Mohon tunggu...
Asmawatty Lazuardy
Asmawatty Lazuardy Mohon Tunggu... -

Hidup Untuk Disyukuri\r\nHidup Untuk Sukses\r\nHidup Untuk Berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Rise of True Love... ♥7♥

6 Oktober 2011   09:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:16 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jasmine Prudence Dunggio?

“Ya, itu nama lengkapmu. Dan ‘Prue’ adalah kependekkan dari Prudence, panggilan sayang dari keluarga dan orang-orang terdekatmu. Dunggio, adalah nama keluarga dari pihak papamu… Apa ada yang kau ingat, setelah ini?”

Jasmine menggeleng.

Pria itu nampak menghela nafas dengan raut kesedihan. Kepalanya tertunduk. Wajah tampannya takbisa menyembunyikan kekecewaan yang mendalam, melihat reaksi Jasmine yang tak tergugah sedikit pun dengan cerita masa lalunya. Hanya ada kebingungan dan gumpalan ketidak-mengertian yang membuatnya merasa telah melakukan pekerjaan sia-sia.

Ibarat menggantang asap… Bagai antan pencungkil duri… Bagai mencari kutu di dalam ijuk… Bagai menyukat belut… Bagai mencincang air… Seperti menyurat di atas air……… Sia-sia… Semuanya sia-sia…

Ma-maafkan aku…, ”Jasmine berkata dengan nada penyesalannya yang sangat kental terdengar.

”… sudah kucoba mengingatnya, tapi kepalaku hanya bertambah pusing saja. Kalau kau tahu, nama Jasmine pun kudapat dari tanda pengenal yang ditulis pramugari sebelum kecelakaan naas itu…”

“Tak apa… Tidak seharusnya aku memaksamu untuk terus mencoba mengingat. Bagaimana? Kau masih mau dengar ceritaku?”

Sang tamu nampak semakin bersabar dengan kalimatnya kini. Pemahamannya tentang kata ‘amnesia’ barangkali sudah mempengaruhinya.

“… Orang tuamu sudah lama berpisah. Itu, sejak kau masih di SMA. Setelah itu kau tinggal dengan tante Ida, adik papamu, yang kau anggap sebagai mamamu sendiri. Tapi, menyesal sekali harus kuceritakan, tante Ida wafat seminggu setelah kabar kepastian bahwa semua penumpang Adam Air telah hilang tanpa jejak……

Sampai di sini, pria itu menghentikan ceritanya.

… Andai Tuhan memberinya waktu sedikit lebih lama lagi… tak terbayangkan betapa bahagianya dia melihatmu selamat, sehat bugar tak kurang suatu apa pun…

Kini, tak hanya tertunduk… kedua tangannya ditangkupkan menutupi wajah. Pasti berat sekali baginya mengalami peristiwa yang menyedihkan itu. Melihat seorang ibu yang putus asa dalam penantian menantikan kabar putrinya yang diberitakan tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang…, hingga akhirnya maut yang memenangkannya di ujung penantian.

Jasmine pun larut dalam kesedihannya.

Tangannya menimang selembar foto dari pria itu. Ada gambar dirinya yang tertawa lebar dengan tangan melingkar di bahu dua orang yang mengapitnya. Seorang wanita cantik separuh baya, dan pria itu sendiri.

Meski sulit baginya membayangkan kehangatan dari senyum ramah di wajah tante Ida, namun tak urung, duka yang ditampakkan sang tamu, dan ceritanya yang dibawakan dengan sangat baik itu, turut serta merta merogoh kesedihan dalam hatinya.

Sungguh… Aku tidak tahu harus berkata apa, ma-maafkan aku. Umh… aku juga tidak ingat pernah memiliki kakak sepertimu… Ma-maafkan… aku yaa…”

Suara parau Jasmine terdengar putus asa. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan berucap apa dengan semua banyak cerita tentang dirinya di masa lalu.

Kakak… ?!, Pria itu bertanya dengan keputus-asaan yang sama. Terlihat sangat menyesakkan dada......

“… Aku? Kakak?...... Ini aku, Prue! Davy ! Kau dulu memanggilku Davos ! Panggilan sayang katamu… Spesial untuk seorang Davy yang mengesalkan, menjengkelkan, menyebalkan, namun sayangnya… sangat diidamkan !

Jasmine terperangah mendengar penuturan itu. Namun wajah pria di depannya sangat tidak menunjukkan roman bercanda. Super serius, bahkan.

“… Davy davos gigi loe tonggos… Davy davos kentut loe mbrobos… Davy davos doyane brongkos… Davy davos pengen gua jotos… “

Jasmine cepat menutup mulutnya yang semakin menganga, karena tanpa pernah diduganya, tiba-tiba saja pria itu berdendang entah lagu kebangsaan negara mana… Ngga jelas!

“Kau tidak ingat juga…?! Itu lagu ejekanmu yang selalu dan hanya kau tujukan untukku…”

“… Davy davos gigi loe tonggos… Davy davos kentut loe mbrobos… Davy davos doyane brongkos… Davy davos pengen gua jotos… “

Pria itu berdendang lagi. Tak peduli meski di telinga siapapun yang mendengarnya, lagunya terdengar sangat menggelikan. Semangatnya untuk membangunkan ingatan Jasmine yang telah lama nyenyak dalam amnesia, sangatlah menyentuh dan patut dihargai.

Jasmine menggeleng-geleng sedih.

***enuff 4 this afternoon***

Gambar dari sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun