Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Negara dan Politik Pintar-pintar Ngeles

17 Mei 2018   16:43 Diperbarui: 17 Mei 2018   19:01 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi, Photo Sumber: i.pinimg.com

Kebijakan ekonomi politik di Indonesia sangat identik dengan politik penyangkalan (pintar-pintar ngeles). Politik penyangkalan disini mengacu pada penyangkalan akan pokok permasalahan atau menolak untuk menghadapi (menerima) kenyataan dan mengingkari segala tuduhan yang memiliki dampak politik jangka pendek, sehingga menafikkan dampak jangka panjang.

Politik penyangkalan bukan sesuatu yang baru, banyak negara-negara di dunia yang juga kerap terjebak dalam kondisi politik seperti ini, seperti misalnya sikap penyangkalan yang di lakukan oleh pemerintah Afrika Selatan ketika menghadapi masalah epidemik AIDS ditahun 1982.

Pada tahun 1990, Afrika selatan dibawah pemerintahan Thabo Mvuyelwa Mbeki, menolak untuk melakukan penelitian secara medis serta menolak bukti medis berupa virus yang menjadi hambatan untuk memberikan pengobatan pada penderita AIDS yang menyebabkan kematian 300,000 warga negara Afsel. Angka ini terus naik dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2013, hampir 28% dari siswa perempuan yang masih duduk dibangku sekolah positif mengidap HIV dan hanya berselang 3 tahun setelah itu, 7.8 juta orang terinfeksi penyakit AIDS.

Keengganan pemerintah Afrika Selatan untuk menghadapi dan mengatasi masalah tersebut dengan menganggap bahwa masalah tersebut tidak ada dalam masyarakat, telah menyebabkan kematian jutaan warga negara Afrika Selatan.  

Kepribadian dan Perilaku Politik

Dalam buku Michael Milburn dan Sheree Conrad yang berjudul The Politics of Denial, menjelaskan bahwa politik penyangkalan ini tidak lepas dari kepribadian dan budaya yang membentuk ciri khas serta perilaku politik dinegara tersebut.

Teori ini mirip dengan pendapat Stanley Cohen, dalam bukunya States of Denial: Knowing about Atrocities and Suffering yang juga berpendapat bahwa nilai-nilai moral membentuk relativitas budaya yang tercermin pada perilaku politik.

Teori-teori ini banyak dijadikan sebagai landasan para akademisi dunia untuk melihat bagaimana pola kebijakan politik suata negara ketika menghadapi suatu permasalahan.

Yang menarik dari pendapat Cohen adalah, orang yang menghadapi masalah dengan menyangkal akan membentuk perilaku (behavioral/attitude)  mereka, sehingga, ketika dia membuat keputusan, maka alam bawah sadarnyalah yang akan memberikan reaksi lebih cepat, ini juga biasa dikenal dengan cognitive psychology.

Terdapat tiga jenis penyangkalan menurut teori Stanley Cohen yaitu: penyangkalan secara harfiah (literal denial), Penyangkalan interpretatif (interpretative denial), dan penyangkalan implikatif (implicatory denial).

Pengertian literal denial mangacu pada penyangkalan pada data, ilmu dan fakta yang sudah jelas-jelas ada buktinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun