Oleh. ASMAWATI
Mahasiswa Program Magister Keperawatan Kekhususan Kepearawatan Maternitas Universitas Indonesia
Abstrak
Transisi dari Rumah sakit ke rumah bagi keluarga yang menjalani perawatan bayi prematur merupakan sebuah periode kritis karena keluarga harus mampu secara mandiri dan purna waktu dalam perawatan bayi prematur. Fase transisi ini dapat menjadi moment yang penuh harapan besar bagi keluarga tetapi dapatmenjadi sebuah moment kecemasan bagi orang tua. Kualitas kesehatan kehidupan bayi sangat tergantung pada lingkungan rumah yang optimal dengan berespon secara efektif terhadap kebutuhan bayi. Setelah pulang keluarga seharusnya diberikan informasi dan follow up care yang dapat diberkan dalam berbagai bentuksesuai kebutuhan keluarga dan bayi yang dapat melalui akses videoconfrence untuk mengembangkan perawatan bagi bayi dan menjembatani jarak antara rumah dan rumah sakit. Pengembangan intervensi asuhan perawatan neonatus melaui videoconfrence dapat menjadi sebuah tool untuk memberikan dukungan terhadap orang tua setelah pasca rawat dirumah disakit yang dapat meningkatkan kualitas perawatan, menurunkan masalah yang dihadapi, merasakan kepuasan yang tinggi dengan lingkungan fisik dan kebijakan rumah sakit, memendeknya hari rawat sehingga menurunkan biaya perawatan
A.LATAR BELAKANG
Kelahiran bayi prematur di Amerika Serikat meningkatdari 9,4 % hingga 12 %.Menurut Studi Center for Desease (CDC) bahwa kelahiran bayi prematur merupakan penyebab kematian bayi tahun 2002, tercatat 1 dari 3 bayi meninggal setiap tahunnya. Penyebab kematian bayi prematur terjadi lebih banyak dirumah terutama setelah pulang dari rumah sakit karena jaundice (kuning), kesulitan feeding, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan komplikasi lainnya. (Escobart et al,1999). Dari studi yang dilaporkan bahwa dari 6.054 bayi prematur yang dirawat di 6 ruang rawat NICU dilaporkan 2,72 % mengalami rehospitalisasi setelah 2 minggu setelah pulang dari Rumah Sakit (Callaghan et al, 2006).
Periode transisi perawatan dari rumah sakit ke rumah merupakan sebuah periode kritis karena keluargaharus mampu secara mandiri dan purna waktu dalam perawatan bayi prematur. Fase transisi ini dapat menjadi moment yang penuh harapan besar bagi keluarga tetapi dapatmenjadi sebuah moment kecemasan bagi orang tua. Setelah di rumah, kualitas kesehatan kehidupan bayi sangat tergantung pada lingkungan rumah yang optimal dengan berespon secara efektif terhadap kebutuhan bayi. Peran orang tua yang memiliki bayi prematur yang sangat berbeda dengan memiliki bayi normal sehingga membuat sebagian besar orang tua merasa ketidakpastian terhadap peran dirinya, kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan tanggung jawabnya. (Linberg,B & Ohrling,K, 2012).
Munculnya tuntutan peran baru dan bertambahnya tanggung jawab orang tua untukmampu memanajemen perawatan bayi, memiliki rasa percaya diri dan memiliki ikatan kasih sayang untuk merawat bayi membuat orang tua memerlukan berbagai bentuk dukungan meliputi skill personal, keahlian dalam tindakan dan mengasuh bayi serta pengetahuan tentang pengobatan. Kurangnya skill dan pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir dengan prematur merupakan sebuah issu yang signifikan dan sulit dihadapi keluarga sehingga perlu mengembangkan berbagai bentuk dukungan untuk keluarga. (Linberg,B & Ohrling,K, 2012) .
Setelah pulang dari ruang rawat intensif neonatus keluarga harus diberikan informasi dan follow up care yang dapat diberkan dalam berbagai bentuk tergantung kebutuhan keluarga dan bayi. Dari interview yang dilakukan pada 36 orang ibu yang melahirkan bayi prematur menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu jarang menerima informasi perawatan dasar dan hal berkaitan medis dan kesehatan sebelum meninggalkan rumah sakit sehingga ini menunjukkan indikasi pasca pemulangan belum efektif dimanajemen .(Beal et al,1999 dalam Griffin,J, 2008 ).
Pemberian informasi berhubungan dengan kesehatan yang dapat diakses lewat media internet merupakan beberapa cara modern dalam edukasi antara pasien dan pemberi layanan kesehatan.(online support). Informasi berbasis teknologi yang dapat digunakan masyarakat dapat meningkatkan interaksi antara pemberi layanan kesehatan, keluarga dan penerima layanan kesehatan. Telemedicine merupakan sebuah payung yang diibaratkan untuk penggunaan teknologi komunikasi dan informasi elektronik untuk memberikan perawatan atau dukungan perawatan ketika penerima layanan terpisah dengan jarak.(Morries, H, 2009).
Telemedicine saat ini telah dapat dilakukan oleh spesialis temasuk perawat dalam memberikan perawatan dan konsultasi dengan jarak yang terpisah demi memenuhi kebutuhan perawatan yang diinginkan.Teknologi ini sangat berpotensi untuk menghemat biaya perawatan kesehatan setiap tahun, efektif dan efisiensi. Adanya telemedicine melalui videoconfrence akan meningkatkan akses untuk perawatan bayi, informasi dan edukasi selama hospitalisasi dan pasca pemulangan. Adanya akses melalui videoconfrence memberikan kontribusi untuk mengembangkan perawatan bayi sebagai sebuah teknologi yang memberikan kesempatan menjembatani jarak antara rumah dan rumah sakit. Pengembangan program intervensi asuhan perawatan neonatus dengan menggunakan videoconfrence merupakan teknologi baru yang dapat menjadi sebuah tool untuk memberikan dukungan terhadap orang tua dengan bayi yang lahir prematur setelah pasca rawat dirumah disakit.(Linberg,B & Ohrling, 2012)
B.PEMBAHASAN
1.Penggunaan Telemedicine Dalam Area Keperawatan
Telemedicine merupakan Teknologi telegrafi dan telepon dalam kesehatan yang sudah dikenal sejak abad 19 yang dimulai oleh dokter dalam komunikasi dan konsultasi dengan lainnya melalui jarak jauh. Telemedicine yang pertama kali dikenalkan di kesehatan oleh Thomas Bird tahun 1970 yang menulis tentang perawatan pasien dengan dokter yang dapat dijelaskan melalui penggunaan teknologi komunikasi. Telemedicine yang sederhana melibatkan 2 profesional kesehatan untuk mendiskusikan kasus via telepon atau kecanggihan menggunakan satelit untuk broadcast dalam konsultasi antara pemberi layanan pada dua negara dengan menggunakan video confrence.
Peran utama telemedicine memberikan akses yang cepat terhadap pelayanan kesehatan profesional yang dapat dinikmati oleh masyarakat dimanapun berada dan pada jarak yang jauh. Spektrum teknologi yang digunakan dalam telemedicine ini sangat luas mulai dari telepon sedehana, faximile, email, satelit ke satelit yang mentransfer layanan dengan menggunakan komputer dan fasilitas video. Video confrence merupakan sebuah proses pembelajaran jarak jauh (distance education) yang canggih, mendistribusikan pengalaman pembelajaran yang interaktif yang sekarang banyak digunakan oleh berbagai institusi didunia karena kegunaan dan berbagai keuntungannya.(Almekhlafi,2007). Ini merupakan sebuah modalitas pengajaran yang secara luas dapat diterima untuk mengirimkan edukasi jarak jauh bagi profesional pelayanan kesehatan menggunakan video, audio dan komputer baik secara sincron ataupun asincron. Videoconfrence merupakan program interaktif yang nyata, langsung menguhubungkan 1 partisipan pada 1 atau 2 lokasi dengan partisipan lainnya pada lokasi yang berbeda. Videoconfrence ini memberikan interaksi baik audio dan video dan kemungkinan modalitas lainnya yang dilakukan antara penerima dan pemberi informasi minimal pada 2 lokasi yang berbeda. (Kitamura,2010 cit Chipp,2008).
Tujuan dikembangkan videoconfrence adalah untuk menghubungkan dokter/perawat dan pasien pada lokasi yang terisolasi dengan kondisi iklim dan geografis pemberi layanan atau pada pasien yang sulit dijangkau dengan transportasi dan mahal dalam transportasi yang akan mengakibatkan hambatan dalam menerima layanan kesehatan. (Chipp,2008).
Manfaat Videoconfrence
a.Video confrence merupakan sebuah tool untuk pengembangan komunikasi antara tingkat pelayanan kesehatan yang berbeda yang digambarkan pada area subspesialis (Fleissig, et al cit Dinevski,D et al,2007).
b.Videoconfrence sebagai teleconsultation atau telementoring untuk menjawab kemungkinan kebutuhan pelayanan dengan kualitas tinggi menggunakan pengetahuan keahlian dalam rutinitas klinik setiap hari. Videokonsultasi dipertimbangkan digunakan untuk kemudahan akses yang cepat dalam lokasi yang jauh,bagi yang tinggal di pedesaan yang jauh perjalanan menuju rumah sakit sehingga kondisi medis yang serius dapat terdiagnosa pada tahap lanjut, pasien membutuhkan konseling selanjutnya ketika diberikan penatalaksanaan.
c.Teleeducation
Aplikasi telehealth yang meningkat penggunaannya pada pendidikan sarjana dan pasca sarjana dalam profesi kesehatan untuk kelangsungan pendidikan kesehatan bagi konsumen dan pasien. Menurut penelitian yang dilakukan Chipp,et al, (2007), ada kepuasan dalam penggunaan videoconfrence untuk edukasi dan merekomendasikan videoconfrence untuk mahasisa sebagai media pembelajaran untuk masa yang akan datang. Menurut Almekhlafi (2007), videoconfrence dapat memberi keuntungan bagi mahasiswa untuk terhubung dengan berbagai variasi pembelajaran dan sumber pembelajaran, meningkatkan interaksi dan kerja sama antara pengajar di dalam dan diluar negara dan membantu mahasiswa dan meningkatkan pengalaman pengajar dalam penggunaan teknologi.
2.Penggunaan Internet dan Videoconfrence Sebagai Teleedukasi Bagi Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur
Pengembangan keperawatan maternitas ditujukan untuk menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahamandalam perawatan ibu dan bayi guna menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi melalui stategi langsung melalui perencanaan bersumber manusia dan kesehatan, manajemen kesehatan diri dan praktik berdasarkan eviden based practice. Akhir-akhir ini sistem keperawatan kesehatan mengembangakan keperawatan berbasis rimah (home based care) sehingga memungkinkan terjadi komunikasi yang baik antara pemberi praktik perawatan dan penerima perawatan setelah pulang ke rumah (Hockenberry,et al, 2010). Perkembangan berbagai bentuk layanan keperawatan untuk persiapan pulang ke rumah yang harus dimulai dari mulai masuk rumah sakit hingga keluarga mengalami fase pulang ke rumah yang pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk home visite, konseling melalui telepon, follow up calls dan menyediakan layanan online lainnya (Murray & Mc Kinney,2007). Salah satu layanan online yang dikembangkan adalah baby care link (Linberg,B & Ohrling,2008).
Baby care link ini diciptakan oleh tim dokter spesialis, perawat pelaksana, terapis, pekerja sosial serta tim lainnya dengan menggunakan media videoconfrence. Baby care link ini memberikan informasi untuk keluarga dengan menggunakan desain khusus sistem berbasis WWW dan sebuah videoconfrence dari Ruang NICU. Sistem Baby Care Link ini diprogram menggunakan komponen Microsoft Back office (Microsoft Corporation Redmont,WA) termasuk internet information server 4.0, active server pages and SQL server 6.5. Layanan Keamanan diberikan dengan menggunakan ACE Server (RSA Security Incorporation,Bedford MA). Baby care link ini secara dinamis menghasilkan WWW page yang dapat diakses dari standart web browser. Konten edukasi ditingkatkan dengan video, audio dan shock wave (macromedia company ).
Baby care link Web ini memberikan enam layanan pada area klinik dan sumber termasuk laporan klinik setiap hari, sebuah sesi informasi, sesi untuk bayi,sebuah ruang untuk keluarga, sesi informasi klinik, dan sesi yang berfokus pada persiapan untuk pulang ke rumah. Laporan tiap hari yang disajikan pada halaman web yang memberikan update keadaan klinis bayi dan perawatan bayi. Laporan klinik mengandalkan link yang dinamis dengan sistem pencatatan elektronik ke Ruang NICU untuk menghindari kebutuhan dokter dalam memasukkan informasi dalam 2 sistem yang terpisah. Pusat pesan yang merupakan WWW based mesagging system dimana memudahkan orang tua dapat berbagi informasi dengan berkomunikasi langsung dengan anggota staf NICU. Baby care link juga memberikan sebuah mekanisme yang membiarkan orang tua untuk membagikan foto dengan menukar status gambar foto melalui WWW based interface, sehingga orang tua bisa menposting foto melaluipassword yang aman.Dalam seksi layanan ruang untuk keluarga, memberikan bunga rampai dandukungan meliputi menjawab pertanyaan, memberikan informasi tentang pelayanan yang tersedia untuk keluarga, link untuk sumber berbasis web seperti perpustakaan online yang bisa dibrowsing, di print dan sumber video. (Gray,J et all, 2012).
Penelitian Gray, J et al (2012), menunjukkan bahwa adanya baby care link yang diciptakan melalui videoconfrence meningkatkan kualitas perawatan yang tinggi, signifikan dalam menurunkan masalah yang dihadapi, merasakan kepuasan yang tinggi dengan lingkungan fisik dan kebijakan rumah sakit, memendeknya hari rawat sehingga menurunkan biaya perawatan. Dari studi juga didapatkan bahwa menggunakan sistem videophone pada pasien dirumah dan ruang intensif anak dapat menurunkan kebutuhan akan dokter untuk kunjungan rumah, kunjungan rumah sakit yang tidak terjadwal, danlamanya hari rawat.
Hambatan dalam pelaksanaan link ini adalah masih banyak ibu yang belajar untuk menggunakan Link perawatan, kurangnya akses untuk internet yang cepat dan baik, berbagai sikapkeluarga terhadap problem logistik dari ruang rawat intensif neonatus yang mengadopsi pendekatan teknologi ini, dukungan teknisi Informasi teknologi dalam peralatan yang tepat dan keamanan dalam teknologi.
Perkembangan teknologi informasi yang telah merambah dunia kesehatan, kebutuhan layanan kesehatan termasuk keperawatan yang cepat efisien dan efektif manjadi tuntutan masyarakat modern. Masyarakat menjadi familiar dengan dunia , cyber atau media internet untuk mendapatkan informasi kesehatan melalui media informasi canggih seperti teleconfrence, videoconfrence dan call center didapat tanpa harus keluar rumah. Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia semakin pesat pada tahun 2010 didapatkan pengguna internet mancapai 54 juta yang tentunya menjadi peluang bagi perawat untuk meningkatkan cakupan layanan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia dengan efisiensi tinggi sebagai model layanan kesehatan masa depan (Martono,2006).
Program discharge planning yang belum efektif dilakukan oleh berbagai rumah sakit di Indonesia dikarenakan belum adekuatnya dan tepatnya pengkajian kebutuhan untuk perawatan pasca pulang, kurangnya sumber yang memadai di komunitas, belum tertata organisasi dalam pemberian perawatan pasca pulang termasuk insitutusi Rumah Sakit, Puskesmas dan lainnya sehingga link keperawatan tidak efektif. Program perencanaan pulang yang di desain dengan berbagai bentuk layanan dan dukungan bisa diterapkan dengan dukungan pemerintah dan pihak swasta serta meningkatkan kerja sama antar institusi pelayanan, organisasi, pusat kesehatan yang ada dimasyarakat. Adanya layananberbasis web di Indonesia dan tingginya akses masyarakat akan kebutuhan layanan kesehatan sangat potensial program edukasi jarak jauh menggunakan media internet dapat diterapkan di berbagai rumah sakit di Indonesia.
C.KESIMPULAN
Intervensi berbasis internet melalui video confrence merupakan sebuah tool yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan esensial bagi penerima dan pemberi layanan.
Penggunaan teknologi ini harus menjadi suatu pertimbangan untuk digunakan oleh perawatan dimasa yang akan datang yang dilihat dari penerimaan terhadap teknologi, dan kemudahan dalam mengintegrasikan dalam proses pemberian layanan keperawatan.
Videoconfrence yang merupakan bagian dari telemedicine dapat memberikan keuntungan dalam pelayanan keperawatan pada ibu dengan bayi prematur yang mampu menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif, efisien, mengurangi cost dan menurunkan kunjungan rumah bagi pemberi layanan kesehatan serta mengurangi angka kejadian rehospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almekhlafi,A (2007). Preservice Perception Teacher of Videoconfrence Utility for Observing Technology Integration in K12 Classroom. Journal of Faculty Education Vol. 24 pgs ; 103-125
Austin,D,Szeto,H, Fitzpatrick,G,Wyeth,P (2001).Understanding Community health care : Implication for Technology design. Realising Quality Health Care Journal.
Chipp,J.(2008). The use of Syncronous Videoconfrence teaching to increase acces to Specialist Nurse Education in Rural KwaZulu-Natal, South Africa. Knowledge Management and E Learning an International Journal Vol. 2(2) pgs; 154-168
Dinevski,D et al. (2008). Video Comunication in Telemedicine. www.intechopen.com. Diakses tanggal; 1 Nopember 2012.
Gray,E J et al ( 2012). Baby Care Link : Using Internet and Telemedicine to Improve Care for High Risk Infant. Journal of American Academy of Pediatric Vol. 106 pgs; 1318-1324
Linberg,B and Ohrling (2012). An Internet Based Intervention program for Supporting families with Prematurely born Infant. Open Journal of Nursing Vol. 2 pgs; 72-78
Morries,H (2008). Prematur Birth and Online Social Support; the Parent Persfectif. A Dissertation Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy of Garduate school. UNIVERSITY OF TEXAS WOMAN
Griffin,J (2008). The Experience of Mother of Preterm Infant during the First Month after Infant Hospital Discharge. A Dissertation Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of Virginia Commenwealth University. Commenwealth University
Hockenberry, Perry, Lowdermilk, Wilson. (2010). Maternal and Child Nursing Care. Missouri. Mosby Company
Murray, S & Mc Kinney (2007). Foundation of Maternal Newborn Nursing. Elsevier.Singapore
Rush, Walsh, Guy & Wharrad. (2011). The Use of VideoConfrence to link theory to Practice in nursing education. Nurse education in Practice Vol.11 ;pgs; 26-30
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H