Mohon tunggu...
Asmawatty Lazuardy
Asmawatty Lazuardy Mohon Tunggu... -

Hidup Untuk Disyukuri\r\nHidup Untuk Sukses\r\nHidup Untuk Berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Rise of True Love... ♥3♥

5 Oktober 2011   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sunyi… adalah hal yang biasa di pondok ini. Hanya deburan ombak saja yang terdengar meramaikan sesekali.

Namun sejak kehadiran Jasmine, aku jadi memiliki kebiasaan yang tanpa kusadari menjadi penambah kegiatanku sehari-hari. Kebiasaan tak bisa berlama-lama tidak melihatnya. Perilaku automatically mencarinya bila tak melihatnya dalam waktu lima menit saja.

Dan sekarang…, kemana lagi, dia?? Ceruk itu tidak lagi menjadi pelariannya. Kemanakah?

“Hei…!!”

Aku terkejut luar biasa melihatnya di sana.

“Kau…! Apa yang sedang kau perbuat dengan laptop-ku?!, “Tak pernah kusangka, dia akan berani menyentuh barang-barangku. Bahkan dua suami istri yang lebih lama mengenalku, lebih dulu tinggal bersamaku, selamanya tidak pernah berani bahkan sekedar memindahkan peralatan elektronik di ruang kerjaku.

“Jasmine…!!”

Jasmine tidak bergeming. Meski petir tiba-tiba menggelegar di siang bolong ini. Bibirnya terus mengembangkan senyum. Matanya pun tak berhenti membelalak, bila melihat sesuatu yang menarik di layar laptop itu.

“Indah sekali namaku mencuat dari bibirmu, Tuan… he he he, “Santai sekali Jasmine menjawab. Bahkan matanya pun tak dipindahkannya dari layar laptop di depannya itu.

“Kau…!!!, “Dengan kegeraman yang memuncak, kuserobot laptop dari hadapannya. This is unbelievable! Ini benar-benar sudah di luar batas.

Senyaman apapun dia di dekatku… Sedekat apapun dia denganku… Tunggu, dekat?? Sudah sedekat apakah hingga dia… Aa-ah, pokoknya kali ini dia sudah sangat kelewatan! Dia tidak memandangku sama sekali sebagai…

“What…?!?, “Jasmine bertanya dengan pandangan mata tak bersalah sedikit pun. Kedua tangannya diangkat dari meja. Membiarkanku merebut laptop itu.

Sejenak aku diam terpana. Urung mengeluarkan sumpah serapah yang sudah di ujung bibir.

Beberapa lumba-lumba nampak sedang berkejar-kejaran di layar laptopku. Jadi inikah yang begitu menarik perhatiannya? Hingga tak peduli, bahkan terkesan tak takut pada kemarahanku yang nyaris saja salah sasaran…

“Apaa…??, “Jasmine menyenggol bahuku dengan bahunya sendiri.

“… Aku tidak melihat ada banner dilarang masuk di depan pintu ruangan ini, juga tidak melihat tanda dilarang menyentuh laptop dan lain-lain benda di dalam ruangan ini… Aku hanya penasaran, apa yang membuatmu betah berjam-jam duduk di depan laptop… “

Jasmine bangkit dari lantai kayu tempatnya bersimpuh. Kakinya sengaja dihentakkan dengan kasar saat hendak berlalu.

“Udah galak… pelit lagi…!, “Gerutunya masih terdengar. Kali ini dengan bibir muncu-muncu yang terlihat lucu dan menggemas…ah, tidak!

Aku pura-pura mengacungkan tinju ke arahnya. Sebelum dia benar-benar berlalu, kuraih tangannya, dan hanya dalam sekali hentakan, gadis itu pun kembali terduduk.

“Mau lihat apa lagi sih?, Aku buru-buru menghidangkan kembali layar laptop tepat di hadapannya.

“Ah, engga! Sudah ngga mood lagi! Aku mau ke pantai saja…, ”Jasmine berusaha bangkit dari duduknya. Berontak dari jepitan tanganku di lengannya yang kulitnya bertekstur lembut. (Damn ! Bahkan kulit kini kupermasalahkan !)

”Eittzz… !! Ayo, mau tidak kutunjukkan seisi penghuni samudera yang belum pernah kau lihat dimanapun…”

Aku coba membujuknya. Mengobati rasa bersalah karena telah berpraduga macam-macam kepadanya barusan. Untungnya gadis ini tidak merasa sama sekali, kalau Aku baru saja mencurigainya.

”Lihat nih… Ini namanya PARI MANTA , spesies ikan pari terbesar di dunia, yang terbesar bisa mencapai 7 meter dengan berat 1500 kg ! Tuuh…, besar, anggun, cantik, tapi hati-hati dengan ekornya yang panjang itu… Sekali hentak, dada manusia bisa terbelah-belah…”

Aku senang saat mendengar mulutnya mendesiskan satu suku kata…‘wa’ dengan akhiran ‘A’-nya yang panjang……

Dan dadaku berasa penuh saat melihat sepasang matanya itu membelalak dengan indahnya. Semakin semangatlah aku menunjukkan teman-temanku yang hidup di dasar samudera…

“Nah ini… masih satu kerabat dengan PARI. Ini namanya PARI MARBLE, lebih kecil ukurannya, meski sama-sama ikan pari, namun Pari Marble lebih senang hidup mengubur diri di dasar pasir, menunggu mangsanya… atau sesekali dia akan berjalan-jalan di atas hamparan pasir, memindai sesuatu yang bisa dimakannya dengan menggunakan reseptor listrik di kedua sayapnya…”

Desis kekaguman itu kembali terdengar di mulut Jasmine. Dia bahkan menggeser duduknya, lebih merapatkan diri. Sejenak, aku tidak tahu harus bagaimana menempatkan diriku…

“Ayo, tunjukkan yang lainnya lagi, Dit!, Jasmine kelihatan bersemangat sekali.

Tapi apa yang barusan kudengar ? Dit ?! Sejak kapan dia mulai ber-Adit-Dit memanggilku ? Ah, sejak terapi berenang itu. Padahal seakan belum lama dia menyebut panggilan hormat di depan namaku. Dan masih kuingat dengan jelas bagaimana dia memohon kepadaku untuk diperbolehkan tinggal di pulauku ini… Please, kumohon Pak Aditya… Please…

Aku tidak tahu, dengan perasaan gamang yang berbanding tipis dengan perasaan senang. Dengan jarak yang sudah semakin tidak lagi menegang, antaraku dan dia. Well, kalau dia merasa nyaman dengan ber-Dit-Adit, sudah barang tentu aku tidak bisa melarangnya.

“Yang ini aku tahu… !!, “Tiba-tiba Jasmine berseru mengejutkanku. Tangannya menunjuk sesuatu di layar laptop-ku.

“Aku tahu siapa raksasa cantik ini, Adit!! Ini Humpback Whale! Paus punggung bungkuk! Benar kan, Dit?!, “Katanya lagi sambil bersorak gembira. Seperti anak kecil yang baru menemukan benda mainannya yang hilang.

“… Lalu ini Browned Sturgeon! Ini Banded Pipe Fish! Ini ikan Todak! Ini stingray! Aku tahu, aku tahu… waa ha ha ha… cantik-cantik sekali teman-temanmu, Adityaa….”

Aku melongo. Tak tahu harus berkata apa. Melihat kegembiraannya yang polos dan tulus saat melihat para penghuni dasar laut yang berhasil kurekam tiap kali aku menyelam. Dan, tunggu dulu! darimana dia tahu, nama-nama ikan itu?

“Yang ini apa, Dit…?!“

Jasmine menunjuk mahluk dasar laut yang tidak dapat disebutkan sebagai hewan, namun sesungguhnya itu adalah hewan. Pipinya nyaris saja menyerempet pipiku, saat kepalanya disorongkan ke depan, hendak melihat lebih dekat gambar mahluk yang ditanyakannya itu. Flash…!!! Bagaimana kalau remku tidak pakem? Serempetan itu, pasti tak kalah menyengat dari sengatan listrik di ekor ikan Pari…

Masih dengan kebingungan akan pengetahuan Jasmine tentang flora dan fauna di kerajaan atlantis ini, aku mengalihkan pandanganku ke arah layar laptop yang ditunjuknya, “Itu… namanya Basket Star! Tanaman yang sangat mirip dengan pohon sakura bila sedang berbunga. Tapi dia sebenarnya hewan berbentuk pohon yang tangannya banyak sekali. Dia mekar di malam hari dan bersembunyi di siang hari.”

Wait a minute ! Aku kenal orang ini !“

Lagi-lagi ‘hilariousity’ Jasmine mengejutkanku. Kulihat dia menunjuk pria bule yang berdiri di sampingku. Fotoku dengan seseorang berlatar belakang gletser yang tinggi menjulang di Newfoundland, Canada.

“Kau..?!, “Tanyaku bingung. Sungguh bingung. Bagaimana mungkin dia…

“Aah yaa, Billy Conolly! Ya, kan?! Dia Billy Conolly, kan?, “Seru Jasmine dengan gembira.

God! She’s damn right! Bagaimana dan darimana dia tahu nama pria itu, sedangkan nama dirinya saja, belum lama dia ingat.

“Hei… ayolah, Aditya! Aku mungkin hilang ingatan. Itupun hanya temporary saja. Begitu kan kata dokter? Dan temporary itu hanya terjadi pada jati diri dan masa laluku. Yang lainnya tidak dongg… Dan lagi, maaf yaa… aku ini tidak bodoh… he he he… !!

Aku tersenyum mendengar celotehnya.

Jasmine sungguh luar biasa. Kecelakaan yang nyaris merenggut mautnya memang telah menghilangkan separuh ingatannya. Tapi kepercayaan dirinya, semangatnya, berangsur pulih dengan cepat. Kondisi lingkungan yang alami, tenang dan damai ini, barangkali salah satu unsur pendukung yang baik. Atau karena kepribadiannya yang memang kuat, di dukung kecerdasaannya yang baru kali kutahu, dan membuatku terpana…

Siapakah dirimu di masa lalu, Jasmine ?!

Pengetahuanmu tentang habitat laut membuatku harus mengakui kekagumanku padamu… Dan satu hal lagi, darimana kau tahu tentang Billy Conolly, Bruce Parry, Steve Irwin, Professor Brian Cox dan beberapa nama yang fotonya banyak tersimpan di laptop-ku.

Aku pusing memikirkan segala kemungkinannya.

Dan masih kudengar celoteh dirinya yang tengah menyebutkan beberapa jenis paus, tidak textbook! Tapi hafal di luar kepala. Untuk seseorang yang tengah kehilangan separuh ingatannya…, itu adalah hal yang luar biasa….

… ini paus kepala busur, ini paus minke, ini paus biru, ini paus sperm, ini narwhal, ini paus orca atau paus pembunuh yang suka makan anjing laut, ini paus bowhead, ini grey whale, ini beluga, ini dugong… ini… ini… ini…

***hungry to read? wait me up!***

Gambar dari sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun