Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Venezuela Menuju Kebangkrutan Ekonomi

30 Mei 2018   01:45 Diperbarui: 30 Mei 2018   16:06 1829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang mengumpulkan sampah makanan didepan pasar di Coche, Caracas (AP Photo/Fernando Llano)

Mata dunia belakangan ini tertuju pada kondisi perekonomian Korea Utara dan progress denuklirisasi - diplomasi perdamaian  US dengan Korea Selatan. Tapi Korea Utara bukan satu-satunya negara sosialis yang dilanda kondisi ekonomi yang begitu buruk, bahkan diperkirakan ada negara yang kondisi ekonominya tidak lebih baik dari Korea Utara, dan negara itu adalah Venezuela.

Venezuela adalah negara yang berada di Amerika Latin dengan ibu kota Caracas. Venezuela berbatasan dengan Columbia, Guyana dan Brazil. Venezuela pernah menganut paham sosialist demokrasi sebelum menganut sosialist otoriter. Akar pemasalahan ini dimulai ketika dimasa pemerintahan Hugo Chavez  selama 14 tahun dari 1999 -2013.

Chaves sendiri merupakan politisi dengan latar belakang militer dengan pangkat letnan colonel. Chaves memenangkan pemilu pada tahun 1998 dan terpilih menjadi presiden ke 64, setelah sebelumnya gagal melakukan pemberontakan melawan kepemimpinan Rafael Caldera.

Chaves merupakan anak didik dari Fidel Castro (Presiden Cuba yang menjabat lebih dari 52 tahun). Sehingga pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Castro. Chaves bahkan menjual harga minyak yang sangat murah ke negara-negara latin seperi ke Cuba untuk ditukar dengan jasa dokter dari Cuba.

Venezuela dibawah kepemimpinan Chaves menjiplak model ekonomi dari Cuba dengan memberikan kekuasaan yang penuh pada negara untuk mengontrol ekonomi, merampas hak-hak perusahaan privat dengan menasionalisasi ribuan perusahaan privat dan industri menjadi perusahaan milik negara. Chaves juga memanipulasi mata uang, mengontrol media massa dan membatasi hak-hak warga sipil. Paham sistem ekonomi ini kemudian dikenal dengan Chavismo yang kemudian dilanjutkan oleh presiden selanjutnya Nicolas Maduro.

Meskipun Chaves selalu memposisikan dirinya sebagai Bolivarianism, suatu paham yang diperkenalkan oleh Simon Bolivar yang intinya menggabungkan semangat sosialis, nasionalist patriotisme dan melawan ketidak adilan pada penjajahan, kesenjangan, dan korupsi. Akan tetapi pada prakteknya sangat jauh dari teori.

Kemiskinan dan Kejahatan Merajalela

Penderita malaria menunggu penanganan didepan Rumah Sakit San Felix (Photograph: William Urdaneta/Reuters)
Penderita malaria menunggu penanganan didepan Rumah Sakit San Felix (Photograph: William Urdaneta/Reuters)
Venezuela dulunya adalah negara amerika latin yang paling kaya dengan cadangan minyak paling besar di dunia, jauh lebih besar dari Arab Saudi. Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini kondisi ekonomi politik Venezuela berubah menjadi begitu buruk dengan tingkat hiperinflasi mencapai 14000% ditahun 2018 dan tercatat sebagai negara tingkat inflasi paling besar di dunia, meskipun belum melampaui hiperinflasi di Zimbabwe sebesar 231,000,000% di tahun 2008. Sebenarnya hiperinflasi juga pernah menimpa negara-negara amerika latin lainnya termasuk Brazil, Mexico dan Argentina, akan tetapi tidak sebesar hiperinflasi yang menimpa Venezuela.

Tingkat pertumbuhan ekonomi sejak 2013 juga negative, bahkan mencapai -15% pada tahun 2016 dan tidak menunjukkan perbaikan berarti sampai sekarang.

Ini membuat konsidi Venezuela sekarang amat sangat menyedihkah, hampir 87% penduduk Venezuela hidup dibawah garis kemiskinan pada tahun 2017. Masyarakatnya dilanda kelaparan, dan mereka harus mengais-ngais tempat sampah untuk mencari makanan karena kurangnya pasokan makanan di toko-toko. Mereka juga harus antri berjam-jam (sampa tujuh jam) hanya untuk mendapatkan dua kantong terigu.

Tidak hanya itu, obat-obatan juga hilang dipasaran dan ditambah lagi tingginya angka wabah malaria menyebabkan tingginya jumlah pasien yang harus antri diluar rumah sakit untuk menunggu penanganan dari pihak rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun