Perjalanan berlanjut menuju Leang-Leang untuk memenuhi rasa penasaran kami tentang peninggalan jaman prasejarah di sana. Setelah membayar karcis masuk, kami menelusuri kawasan Leang-Leang.Â
Namun, dia dengan senang hati membuka kembali kunci pagar dan menunda istirahat siangnya. Pagar di depan gua harus dikunci jika penjaga sedang tidak di tempat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya gua dijadikan sebagai tempat ritual, juga untuk mencegah vandalisme yang membabi buta. Dinding gua sudah banyak yang dirusak oleh ukiran nama pengunjung. Â
Lukisan 5 jari dipercaya sebagai penolak bala, sedangkan lukisan 4 jari disimbolkan sebagai bentuk duka yang mendalam. Lukisan babi dan rusa adalah simbol perburuan pada saat itu.Â
Kami masuk ke dalam gua lebih dalam. Senter hp kami nyalakan untuk membantu menerangi dalam gua. Terlintas dalam pikiran caranya manusia jaman dahulu masuk ke dalam gua yang kita harus meniti beberapa buah anak tangga. Apakah dahulu mereka pasang tangga juga? Barangkali dahulu bentangan alam di sini berbeda kondisinya dengan sekarang.
Mengunjungi Danau Pasir Putih dan Mencoba Helena Sky Bridge di Kawasan Taman Nasional Bantimurung
Burung-burung tak ingin ketinggalan dengan mengeluarkan suara yang tidak kalah merdu. Sesekali mata akan dimanjakan dengan kupu-kupu yang hilir mudik memperlihatkan sayap indahnya. Birunya air sungai membuat kami berhenti sejenak untuk menikmati indahnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!