Selain gunung Bromo juga Semeru, Jawa Timur mempunyai deretan air terjun yang menakjubkan. Misalnya air terjun Madakaripura di Probolinggo, Kapas Biru di Lumajang, dan Tumpak Sewu yang ternyata tidak kalah cantik.
Orang Jawa Timur biasanya menyebut air terjun dengan sebutan coban (bukan cobaan). Tumpak Sewu merupakan air terjun yang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Ada yang bilang kalau Tumpak Sewu ini masuk dalam wilayah Kabupaten Malang. Ya, Tumpak Sewu memang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Entahlah! Semoga jangan sampai berselisih seperti Kediri vs Blitar yang pernah memperebutkan gunung.
Pagi itu, ditemani saudaranya teman, saya menuju lokasi air terjun Tumpak Sewu. Agenda utama ke Lumajang sebenarnya untuk menghadiri pernikahan teman kuliah. Saya pikir, mumpung ke Lumajang tiada salah sekalian menyapa Tumpak Sewu. Sekitar pukul 07.00 WIB, berangkatlah kami dari pusat kota Lumajang menuju Pronojiwo. Saya dibonceng naik motor traildan inilah pengalaman pertama saya. Ih, ternyata seru juga naik motor trail.
Sekitar pukul 10.00 WIB kami sampai di lokasi air terjun Tumpak Sewu. Saya tidak tahu pasti waktu tempuh dari pusat kota Lumajang sampai Pronojiwo karena kami mampir di hutan bambu yang merupakan tempat wisata baru di Lumajang.
Setelah motor diparkir dan bayar tiket masuk (sebesar 10 ribu per orang dan biaya parkir 5 ribu), kami segera turun ke bawah. Sayangnya, kami sudah dapat kabar buruk dari bapak tukang parkir. Katanya, kami tidak bisa turun ke bawah karena sedang ada renovasi jalur trekking. Kami hanya bisa menikmati air terjun dari pos Panorama.
Kami pun turun dengan kaki yang terasa berat. Yah, bakalan gagal dong menikmati percikan air terjun? Sesampainya di pos Panorama, kami langsung disuguhi pemandangan yang sungguh cantik. Keindahan air terjun ditambah dengan pelangi yang nampak malu-malu.
"Saya tidak akan berhenti sampai di sini. Saya harus turun sampai ke lembah air terjun!", kata saya dalam hati. Seperti paham suara hati dan raut muka saya, teman saya menawarkan untuk turun ke bawah, namun melalui jalur dari kabupaten Malang. Memang air terjun Tumpak Sewu bisa diakses dari Lumajang dan dari Malang. Namun, katanya dari Lumajang lebih mudah dijangkau.
Saya mengamati anak tangga yang samar-samar di depan mata, ialah penampakan jalur trekking dari Malang. Anak tangga yang tidak ergonomis sama sekali.
Kami berempat pun turun. Kaki baru melangkah turun beberapa meter, kami dihadang oleh 2 orang bapak-bapak. Mereka menyuruh kami balik ke atas dengan arti lain melarang untuk melanjutkan turun ke lembah. Teman saya mencoba meyakinkan kedua bapak itu. Saya pasang senyum selebar mungkin berharap bisa membantu. Walhasil, mereka mengizinkan kami berempat turun ke bawah asal hati-hati dengan kondisi jalan.
Tangga yang terbuat dari bambu memang sudah banyak yang lapuk dan rusak, sehingga kami harus berhati-hati. Ini pengalaman pertama saya ke Tumpak Sewu. Teman saya sudah beberapa kali dan kecepatan langkahnya tentu berbeda dengan saya. Barangkali sambil merem pun dia bisa sampai ke lembah air terjun dengan selamat.
Selain tangga bambu yang rapuh, bebatuan licin, terjal dan curam, ada juga tangga dari semen di beberapa titik. Namun, lebih banyak jalanan bebatuan licin yang selalu dialiri air. Hanya ada tali tambang untuk berpegangan, akar tanaman, atau dahan yang bisa diraih. Sebaiknya jangan berpikir untuk berpegangan kepada tangan mantan. :D