Mohon tunggu...
Abdus Saleh Radai
Abdus Saleh Radai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dakwah Nusantara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Majelis Dakwah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (MADINAH)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah yang Terpenggal

18 Juni 2021   20:53 Diperbarui: 18 Juni 2021   21:59 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurentangkan tangan menengadah lepas ke angkasa
Berucap pelan sembari meringis sedih
Melihat bayangan melintasi awan putih
Melambai dengan maksud yang tak terwujud

Dia tersenyum dengan air mata mengalir
Sapaku keluh seaakan tak terdengar
Tatap penuh iba hiasi wajahnya
Kenapa pandangi aku dengan wajah sayu
Wajahmu pucat tanpa darah
Meski anggun tetap hiasi setiap auramu

Kini berlahan-lahan kumelangkah
Setapak demi setapak membekas tak tertiup angin
Dedaunan memutih
Pohon-pohon, pegunungan
Laut, pasir semuanya berwarna putih
Terkesiap denyut nadi
Terperangah tatkala kau terlihat di antara celah-celah cahaya bulan dan bintang

Perlahan ku mengerti dan merasa
Kain kafan telah hiasi gaun-gaunmu
Putih tanpa darah telah hiasi wajahmu
Nyanyian kematian mengiringimu
Kini kutersungkur, bertopang pada dua lututku
Badanku lemas tak berdaya

Sulit terima kenyataan
Inikah arti ikrar kita....?
Firasat telah nyata
Ketika kau berucap" hanya kematian yang dapat memisahkan kita "
Kutermangu meratap lesu
Kini ikrar itu larut bersamamu
Membekas dalam ingatan panjangku

Kumenjerit histeris dalam kalbu tak tertampung
Meluap gundah bersama asmamu ya Allah
Bulu kudukku merinding
Disaat lafadz "La...ilaha illallah" menggema
Mengiringi keranda menuju alam abadimu
Dengan suara tertahan aku mengikuti "La...ilaha illallah"

Aku menjerit keras memanggil namamu....lajna.....!
Aku kaget dan terbangun
Nafasku tersengal
Sekujur tubuhku bercucur keringat
Ternyata aku bermimpi ....
Aku bertanya....kenapa kau hadir lagi dalam ingatanku
Kenapa....
Apa karena aku berusaha melupakanmu

Sabdaku....
Belahan jiwaku
Ikhlaskanlah takdir kita
Bahagialah kau bersama Tuhan kita
Di setiap doaku kan selalu terselip nama indahmu ..."Lajna Wahdiah"...
Damai bersamamu bahagia kan kurasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun