Mohon tunggu...
Ummu FAF
Ummu FAF Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu 3 orang anak

Saat ini aktif menuntut ilmu, belajar menulis, untuk mengupgrade diri demi menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rules Of Uang Mingguan Anak

11 Februari 2019   22:51 Diperbarui: 9 November 2019   22:40 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak mulai berkenalan dengan yang namanya jajan saat mereka mulai bersosialisasi dengan anak-anak seusia mereka. Anak pertama termasuk anak yang lambat mengenal uang. Kebutuhan snacknya selalu berusaha saya penuhi dengan sistem belanja bulanan. Perubahan terjadi saat anak kedua sudah memasuki usia TK. Kondisi payah saat saya hamil anak ke 3 membuatnya ikut tantenya selama beberapa hari di Bandung. Namanya juga diasuh sama mahasiswi, masih gadis, cara ngasuhnya ya asal anaak senang. Maka kebutuhan snack timenya dipenuhi dengan diajak belanja ke warung atau Indomaret. Tidak ada aturan, asal anak senang. Maka anak kedua adalah anak yang sangat cept mengenal uang dan  doyan jajan.

Jika dituruti maka budget jajan anak-anak (3 anak saya) ternyata besar juga. Sehingga saya sampai pada titik harus diatur. Terlebih setelah mengikuti training parenting Abah Ihsan. Rumah harus memiliki rules. 

Gak Ada Jajan, Yang Ada : Saya mau beli ....

Hal yang cukup berat diubah dalam mindset anak-anak jika sudah berlangsung berbulan bahkan tahun adalah kata : jajan!. Kita harus bisa menghilangkan kata ini dulu. Dan menggantinya dengan "Saya mau beli ini....". Penyebab budgt menjadi besar adalah saat kita tau anak-anak mendatangi warung tanpa ditetapkan dulu apa yang mau dibeli. Maka segala yang disukai mata dibeli. Iya tau iya? Nggak ada beda anak-anak atau orang dewasa.

Snack Time

Aturan pun tidak berat dijalankan o mereka. Mereka menerima & percaya, aturan itu u kebaikan mereka. Terkait uang saku, kami sudah duduk bertiga, ngobrol apa harapannya ummi dan apa maunya mereka.
 
Dealnya sbb :
 - Kakak 30rb, buat Aqeela 20rb.
 - Setiap mereka menghabiskannya maka minggu berikutnya dikurangi 1000 rupiah.
 - Jika mereka menyisakannya maka minggu berikutnya ditambah 1000 rupiah.
 - Jika gak kurang sama sekali maka ditambah 2000 rupiah.
 - Tidak ada jajan. Yang ada adalah membeli sesuatu yang jelas. Boleh melangkah ke warung setelah jelas apa yang mau dibeli dari rumah.
 
 Perubahan pun terjadi. Terlihat dari naiknya kemampuan mereka menentukan makanan apa yang baik untuk dibeli dan mana yang tidak.
 Jazakallah khoir guru Abah Ihsan untuk ilmunya di PDA.
 
 Sekitar 40 menitan setelah ijin. Kakak no.1 berlari sambil manggil-manggil emaknya,
 " ummi, ini buatan kami. Aqeela belinya susu Dancow. Trus dia bikin pancake, ditabur susu, trus kakak parutin coklat cookies"
 Ya, perubahan besar terlihat pada anak no.2, si jago jajan. Beberapa snack yang kurang bagus ia ganti dengan telur & susu. Walaupun imbasnya dapur yang berantakan. Gak apa-apa lah!
 
 " iiih keren, bagus kak, sini ummi foto dulu"
 Foto trus diposting dan diberi tulisan, adalah bentuk apresiasi saya. Anak-anak suka, krn merasa dihargai jika bertingkah laku baik.
 
Apakah terjadi ideal seperti tulisan saya setiap hari? Nggak!! Jangan halu! Namanya ngajar anak-anak perlu berulang-ulang mengingatkan baru akan tertanam kuat. Gak instan mak! 

Semangat! 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun