidupan manusia secara rukun, tentram dan bahagia supaya hidup saling mencintai dan kasih mengasihi antara suami, istri, dan anak-anak, serta keluarga lain agar terciptanya keluarga yang sejahtera. Kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga sangat di butuhkan oleh anak-anak, karena merupakan satu satunya tempat dan lingkungan alami yang dapat dijadikan mendidik dengan baik dan benar, baik pendidikan jasmani maupun rohani serta dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka sendiri. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anak dan pendidikan anak, rumah tangga yang sehat, bersih, dan teratur serta diliputi rasa damai,aman,dan tentram serta rukun antara satu dengan yang lainnya akan mewujudkan keluarga yang bahagia yang hidup dalam masyarakat dengan melahhirkan anak-anak yang terdidik dan mempunyai harapan yang cerah dimasa yang akan datang.
Hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa pendidikan si anak, hubungan yang serasi penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pribadi si anak. Mengingat rumah tangga adalah tempat pendidikan yang pertama dikenal oleh anak, maka orang tua harus dapat mengetahui tentang tujuan pendidikan untuk anak-anaknya. Peran orang tua sangat penting dalam membimbing dan mengasuh anak kearah yang lebih baik, karena menurut Sujanto (Sudarsono, 2008: 125) bahwa essensi pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua memiliki peran penting untuk membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak dalam mendidik dan memberikan arahan yang lebih baik. Dengan timbulnya perceraian maka pengasuhan dan pendidikan anak lebih sering di abaikan oleh orang tua, sehingga perceraian orang tua berdampak banyak terhadap anak anak dalam rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian studi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini sebanyak 8 orang yang berasal dari keluarga broken home (bercerai), anak-anak ini biasanya tinggal bersama ibunya, tanpa ada perhatian dari ayahnya .
Keluarga itu merupakan salah satu kelompok manusia yang hidup bersama dengan hubungan darah atau ikatan pernikahan. Dalam kelurga tersebut dapat menimbulkan perselisihan sehingga dapat mengkitbatkan kerektalkan keluarga atau broken home. Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan suami istrinya saja, tetapi dapat melibatkan dapat melibatkan anak khususnya yang memasuki usia remaja, perceraian itu bisa menjadikan beban tersendiri bagi anak sehingga berdampak pada psikis. Akibat dari perceraian dapat membuat anak kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, arogan dan susah tidur, serta dapat membuat hubungan komunikasi yang buruk. Dalam hal ini bisa di pahami bahwa membangun sebuah hubungan yang serius dengan menjadikan hubungan sebagai pernikahan haruslah di fikirkan secara matang dan sempurna agar tidak menjadikan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi seperti terjadinya perceraian orang tua yang sangat menimbulkan dampak buruk bagi fikiran serta mental anak tersebut.
Ada beberapa tujuan yang dicapai pada penelitian ini mendeskripsikan bahwa, adanya dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologis anak, ada nya dampak perceraian orang tua terhadap prestasi belajar anak, adanya langkah- langkah pemulihan perkembangan psikologis anak akibat perceraian orang tua, dan adanya langkah langkah pemulihan prestasi belajar anak akibat peceraian orang tua.secara psikologis, anak-anak dari keluarga yang bercerai sering sekali mengalami tekanan mental dalam dirinya. Dengan timbulnya perceraian bisa berdampak pada emosional bagi anak, anak-anak yang mengalami perceraian sering sekali menghadapi berbagai emosi negative, seperti kesedihan, kemarahan, kecemasan, dan rasa bersalah. Mereka mungkin merasa kehilangan stabilitas dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang bercerai memiliki resiko lebih tinggi mengalami depresi atau gangguan kesehatan. Selain itu, ternyata perceraian orang tua bisa memberikan dampak social bagi anak yang dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak mungkin lebih menjadi lebih tertutup atau lebih agresif dalam hubungan social mereka. Selain itu anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang bercerai cenderung memiliki pamdangan negative terhadap hubungan romantis dimasa depan, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan jangka panjang. Selain itu juga bisa berpengaruh terhadap akademik si anak ,secara akademik anak-anak dari keluarga yang bercerai sering mengalami penurunan prestasi di sekolah, hal ini bisa di sebabkan oleh gangguan emosional, kurangnya konsentrasi, atau perubahan dalam rutinitas sehari-hari. Perubahan tempat tinggal atau sekolah juga dapat menambah tekanan pada anak, yang berdampak pada performa akademik mereka.Â
Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin kehilangan motivasi untuk belajar karena merasa kurang mendapatkan dukungan emosional dari orang tua yang sibuk dengan konflik mereka. Anak-anak yang mengalami perceraian dari kedua orang tuanya mungkin menghadapi tantangan dalam membangun hubungan pribadi mereka sendiri. Mereka cenderung memiliki pandangan yang skeptis tentang pernikahan dan mungkin menghindari komitmen. Selain itu dampak psikologis seperti depresi atau kecemasan yang tidak diatasi dengan baik dapat terus memngaruhi kehidupan mereka di masa dewasa. Langkah kedua untuk meminimalkam dampak negatif adalah orang tua harus berkomunikasisecara terbuka dengan mereka memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak tentang situasi yang terjadi, anak-anak perlu diyakinkan bahwa perceraian bukanlah kesalahan mereka dan bahwa kedua orang tua tetap mencintai mereka. Selain itu orang tua dapat mencari bantuan dari konselor keluarga atau psikolog anak untuk membantu anak menghadapi perubahan ini dengan lebih baik. Penting juga bagi orang tua untuk menjaga hubungan yang sehat dan stabil dengan anak-anak, meskipun mereka tidak lagi bersama sebagai pasangan.Â
Perceraian orang tua merupakan peristiwa yang kompleks dan dapat memiliki konsekuensi jangka panjang bagi perkembangan anak. Perkawinan bertujuan membina kehidupan manusia secara rukun, tentram dan Bahagia supaya hidup saling mencintai dan kasih mengasihi antara suami istri dan anak-anak serta keluarga lain agar terciptanya keluarga yang sejahtera. Kerukunan dan keharmonisan dalam runah tangga sangat dibutuhkan oleh anak-anak, karena merupakan satu-satunya tempat dan lingkungan alami yang dapat di jadikan mrndidik anak dengan baik dan benar. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak.