Mohon tunggu...
Antawirya
Antawirya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

خير الناس انفعهم للناس... "sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meunasah (Masjid) PMI Wakaf Warga Semarang

2 Januari 2025   11:37 Diperbarui: 2 Januari 2025   11:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meunasah (Masjid) PMI Wakaf Warga Semarang

Dr dr Budi Laksono MHSc

 
 Ditengah sibuk membuat HUNTARA, ada usulan untuk membuat juga Meunasah (Masjid).
Teringat akan mulianya membuat tempat ibadah, maka langsung saya setujui. Apalagi, di desa, kami didampingi pak Arsyad yg ahli kayu. Pertama, Di desa banyak pralon ukuran besar mungkin 20 inci sisa PDAM yg hancur oleh tsunami. Mk saya usulkan team yg dipimpin oleh pak Arsyad, gunakan ini untuk kaki. Kami memotong pralon besar itu 2 meteran. Lalu membuat tiang pondasi.
       Ditengah membuat pondasi  datang team pemburu air dari purwokerto, yang anggotanya juga ada dosen agama dan ahli falaq. Kalau banyak orang sebut, saya dokter gila, mk team ini lebih gila. Mereka keliling berburu sumur yg rusak dan langsung diperbaiki hingga air jernih. Keliling begitu saja tidak minta bantuan pemilik sumur apalagi bayaran. Pertama mereka beli disel biasa, didukung ketua yg disebut pak lurah. tp kini team diberi wakaf alat sedot yg lebih besar oleh orang budiman yg tak dikenal juga. Di desa saya sumur sudah kami rehab sejak awal dng relawan PMI yg muda muda. Team ini ngajak saya ke lereng gunung leupung, untuk cari sumber. Ada Tp kecil. Kemudian pak ustad dosen mengkaji masjid kami. Kmd dia bilang bahwa kiblatnya salah. Saya kaget karena kiblatnya ikuti masjid darurat yg ada. Masjid darurat juga ikuti tapak masjid terdahulu. Karena ini, mk tertunda, karena harus musyawarah besar. Saya kuatir krn ini soal keyakinan. Tetapi, saya kagum dan bersyukur, tetua dengan bijaksana nya, berkata, bahwa mereka ikuti terdahulunya tetapi tidak tahu yang benar karena awam ilmu falaq, mk bila ustad dosen bersumpah dan berilmu, maka kami ikuti saja saya lega, karena beda hal ini bisa rusak persaudaraan yg terbina bila orang tidak bijak.
       Pembangunan berjalan praktis cuma 4 orang, pak Arsyad, Amun, saya dan pak Amat. Memasang pondasi tak masalah, apalagi kerangka dinding. Yang masalah adl bgmn menaikkan kuda kuda.
 Maka ketika kuda kuda besar sudah jadi, saya minta pak kecik, untuk kumpulkan warga, kerja bakti hari jumat. Kami team sudah kerja sejak pagi, dan warga kumpul jam 9.30. Kmd diadakan upacara pesejuk adat. Jam 10.30 an, mulai kerja. Warga pegang kerangka dinding ditegakkan shg pak Arsyad paku. Jadilah kerangka dinding jam 11.30 an. Setelah jadi, warga langsung pada ijin mau jum'atan dan minta kerja bakti minggu depan lagi
Saya tak bisa jawab apa apa. Cuma bayangkan, Ketua PMI kami sudah kami undang minggu depan untuk datang dan resmikan. Kalau kerja lagi jumat depan, mk gak bakal jadi kl kami pulang. Tanpa terasa, kami menetes air mata. Sedih. Kami Ingin wujudkan permintaan warga punya Meunasah tp knp kok kerja ini kurang di bantu. Padahal untuk mereka. Kami akan pulang dan kami juga orang yang tidak dibayar atau dapat untung serupiahpun dari kerja kerja ini.
Pak Arsyad yg sudah tua tp penuh pengalaman menyapa saya, pak budi jangan sedih, pasang kuda kuda itu, kita berenam saja cukup.  Kalimat ini spt obat. Saya optimis lagi saat pergi sembahyang jum'at. Sehabis mkn siang, pak Arsyad pimpin kami ber 4 menyempurnakan kuda kuda dan dinding yg akan jadi tumpuan kuda kuda. Makan siang ini Vsuper karena dari kaleng biskuit, dijadikan kompor dan kami masak nasi dan lauk mie dng kompor fantastis itu.
Karena butuh 6 orang, mk kami datangi 2 orang lagi untuk bantu. 2 orang terdekat kami datangi dan minta bantuan untuk ikut kerja. Kali ini saya bilang, bahwa kami bayar penuh untuk kerjanya. Ini pelanggaran aturan saya yg selama ini, "tidak ada ongkos tukang apapun".

Pagi kami sudah siap. Pak Arsyad bagi tugas, ada yg angkat kuda kuda ke atas kerangka dinding, ada yg pegang tali yang diikatkan pada ujung atap kuda kuda, ada yang bawa bambu panjang untuk tegakkan atap ujung kuda kuda agar berdiri. Ketika kaki kaki kuda kuda sudah di terpasang di dinding, mk 2 orang pegang bambu mulai menegakkan kuda kuda. Setelah mulai tegak, pemagang tali ikut menarik dan lawannya ikut seimbangkan. Setelah seimbang, bambu panjang disanggakan. Kanan dan kirinya. Tidak sulit. 6 orang cukup itupun saya juga sambil pegang kamera. Kuda kuda kedua dipasang kemudian bdan tidak terlalu lama. Antar kyda kyda pertama dan kedua diikat silang sehingga bisa berdiri sendiri. Begitulah sehingga ada 5 kuda kuda terpasang di Masjid pertama paling besar dipantai pantai barat Aceh terlanda tsunami.
Setelah kuda kuda terpasang, kami terharu dan sengaja rehat walau harus jam 11.30 an. Biasa kami rehat jam 12.30, makan jam 13 dan kerja lagi jam 14. Karena di Aceh, Dhuhur nya jam 13 an.
Setelah rehat kayu atap mudah saja dipasang, bahkan kmd seng sengnya. Hari minggu sudah  jadi atap. Langsung pasang dinding termasuk mihrab imam. Saya langsung dng komputer dan printer saya membuat sablon tulisan masjid dengan kayu papan.
Hari Selasa kami ke kota, lapor pengurus PMI Bahwa ketua kami akan datang esok hari dan meresmikan giat kami di leupung dan Sabang. Waktu ketua PMI kami tanya, kami minta dibawakan oleh oleh apa? , bbrp saat kmd, tak sengaja saya jawab, bawa saja istri saya saya jawab itu krn praktis disini tak perlu apa. Ada beras, ada mie instan kadang ada udang besar yg kami buru malam hari di rawa rawa pinggir laut atau Adik Amun yg pancing ikan. Tidak lupa saya sewa mobil dng sopir untuk jemput dan keliling.
  Besoknya, rabu, ketua PMI kami, ketua markas dan istri datang dan kami antar bentar mkn siang, lalu pergi ke Leupung. Kami serah Terima kan masjid Meunasah dng membuka palang nama masjid yg saya buat dng pilox, sablon kertas. Lalu meninjau rumah rumah yg sudah dihuni langsung. Kemudian meresmikan toko koperasi, dan workshop PKK. disini alat tukang disimpan dan yg pinjam lapor pkk dan kembalikan. Sistem listrik dng diesel besar kami. Kantor pos desa dan klinik desa.
Setelah itu, giat reboisasi yg kami lakukan kumpulkan ratusan buah kelapa yg mulai tumbuh lembaga, kami beli dari pengungsi yg diganti insentif uang. Kami kmd upacara penanaman bibit kelapa simbolis 3 pohon. Lainnya ditanam pengungsi.
Setelah itu kami ke kota, di madrasah di kota, pengurus PMI kota Rekomendasikan madrasah yg menampung SMA yg hancur dan bbrp siswa yg selamat tetapi di sekolah tanpa kursi dan meja. Kami pesan kursi meja dan sudah terpasang. Kita serah Terima kan, juga kolam pancuran wudhunya. Setelah semua usai, kami nginap di rumah Pengurus PMI Semarang yang bertugas di Ajun Banda Aceh. Esoknya berencana ke Sabang.

Meunasah Leupung 2005 kebanggaan kami karena terbesar dan pertama di pantai barat Aceh. Walau kmd terbangun masjid masjid lbh besar, kami masih merasa hati yg bahagia sekali.
Kini 20 tahun, masjid masih utuh dan digunakan warga sbg mushola. Masjid Leupung baru yg sangat besar terbangun di pinggir jalan yg baru Aceh Barat.
Salam dari Leupung.
Rumah pak Adi, saudara angkat kami yg setelah 3 putrinya diambil tsunami, kini diganti Allah SWT, satu anak laki yg pintar, cerdas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun