Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok dan Popularitasnya

27 Maret 2016   04:03 Diperbarui: 27 Maret 2016   04:10 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Basuki Cahaya Purnama, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok adalah sebuah kekuatan baru yang bangkit ditengah lemahnya sistem pengkaderan dalam partai politik. Namanya melambung tinggi memenuhi ruang angkasa perpolitikan tanah air, mengalahkan kader partai politik manapun yang ada dinegeri ini. Hasil survei yang dilakukan oleh LSI Ahok meraih tingkat popularitas sebesar 65 %  dan disusul oleh kader PKS, Ridwan Kamil sebesar 15 %.

Ahok yang hari ini dicitrakan sebagai pejuang dan penegak kebenaran, sesungguhnya hanyalah seorang yang berani mengambil sikap bersebrangan dengan partai politik yang tidak sejalan dengan kehendak publik. Ketika Gerindra mendorong aturan pemilihan kepala daerah tidak dipilih langsung oleh rakyat, dia segera keluar dari Partai yang telah mengusungnya jadi wakil Gubernur DKI itu.

Waktu itu, dia dihadapkan pada dua pilihan, taat pada keputusan Partai yang sudah mengusungnya, atau mengikuti kehendak rakyat yang telah memilihnya, dan ternyata AHOK berpihak kepada rakyat dan keluar dari Partai Gerindra, langkahnya ini mendapat kecaman dari petinggi partai, tetapi mendapat pujian dari rakyat.

Demikian juga ketika dia bergerak melaporkan kasus dana siluman di APBD DKI ke KPK , masyarakat jadi terperangah, Ahok akan menuai masalah besar, karena APBD tersebut adalah produk bersama antara DPRD dengan Pemda, karena merasa benar, AHOK maju terus dan langkahnya itu didukung oleh 92,7 % suara masyarakat DKI.

Kasus ini sempat menjadi buah bibir, karena tidak pernah ada kepala daerah yang berani bersikap demikian, tidak ada Gubernur dan Bupati yang sanggup berseberangan dengan anggota Dewan yang notabenenya adalah kader partai politik, pemegang kekuasaan formal dinegeri ini. Tapi itulah AHOK yang sudah putus urat takutnya karena membela kepentingan orang banyak.

Dua contoh diatas, hanyalah catatan kecil dari berbagai sepak terjang AHOK dibeleantara perpolitikan tanah air, dia begitu leluasa merebut hati rakyatnya karena dia lebih peka mendengar keinginan rakyat.

Kepekaan inilah yang tidak pernah diasah oleh partai politik, bahkan pola rekrutment anggota partaipun tidak jelas bagaimana sistemnya. Partai politik hari ini hanya sibuk menghimpun kader sebanyak mungkin untuk meraup suara dalam setiap kompetisi (Pemilu, Pilpres dan Pemilukada), dan selebihnya ribut dalam pembagian kursi.

Partai tidak mampu melahirkan Kader yang militan, karena mereka memang tidak pernah ditempa untuk itu, anggota partai politik pada hari ini bisa keluar dan masuk kapan saja, atau keluar dari sebuah partai lalu membentuk partai baru, sehingga jumlah partai politik tumbuh seperti jamur dimusim hujan, tetapi minim kader yang militan.

Kader yang unggul itu tidak didapat dengan serta merta, tidak bisa diperoleh hanya dengan sejumlah dana dan kemampuan menyediakan logistik kampanye, tetapi melalui pendidikan kader yang menanamkan rasa cinta kepada Partai, cinta kepada rakyat dan cinta tanah air, yang tau AD / ART partai, yang memahami arah perjuangan partai yang sudah digariskan.

Penanaman doktrin melalui pemahaman terhadap garis perjuangan partai itulah yang memungkinkan lahirnya kader partai yang berkwalitas, kader partai yang bermoral, yang mampu menolak sogokan, yang siap berhadapan dengan kekuatan apapun yang merugikan rakyat, karena dia lebih setia pada garis perjuangan partainya dari kepentingan kelompok  yang merugikan rakyat.

Karena tidak memiliki kader yang berkwlitas itulah barangkali ada partai politik yang berbalik arah mendukung AHOK maju dalam Pemilukada mendatang sebagai calon independen, bahkan ikut membantu teman AHOK mengumpulkan KTP.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun