Mohon tunggu...
Asmawatty Lazuardy
Asmawatty Lazuardy Mohon Tunggu... -

Hidup Untuk Disyukuri\r\nHidup Untuk Sukses\r\nHidup Untuk Berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Rise of True Love... ♥6♥

6 Oktober 2011   07:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Berapa lama biasanya Aditya pergi, Daeng?”

Daeng Siti tersenyum dengan tatap penuh iba melihat begitu besar rasa kehilangan yang tergambar nyata di wajah Jasmine. Padahal baru empat hari Junior asuhannya itu pergi. Dan selama itu pula, senyum indah yang biasanya tak pernah lepas dari bibir Jasmine, kini lenyap dalam senyap.

”Nona, tidak lupa kan, dengan tugas yang diberikan Pak Jun untuk nona ? Sebaiknya segera diselesaikan ki. Nanti kalau beliau kembali, tugas belum selesai, bisa marah toh?, “Kata Daeng Siti. Tangan keriputnya sibuk memilin-milin rambut panjang Jasmine hingga membentuk ekor kelabang yang rapi.

“PR itu ya, Daeng? Mengapa aku disuruhnya mencatat semua biota laut yang kulihat saat menyelam? Aku malas menyelam kalau tidak ada dia, Daeng. Tidak ada yang membuatkanku coklat hangat lagi… he he… Tapi, sudah kucatat sebagian. Daeng tak perlu khawatir, hm…?”

Jawaban penuh kejujuran dari Jasmine, membuat Daeng Siti tersenyum geli. Kejujuran yang jelas menyiratkan perasaannya kepada si Junior yang telah diasuhnya sejak remaja itu.

“Assalamu’alaikum…!!!”

Dua wanita yang terpaut jauh usianya itu sama-sama terlonjak mendengar seseorang mengucap salam.

Daeng Siti cepat menyelesaikan kepang rambutnya. Jasmine pun tak kalah cepat, bangkit dari posisi tengkurapnya. Lalu, seperti dikomando, keduanya berlomba menuju pintu depan. Tentu saja, Jasmine pemenangnya…

Wandi… ?! Kok sendiri… ?! Mana… Ad-i-t………”

Belum selesai pertanyaan itu, Jasmine sudah keburu melihatku.

“Adityaa-a-a-aaa…………!!!”

Dan… hup!!

Pelukannya yang tiba-tiba, benar-benar suatu atraksi yang tak dapat kuhindari. Kepalanya bahkan disusup-susupkan tepat di dadaku. Keterkejutanku lebih kepada rasa jengah dan malu dengan orang-orang di sekitarku.

“Ayolah… Jas! Jangan seperti anak kecil…!, “Repot sekali melepas tangannya yang bersimpul erat melingkari pinggangku. Seperti Anaconda yang tengah lapar membelit mangsa empuknya.

“Heittss…, Lihatlah, aku bawa tamu untukmu…!, “Aku berkata lagi dengan menyelipkan nada surprise yang pasti mengejutkannya.

“Tamu…?!? Untukku…?!?”

Dan lepaslah pelukan erat yang sejatinya sangat kunikmati, andai euphoria-nya tidak dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini.

“Hai… Prue…!“

Akhirnya pria di belakangku terdengar menyapanya. Tegur sapa yang pasti telah lama dinantikannya. Tapi…, Prue?

Jasmine menatap tamunya setengah terkesima. Wajahnya nampak bingung. Dan mata teduh yang seringkali berkerjap jenaka itu beralih menatapku. Meski tahu daftar panjang pertanyaannya, tapi aku memilih diam saja.

Setengah tak peduli, Aku berlalu memasuki ruang tengah di mana Daeng Siti dengan hangat menyambut kedatanganku dan siap menawarkan segala kelelahan yang kubawa dari perjalananku.

Biar saja Jasmine mencari tahu sendiri, apa-apa yang ingin diketahuinya. Karena subyek pemberi jawaban itu sudah ada dan akan dengan senang hati memuaskan hasratnya bertanya. He’s right before her eyes now……

Prue… ?! Siapa Prue ? Aku…?!?”

***read more >>>>>***

Gambar dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun