Mohon tunggu...
Asmi Hani Rosyadi
Asmi Hani Rosyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalis

"Artikel lahir dari proses kreatif intelektual seseorang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Masa Depan Jurnalisme di Era Konvergensi Media

15 April 2021   14:53 Diperbarui: 15 April 2021   15:25 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di zaman yang sudah pesat seperti sekarang ini, internet menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. 

Internet mempermudah segala kebutuhan manusia, termasuk kebutuhan komunikasi. Kita dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan mudah dan selalu baru setiap detiknya. Banyak perubahan yang terjadi dengan adanya internet ini, mulai dari sosial, ekonomi, hingga perubahan teknologi. Salah satunya yang mengalami perubahan adalah media. Media diera digital sekarang ini mengalami konvergensi. Konvergensi media adalah penggabungan dari beberapa jenis media dan hadir dalam bentuk digital. Sebelum adanya digital, media berjalan dengan sendiri - sendiri, namun setelah digital ini masuk, media sekarang melebur mau tidak mau media harus bisa menyesuaikan diri dan bekerjasama dengan lain nya.

Teknologi digital selalu mempunyai ujung dua mata pisau, menguntungkan dan merugikan.

Kondisi media saat ini bisa dikatakan sedang berdarah-darah, terlebih media konvesional. Sebagian masyarakat pembaca media cetak semakin berkurang, masyarakat beralih ke digital, tidak lagi orang membeli koran atau majalah untuk mendapatkan informasi, mereka lebih memilih membaca konten pada gadgetnya. Dengan berkurangnya pembaca media cetak ini, iklan yang masuk semakin berkurang, media cetak mengalami defisit setiap bulan nya dan secara komersilpun tidak ada pemasukan, karena media cetak mengandalkan iklan yang masuk untuk pemasukan dan biaya operasi redaksi. Biasanya media cetak seperti koran menjual perhalaman untuk iklan nya. Para investor iklan sendiripun sudah banyak yang beralih ke digital, karena para pembaca media cetak sudah sepi pembaca. Bukan berarti dengan adanya perubahan diera sekarang media konvesional tidak mampu beradaptasi. Media-media cetak sebagian besar sudah beralih juga ke digital, namun secara komersil dalam dunia online belum bisa diandalkan, karena masyarakat yang terbiasa dengan informasi yang gratis, dan iklan yang masukpun tidak seberapa.

Media luar seperti Newyork Times sendiri sudah menerapkan untuk konten digital berbayar yang setiap pembacanya bisa berlangganan setiap bulan untuk menikmati konten berita dari Newyork Times, konten digital berbayar ini sangat memberi dampak untuk media, karena dari sini khalayak ikut membiayai liputan berita. Namun untuk di Indonesia, masih sedikit orang yang mau berlangganan konten berita berbayar, hal ini dikarenakan kurangnya minat untuk membaca dan masih banyak yang mempunyai pikiran jika ada sesuatu yang bisa didapatkan secara gratis, mengapa harus berbayar.

Kesulitan untuk mendapat pemasukan ini adalah kondisi yang mengkhawatirkan bagi media cetak, karena untuk mendapat sebuah informasi mereka harus tetap harus menerapkan prinsip-prinsip dan kode etik jurnalisme. Tentu hal ini membutuhkan biaya operasional yang tinggi, untuk biaya produksi, suplai kertas koran, wartawan, dan masih banyak lagi. Lambat laun jika kondisinya terus seperti ini, media cetak bisa tidak beroperasional lagi dan punah, karena jurnalis bukan lagi satu satunya yang memberi informasi kepada masyarakat, sebelumnya jurnalis lah yang mempunyai kendali kontrol terhadap arus informasi, sekarang muncul seperti blogger, influencer, dan masyarakat itu sendiri, walaupun informasi yang mereka berikan tidak kredibel, dan sangat jauh dari prinsip jurnalis. Hal inilah yang harus menjadi pertimbangan masyarakat bahwa sudah seharusnya masyarakat menggantungkan informasi ke media konvesional yang lebih dipercaya, dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran nya. 

Pers adalah pilar demokrasi keempat, pers mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat dalam mendapatkan konten informasi, jika pers ini tidak mampu beradaptasi dan bertahan diera digital sekarang ini, tentu akan berdampak besar dalam arus informasi yang ada dimasyarakat. 

Lalu bagaimana nasib jurnalis dan karya jurnalistiknya jika media konvesional ini tidak bisa bertahan? Bagaimana masyarakat mendapatkan informasi yang relevan? Ini merupakan tantangan yang besar, bukan hanya untuk media konvesional dan jurnalis, namun juga untuk masyarakat. Tantangan media konvesional saat ini adalah bagaimana mempertahankan eksistensi media konvesional, dan mencari peluang model bisnis baru media pada digital, membuat satu model bisnis yang disesuaikan dengan market digital, memaksa untuk beradaptasi dengan audiensi, konten dengan begitu media bisa tetap relevan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun