Ia bilang ingin mewujudkan kebenaran. Ia hanya membenarkan wujud. Wujud benarkan ia. Ia, membuatku muak dengan idealisme yang kita setubuhi. Tolong jangan marah dulu, aku bukan mau menyalahkan nyanyi api yang sedang asik menyala di tepi. Sedari tadi hanya diam menyanyi, tanpa isyarat memendam tanya. Ia tidak membuat onar di sini.
Aku muak dengan idealisme. Yang berawal dari bara api, kemudian menyulut, menyala, berkobar, mati. Iya, ia bilang akan menjunjung tinggi kebenaran. Sebenarnya tak ada yang salah dengan sesuatu yang tinggi, hanya saja ia membenarkan tinggi yang ia junjung. Ia tinggi, membenarkan junjungannya.
Aku muak dengan idealisme. Kini aku tinggal sisa-sisa arang yang masih menyala. Sulut aku saja lagi, siapa tahu bisa berkobar kembali tanpa bensin seperti dia. Siapa tahu saja masih bisa merambatkan panas sampai ke ulu hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H