Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Investor Hengkang, Buruh Tekangkang

4 Februari 2016   15:15 Diperbarui: 4 Februari 2016   17:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hari ini diberitakan bahwa dua raksasa industri elektronik Toshiba dan Panasonic menutup usahanya di Indonesia. Sebelumnya dua bulan yang lalu, pabrik otomotif Ford dan Opel juga sudah menutup usaha mereka dinegeri ini.

Penutupan usaha yang dilakukan oleh perusahaan besar tersebut pastilah sudah mereka perhitungkan secara matang. Usahanya dinegeri ini sudah berdiri sejak puluhan tahun silam, selama ini berjalan lancar dan meraup laba, dan jika hari ini mereka hengkang dari sini sudah barang tentu bukan pergi melenggang begitu saja, tetapi dengan membawa timbunan dana yang selama ini mereka kumpulkan.

Yang menjadi persoalan adalah, nasib kaum proletar yang selama ini menggantungkan hidupnya pada perusahaan besar tersebut, di Panasonic dan Toshiba tercatat lebih kurang 2.500 buruh pribumi yang mengais rezeki disitu, jumlah itu tentu akan menjadi bengkak lagi bila dihitung dengan anak dan isterinya, mereka inilah yang pertama kali merasakan dampak buruknya penutupan pabrik tersebut.

Bagi investor menutup usahanya disuatu tempat masih memungkinkan untuk mengalihkan usahanya ditempat lain, kalau di Indonesia mereka tak bisa meneruskan usahanya lagi, dinegara lain seperti Vietnam, India, Bangkok, atau dimana saja dibelahan bumi terbentang ini bisa mereka jadikan tempat usaha, yang penting menguntungkan, karena satu prinsip dasar pengusaha adalah profit oriented (mencari keuntungan).

Lain halnya dengan buruh yang mereka tinggalkan, selama ini hanya mengandalkan otot dan memeras keringat sepanjang waktu, gaji yang mereka peroleh juga tak seberapa, keahlian dan pengalaman kerja yang diperoleh selama mengabdi diperusahaan raksasa itu juga tidak memadai, satu-satunya yang bisa mereka handalkan hanyalah uang pesangon yang akan diterima bersamaan dengan surat PHK, itupun niilainya tak seberapa, tidak bisa dijadikan modal kerja.

Pemerintah nampaknya memang sudah berusaha keras agar para investor itu tetap betah berusaha disini dengan mengeluarkan berbagai paket kebijakan dan memperbaharui regulasi, tetapi kenyataannya kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah itu tidak efektif, sehingga gelombang PHK tidak bisa ditahan dan beberapa perusahaan besar tetap angkat kaki dari sini.

Tidak efektifnya kebijakan ekonomi pemerintah tersebut mungkin disebabkan karena kurang tetap sasaran atau mungkin implementasinya dilapangan menyimpang dengan apa yang sudah digariskan, sehingga Toshiba dan Panasonic tetap menutup usahanya mengikuti langkah Ford dan Opel yang sudah lebih duluan angkat kaki.

Memang ada investor yang masuk dari China, sebagai pengusaha baru yang mengembangkan usahanya disini, tapi kehadiran mereka bukan hanya sekedar membawa modal usaha, namun juga membawa serta para kuli bangunan, artinya walaupun ada investor China yang datang, buruh kita tetap saja tekangkang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun