Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Capres Berdebat, Rakyat Mencatat

18 Februari 2019   11:47 Diperbarui: 18 Februari 2019   12:14 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan disaksikan jutaan pasangan mata, kedua Calon presiden telah melakukan Debat pada Minggu malam (17 Feb). Masing-masing kandidat tampil dengan cara dan gayanya, memaparkan apa yang ingin dilakukannya untuk bangsa ini kedepan. Kedua kandidat yang merupakan putera terbaik bangsa ini beradu argumentasi, melempar janji, menabur harapan  dan sesekali melemparkan serangan, terhadap lawan debatnya.

Rakyat Indonesia yang katanya sudah cerdas dan mahfum demokrasi menyaksikannya dengan seksama, mereka tidak akan pernah melupakan apa yang disampaikan oleh capres pada sesi debat dimaksud. Setiap kata yang meluncur dari mulut calon presiden itu mereka simak dan simpan baik-baik dalam ingatannya, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan pilhan pada 17 April mendatang.

Dalam menentukan pilihannya nanti, rakyat tentu sudah mempertimbangkannya secara matang dengan menggunakan akal sehat, logika, pikiran yang jernih dan hati yang lapang, bukan semata-mata memperturutkan emosi sesaat dan fanatik buta, karena pilihan yang mereka tetapkan dibilik suara nanti akan menentukan nasibnya lima tahun kedepan.

Rakyat pemilih yang cerdas akan menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nuraninya masing-masing, tidak terpengaruh dengan hiruk pikuk para penggembira yang menumpang riak pada gelombang pemilihan presiden ini.

Debat calon presiden ini memang penting, namun arti pentingnya bukan terletak pada siapa yang kalah dan menang debat. Kemampuan menyerang lawan, perang tanding kata-kata didepan umum, hanyalah bumbu penyedap agar debat jadi menarik untuk ditonton.

Seorang calon yang dengan mahirnya bisa saja tampil memukau dan membuat lawan debatnya keok, tapi menang debat dan tampil memukau dengan riuh rendah tepuk tangan, bukanlah bahan pertimbangan rakyat untuk menetapkan pilihan, terpulang kepada analisa akal sehat, sejauh mana sang calon mampu melaksanakan ucapan dan janjinya.

Janji yang dulu pernah diucapkan dan janji yang disampaikan hari ini akan dihimpun oleh rakyat pemilih dalam ingatannya, kemudian diaduk-aduk, ditimbang-timbang, lalu diletakkan diatas tungku rasional sehingga lahirlah sebuah keputusan matang, yakni pilihan cerdas berdasarkan akal sehat, bukan asal pilih dan pikiran sesat.

Apa yang disampaikan oleh calon presiden dalam debat dan kesempatan lainnya, juga akan dicatat dengan rapi oleh rakyat, tidak dibuang secara percuma, tetapi menjadi sesuatu yang berharga sebagai dasar nantinya untuk menuntut janji presiden terpilih.

Catatan seperti ini menjadi penting adanya, karena rakyat sudah tak ingin lagi dihinggapi oleh penyakit lupa, lupa pada janji yang pernah diucapkan oleh calon pemimpinnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun