ku bagaikan pribahasa
Oarang orang Indonesia
Bagaikan air diastas daun talas
Yang tak mempunyai alur asmara yang jelas
Itulah aku
Yang selalu berpindah pindah
Dalam satu keindahan
Ke keindahan yang lain
Itulah diriku
Yang selalu terombang dan terambing
Diatas bahtera asmara hidupku
Dikala gelombang keindahan menerpa
Ku punya bahtera
Itulah jiwaku
Yang tak pernah bruntung
Dalam memahami segala sesuatu
Yang tak pernah bahagia
Dikala menjalin tali kasih asmara
Itulah ragaku
Yang selalu dihina
Dipermalukan dan dibuang begitu saja
Di tong sampah yang tak berharga
Di telantarkan di pemukiman asmara nan kumuh
Di injak injak bagai insan yang tak berguna
Dalam satu jiwa mereka
Diatas tahta mereka sebagai wanita
Inilah kau yang merindukan sentuh
Sayang dan kasih
Seorang yang murni akan keikhlasannya
Pada saat mencintaiku
Dan tak ada belas kasihan
Dalam cerita cintaku
Itu yang selalu kuharapkan
Sebagai pemuda yang hina
Dimata para wanita
Aku sadar, aku tak seperti mereka
Anak lelaki konglomerat yang kaya
Akan harta dan tahta
Aku sadar, aku tak seperti mereka
Para pemuda yang tangguh dah kuat
Yang selalu unjuk perkasa di hadapan kalian
Aku sadar, aku tak seperi mereka
Anak anak pandai dan cerdas
Yang selalu pamer kebolehannya
Di depan kalian para wanita
Yang hanya menambahkan lebar
Dan luka yang menganga di sanubari
Dan jantung hati ini
Karena aku hanya pemuda
Yang tak punya apa apa
Yang tak berharga di hadapan kalian
Yang tak apa apa jika kalian sakiti
Yang tak berkaya
Yang tak bertangguh
Yang tak cerdas
Inilah aku
Sang insan yang hanya ingin dicintai
Tanpa ada belas kasihan
Allah, aku selalu lengah dalam melihat
Keindahan-Mu
Allah, aku selalu lelah dalam menyingkap
Keelokan-Mu
Allah, aku selalu lemah dalam mencintai
Makhluk-Mu
Allahumma musharifal qulub, sharrif qulubana ala hubbika wa hubbihun. Istajib du'ana ya Allah.