Pernah nggak, kamu bingung antara mengejar karier yang sesuai passion atau mengambil peluang kerja yang mungkin jauh dari passion? Di dunia yang terus berubah seperti sekarang, pertanyaan ini jadi dilema banyak orang, terutama generasi muda yang lagi berusaha mencari arah hidup.
Kerja sesuai passion itu ibarat menjalani hidup yang lebih bermakna. Kalau kita berbakat di seni, olahraga, atau menulis, bekerja di bidang itu sering bikin hati lebih bahagia. Apalagi, orang yang kerja sesuai passion biasanya lebih kreatif dan produktif karena mereka benar-benar menikmati apa yang mereka lakukan.
Tapi, di sisi lain, nggak semua passion punya demand tinggi di pasar kerja. Misalnya, kalau kamu berbakat di melukis tradisional, tantangannya adalah mencari peluang yang sesuai di tengah dominasi digital art. Jadi, pertanyaannya: cukup realistis nggak kalau kita hanya mengandalkan passion?
Di era sekarang, banyak orang memilih untuk mengikuti peluang, meski itu di luar passion atau passion mereka. Dunia kerja bergerak cepat, dan industri teknologi, kesehatan, atau data science jadi primadona karena permintaannya tinggi. Akhirnya, nggak sedikit yang beradaptasi dengan mempelajari skill baru, walaupun itu mungkin bukan hal yang mereka cintai.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah kestabilan finansial dan prospek jangka panjang. Tapi, sisi negatifnya, bekerja di bidang yang nggak sesuai minat sering bikin orang cepat burnout atau merasa hidup mereka kosong. Jadi, realistis memang penting, tapi gimana kalau itu bikin kita kehilangan jati diri?
Nah, tantangan sebenarnya adalah gimana caranya menggabungkan passion dan peluang. Misalnya, seseorang yang berbakat di seni tradisional bisa belajar desain grafis supaya tetap relevan di era digital. Atau, orang yang jago menulis puisi bisa mengembangkan diri jadi copywriter untuk memenuhi kebutuhan industri kreatif.
Pertanyaannya, apakah selalu ada cara untuk menemukan titik temu ini? Kadang, nggak semua orang punya kesempatan untuk belajar hal baru, apalagi kalau ada tekanan finansial. Maka dari itu, fleksibilitas dan kemauan beradaptasi jadi kunci penting.
Konsep "ikigai" dari Jepang bisa jadi panduan untuk menjawab dilema ini. Ikigai adalah titik temu antara apa yang kamu cintai, apa yang kamu kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang bisa memberimu penghasilan. Dengan fokus ke ikigai, kita bisa mencari pekerjaan yang nggak hanya sesuai passion, tapi juga relevan dengan kebutuhan pasar.
Misalnya, kalau kamu suka musik tapi dunia kerja lebih butuh skill teknologi, kamu bisa belajar sound engineering atau produksi musik digital. Jadi, ada elemen passion yang tetap dipertahankan, tapi juga disesuaikan dengan peluang yang ada.
Pada akhirnya, nggak ada jawaban mutlak soal harus memilih passion atau peluang. Yang penting adalah memahami prioritas dan situasi kita masing-masing. Kalau situasi memungkinkan, mengejar passion bisa jadi pilihan. Tapi kalau realitas hidup menuntut kita untuk lebih fleksibel, nggak ada salahnya mengikuti peluang sambil terus menjaga minat di sisi lain.
Intinya, dunia kerja itu bukan soal hitam-putih. Fleksibilitas, adaptasi, dan kemauan untuk terus belajar adalah kunci agar kita tetap relevan sekaligus bahagia. Jadi, udah siap mencari jalan tengahmu?