Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia dengan pangsa pasar sebesar 13,6%. Volume ekspor produk kakao olahan masih relatif kecil bila dibandingkan dengan volume ekspor biji kakao. Data BPS menunjukkan volume ekspor kakao olahan Indonesia pada tahun 2009 mencapai 115.170 ton dengan perincian produk intermediet (cocoa lliqor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder)Â sebanyak 83.642 ton dan produk akhir sebanyak 31.528 ton.
 Indonesia sebagai negara penghasil kakao memiliki peluang besar untuk mengembangkan lebih lanjut komoditi kakao dalam negeri (Hartanto, 2012). Kelompok tani Sari Bumi II yang terletak di dusun Nanasan Desa Balesari Kecamatan Ngajum merupakan salah satu kelompok tani yang membudidayakan tanaman kakao di dusun tersebut. Namun, pengolahan kakao yang telah dilakukan di kelompok tani Sari Bumi II terbilang masih sederhana, hanya menggunakan kaleng sebagai wadah biji kakao yang difermentasi, dan ditutup dengan karung, sehingga hasil fermentasi kurang maksimal.
       Melihat permasalahan tersebut 5 orang mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, yaitu Ismail Eddy Kurniawan (TEP'15), Kisma Ninuk Nur Aini (TEP'15), Asmaul Susanti (TEP'15), Muhammad Aditya Dwisaputra (THP'15), Fatqiya Nurhamida (THP'15) dibawah bimbingan ibu Endrika Widyastuti, S.Pt., M.Sc., MP menciptakan inovasi berupa ALFAKU.
      ALFAKU merupakan alat fermetasi biji kakao, alat ini menggunakan pengendali suhu dan pengaduk otomatis, serta penambahan BAL (Bakteri Asam Laktat). Sehingga diharapkan dengan menggunakan ALFAKU dapat mmepercepat waktu fermentasu dan mengahasilkan biji kakao yang lebih berkualitas, bermutu, dan bernilai jual tinggi khususnya pada produksi kakao di Kelompok Tani Sari Bumi II dusun Nanasan, Kabupaten Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H