Arah kebijakan dan strategi pembangunan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025. Pembangunan Kesehatan 2005-2025 bersinergi dengan Pembangunan Nasional yaitu pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan daerah, pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan, pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan serta penanggulangan keadaan darurat kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator keberhasilan Pembangunan Nasional di sektor kesehatan. AKI di Indonesia masih cukup tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara serta masih jauh dari target global SDGs. Target SDGs yaitu untuk menurunkan AKI menjadi 183 per100.000 KH pada tahun 2024 dan kurang dari 70 per 100.000 KH pada tahun 2030. Kondisi ini mengisyaratkan upaya yang lebih startegis dan komprehensif, karena untuk mencapai target AKI turun menjadi 183.000 per 100.000 KH tahun 2024 diperlukan paling tidak penurunan kematian ibu sebesar 5,5% per tahun.
Indonesia memiliki tantangan besar dalam mencapai tujuan pembangunan, yaitu  pembangunan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai konsep Nawacita. Tantangan dihadapi Indonesia seperti kondisi geografis berupa daratan, lautan, pegunungan banyak  pulau-pulau yang tersebar menyebabkan  derajat  kesehatan  untuk daerah tertentu masih rendah. Geografis yang menantang tersebut relatif masih rendah akses termasuk akses terhadap kesehatan terutama pelayanan rujukan. Terlambat merujuk dapat menyebabkan kematian ibu. Seperti penelitan yang diungkapkan oleh Wiludjeng LK, dkk (2015) bahwa kondisi geografis mempengaruhi derajat kesehatan karena geografis yang sulit menyebabkan maldistribusi tenaga kesehatan. Daerah yang sulit dijangkau umumnya tidak menarik minat tenaga kesehatan untuk bekerja dalam waktu yang lama. Hasil penelitian lainnya oleh Asmadi (2017) yang mengungkapkan bahwa terlambat merujuk salah satu penyebab tidak langsung terjadinya kematian ibu di Kabupaten Nunukan.
Terlambat merujuk pasien bisa disebabkan oleh kualitas Antenatal Care (ANC) yang masih rendah, sarana dan prasarana rujukan belum maksimal, pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang kesehatan khususnya kegawat daruratan masih rendah, jarak rumah pasien dengan faskes relatif jauh termasuk jarak antar faskes primer dan sekunder dan layanan transportasi sulit. Masalah kematian ibu merupakan masalah besar, penting dan harus ditangani dengan komprehensif. Kematian ibu merupakan cerminan dar kinerja pembangunan sektor kesehatan. Dan menentukan nasib bangsa jangka panjang. Kemajuan suatu negara pada hakikatnya tidak terlepas dari kualitas kesehatan ibu. Karena dari kesehatan ibu yang baik maka akan terlahir dari generasi penerus bangsa yang berkualitas. Semua orang terlahir dari seorang ibu, maka tidak seorangpun ibu hamil yang boleh meninggal yang disebabkan oleh penyebab-penyebab yang dapat dicegah dan diupayakan.
    Untuk meningkatkan kualitas ANC, maka Kabupaten Nunukan membuat inovasi yang diberi nama Sistem Rujukan Dini Terencana Pada Maternal kemudian disingkat SIRUDITAMA. SIRUDITAMA adalah teknik skoring dalam sistem rujukan yang jadi panduan bidan dan ibu hamil termasuk keluarga untuk melihat dan mengambil keputusan mengenai status rujukan pasien ibu hamil (maternal). Sejak dini, ibu hamil sudah mengetahui kondisi kehamilan dan rencana tempat persalinan. Dalam implementasinya, SIRUDITAMA berbentuk kartu seperti berikut:
Skor terbagi 4 layer. Adapun penjelasan layer sebagai berikut:
- Layer 1: Jumlah skor 2 masuk kategori hijau yang artinya kehamilan risiko ringan tidak dirujuk, yang melakukan perawatan adalah dokter dan bidan. Tempat persalinan di Praktek Bidan Mandiri atau Puskesmas. Jumlah penolong minimal 3 orang tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan perawat.
- Layer 2: Jumlah skor 6 masuk kategori kuning yang artinya kehamilan risiko sedang, tempat rujukan dan penanganan ibu hamil di Puskesmas. Jumlah penolong minimal 3 orang tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan perawat.
- Layer 3: Jumlah skor 10 masuk kategori coklat yang artinya kehamilan risiko tinggi. Perawatan oleh bidan dan dokter. Ibu hamil harus di rujuk ke Puskesmas Poned atau RS Pratama. Tempat persalinan di Puskesmas Poned atau RS Pratama. Jumlah penolong minimal 3 orang tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan perawat.
- Layer 4: Jumlah skor >10 masuk kategori merah yang artinya kehamilan risiko sangat tinggi. Ibu hamil dirujuk ke RSUD untuk mendapatkan penanganan perawatan oleh bidan dan dokter spesialis obgyn. Jumlah penolong minimal 3 orang tenaga kesehatan yaitu dokter obgyn, bidan dan perawat.
SIRUDITAMA sudah menjadi kebijakan melalui SE Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan yang ditujukan ke seluruh fasilitsas kesehatan untuk diimplementasikan. Penguatan pengawasan implementasi SIRUDITAMA perlu terus dilakukan sehingga kualitas ANC meningkat dan kematian ibu dapat dicegah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI