Kepemimpinan merupakan satu kata yang merujuk padanya segala macam bentuk opini dan fakta mulai dari keadilan ,amanah yang harus dijaga, tanggung jawab ,kekuasaan, musyawarah, ditaktor, yang kuat memimpin yang lemah, petunjuk, panutan, contoh, dan masih banyak lagi yang tak bisa di ungkapkan disini.
Sejatinya kepemimpinan merupakan tanggung jawab bagi setiap individu, tak hanya tanggung jawab presiden, ketua, para pejabat, raja tapi ini merupakan beban yang sudah ditanggung di atas pundak setiap manusia sebagaimana yang terukir indah dalam Al Qur'an.
Dan ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, "Aku akan menciptkan di bumi ini seorang Khalifah"Â (Q.S. Al Baqarah:30)
Betapa Allah telah menunjuk manusia sebagai khalifah yang berarti pemimpin.Lalu mengapa manusia yang dipilih?padahal manusia adalah orang yang suka berbuat kerusakan .Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah, karena Allah talah menganugrahkan akal pada manusia.Ini merupakan nikmat yang harus disyukuri, bagaimana tidak bayangkan jika kita tidak memiliki akal , mungkin isi pikiran kitaakan seperti hewan bahkan berperilaku seperti hewan.Na'udzubillah min dzalik.
Kemudian bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik?Kita bisa mencontoh perilaku idola kita bersama, junjungan kita, orang yang paling berpengaruh disepanjang jalan nabi tercinta kita serta suri tauladan kita Nabi Muhammad Salallahu'alaihi Wassalam.
 Dalam menjalankan kepemimpinannya, Nabi SAW selalu mengedepankan akhlak mulia. Hal ini diakui oleh Husain bin Ali sebagai cucu Nabi SAW. Bahwa Nabi adalah pribadi yang menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.
Nabi SAW memiliki rasa empati dalam memimpin. Nabi tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Kalau Nabi berbicara, yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi).
Nabi SAW mengedepankan keteladanan (uswah hasanah) dalam memimpin serta rasa  kebersamaan. Nabi mengusulkan sebuah ide win-win solution dalam penyelesaian masalah peletakkan hajar aswad. Direntangkannya sebuah kain besar, kemudian hajar aswad diletakkan di bagian tengahnya, lalu beliau meminta kepada setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut. Setelah itu, hajar aswad disimpan ke tempat semula di Ka'bah. Dengan cara seperti itu, tidak ada satupun kabilah yang merasa dirugikan, bahkan mereka sepakat untuk menggelari beliau sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).Jadi, kekuatan akhlak inilah yang menjadi pondasi dalam kepemimpinan Nabi SAW. Dan, Akhlak Nabi adalah Alquran.
Nabi Muhammad SAW sangat tegas dalam masalah penegakan hukum. Tidak pernah menetapkan suatu hukum dengan rasa belas kasihan, pilih kasih, atau tebang pilih. Tidak memihak kepada siapa pun, baik pada pejabat pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya sendiri, termasuk anaknya.
Selain dikenal figur yang tegas, juga dikenal sebagai sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Sebelum memutuskan suatu perkara, Nabi selalu memikirkannya secara matang, dan mengacu kepada kaidah yang ditetapkan dalam Alquran. Misalnya, pada saat beliau memutuskan sanksi rajam terhadap pelaku perzinahan.
Demikian sebagian kunci sukses dalam kepemimpinan Nabi SAW. Masih banyak lagi kunci sukses kepemimpinan Nabi lainnya yang tidak akan pernah habis untuk dikaji, yang seharusnya terus digali, diperkenalkan, dan implementasikan di tengah bangsa yang sedang dilanda krisis dalam kepemimpinan.