Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Demokrat, Oposisi atau Koalisi

18 April 2014   00:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum telah berlalu, hasilnya sudah mulai bisa diperkirakan bahwa Partai Demokrat gagal mengulang suksesnya seperti pada pemilu 2009 yang lalu dengan perolehan suara 20,85 %. Saat ini menurut hitungan cepat raihan suara Partai ini melorot  tajam. Hampir bisa dipastikan separuh kursi Demokrat di DPR akan melayang ke Partai lain. Artinya, rakyat pemilih sudah berkurang kepercayaannya terhadap Partai dengan lambang bintang mercy ini.

Berkurangnya perolehan suara Partai Besutan SBY ini sudah lama diprediksi oleh banyak orang, bahkan secara ekstrim ada yang memprediksi PD tidak akan mendapat suara lebih dari 3,5 %, tapi kenyataannya tidak demikian, Partai Demokrat masih berada dipapan tengah, perolehan suaranya masih diatas beberapa partai lain seperti PBB, PKPI, PAN dan PKS. yang prosentasenya perolehan suaranya lebih kecil dari PD

Melorotnya suara PD dalam pemilu ini tidak membuat para elitenya sadar diri, sebagian diantaranya masih percaya diri untuk menjadi pemimpin Koalisi dengan menyodorkan capres sendiri. Setidak-tidaknya itulah gagasan yang dilontarkan oleh Andi Nurpati. Wasekjen PD ini menyebutkan bahwa PD masih bisa mengajak Partai – partai lain seperti PAN, PKB, PKS dan PPP untuk kembali merapatkan barisan untuk melanjutkan koalisi yang sudah lama terjalin.

Ada pula gagasan PD akan mengajak Partai-Partai Islam untuk berkoalisi dengan mengajkan nama Anis Baswedan sebagai Capresnya, sementara cawapresnya bisa diambil dari Partai lain, dengan demikian PD akan tetap menjadi pemimpin koalisi dan jika menang dalam pilpres mendatang PD tetap akan menjadi partai penguasa.

Kemungkinan Koalisi seperti yang dimaksudkan oleh Andi Nurpati itu bisa saja terjadi, dalam politik tidak ada yang tidak mungkin, menjelang hari “H” pemilihan presiden akan terjadi tarik ulur dan deal-deal poitik antara tokoh partai. Inilah akbat dari tidak adanya partai yang mampu meraih suara mayoritas dalam pemilu yang lalu.

Namun, masih adakah partai yang mau berkoalisi dengan Partai pimpinan SBY ini, jawabnya sulit ditebak. Pengalaman masa lalu memperlihatkan bahwa PD gagal membangun koalisi yang solid. Koalisi yang dibangun oleh PD pada pemerintahannya adalah koalisi yang rapuh, selalu bersilang pendapat dan tidak pernah akur antara satu sama lainnya, bahkan terkesan koalisi pada pemerintahan saat ini hanya sebatas berbagi kekuasaan semata.

Lain halnya jika Partai Demokrat mau melunak, tidak berniat mengajukan kadernya sebagai Capres, tetapi hanya sebatas mengajukan nama cawapres dan selanjutnya beberapa posisi dalam kabinet nanti. Kemungkinan itu masih terbuka lebar terutama dengan Partai Gerindra dan Golkar. Kedua Partai ini memperoeh suara yang lumayan besar dan sedang mencari partner untuk diajak berkoalisi menghadapi PDI-P yang sudah lebih dahulu mengajukan nama  Jokowi sebagai capresnya.

Perolehan suara PD yang sedemikian rupa membuka kemungkinan bagi Gerindra atau Golkar untuk mengajak berkoalisi. Tapi sungguhpun demikian tentu tokoh-tokoh Gerindar dan Golkar akan menghitung-hitung angka dengan memperhatikan garis menurun perolehan suara PD yang sedemikian tajam itu. Melorotnya raihan suara Demokrat yang lebih  dari 50 % perlu dipertanyakan. Apakah  itu pertanda kepercayaan rakyat terhadap partai ini benar-benar sudah melewati ambang batas aman.

Ditambah lagi dengan keyakinan banyak pihak, bahwa perolehan suara PD saat ini merupakan SBY efek, bukan karena faktor kecintaan masyarakat terhadap partainya, sementara dalam pilpres mendatang, yang akan berkoalisi itu bukanlah SBY tetapi Partai Demokrat yang pendukungnya sudah banyak yang pindah kelain hati.

Membangun koalisi dengan Partai Demokrat bisa jadi kontra produktif, atau dengan kata lain tidak terlalu menguntungkan baik bagi Gerindra maupun Golkar. Justeru itulah kedua partai ini tidak akan gegabah membina koalisi dengan PD, kalaupun berkoalisi, mungkin bukan untuk mengajukan pasangan capres dan cawapres tetapi lebih kepada koalisi pemerintahan dan diparlemen.

Terlepas dari kesemuanya itu, masih ada peluang bagi PD untuk tetap eksis dalam kancah perpolitikan dinegeri ini dengan cara memantapkan dirinya sebagai partai oposisi. Bukankah Partai Demokrat sudah diberikan kesempatan oleh rakyat untuk memerintah selama dua priode, dan segala apa yang sudah diperbuatnya selama memerintah menjadi catatan tersendiri bagi rakyat negeri ini.

Dengan bekal pengalaman memerintah selama satu dasawarsa bisa menjadikan PD sebagai  partai oposisi yang kuat, dan lebih dari itu kedudukan Partai Oposisi, dialam demokrasi seperti ini tidak kalah pentingnya dengan partai penguasa yang sedang memerintah, kehadirannya sungguh dibutuhkan untuk menjadi penyeimbang bagi penguasa.

Koalisi atau Oposisi, merupakan pilihan yang sama arti pentingnya, tergantung kepada gamang atau tidaknya menjadi partai yang berada diluar pemerintahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun