Mohon tunggu...
Asma Aziz
Asma Aziz Mohon Tunggu... -

asma aziz...seorang perempuan sederhana yang tak banyak orang tahu tentangnya. sosoknya hampir terabaikan sebab sejarah tak pernah mencatatnya sebagai penulis. hanya saja apa yang dilihatnya, didengarnya dan yang dirasakannya selalu jadi inspirasi untuk mengubahnya menjadi sebuah fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Untuk Bintang

24 Oktober 2010   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bintang…dia seperti bintang. Jauh ….seakan jauh untuk kugapai dengan tanganku sendiri. Aku tak pernah tahu mungkin bintang itu akan tetap jauh dalam pandanganku ataukah dia akan turun untukku. Sebab aku tak punya kuasa untuk menentukan semuanya. Aku juga tak mampu memintanya untuk menjadi meteor yang melesat turun ke bumi untuk hadir di depanku. Dia memang seperti bintang jauh namun tetap bercahaya.Entah kenapa aku tak pernah jenuh memandangnya dari jendela kamarku, menatapnya berdampingan dengan bulan sepotong di langit hitam. Aku tersenyum padanya walau aku tahu dia tak pernah melihatnya. Senyuman yang terukir sebagai pengantar surat-suratku. Seperti saat ini aku kembali bercerita lewat lembaran kertas lusuh di depanku. Surat keenam puluh yang kutulis sejak lima tahun lalu. Surat yang untuk kesekian kalinya tak terbalas sebab aku tak pernah mengirimkannya. Perasaan malu melebihi segalanya hingga keberanian pun menciut karenanya.

Bintang…dia seperti bintang. Jauh sejauh langkah detik berlari meninggalkan waktu yang bernama masa lalu. Ia memang masa laluku karena dia pernah ada untukku. Bagi orang lain mengingat dan mengenang masa lalu kemudian bersedih atas kegagalan di dalamnya adalah tindakan bodoh. Tapi tidak demikian denganku karena bagiku masa lalu adalah bagian dari masa depan meski terpisah ruang dan waktu. Masa lalulah yang membuat kita semakin dewasa meski kebanyakan masa lalu pula yang membuat kita salah melangkah dalam mengambil keputusan hingga penyesalan menjadi ujungnya. Seperti saat ini entah kenapa aku menyesal mengukir namanya dalam-dalam di hatiku padahal tak sepotong kabarpun kudengar tentangnya. Aku tetap bertahan hanya karena sebuah cincin yang melingkar di jari manisku. Cincin itulah yang menyuruhku untuk senantiasa percaya. Percaya akan apa yang disebut jodoh meski cincin itu sendiri tak pernah bisa jadi jaminan.

Dan tragedi penghianatan yang tak berujung tak pula membuatku jera tersenyum diam-diam untuknya. Penghianatan yang meluluhlantakkan dinding kesetiaan hingga banyak air mata berjatuhan karenanya. Aku sadar bisa jadi aku telah menjadi bagian dari lingkar merah penghianatan itu sebab sampai kini aku tak yakin dengan kesetiaan yang kurajut untuknya. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku bukanlah perempuan yang tidak sabar menunggu kekasihnya pulang meski mungkin saja dia sudah memasukkanku dalam ruang kelupaan di dalam hatinya atau telah membuangku jauh di dalam bilik ketidakpedulian. Aku tak tahu.

Rupanya ini harus menjadi surat yang terakhir bagiku, surat terakhir yang kutulis untuknya sebab realita telah membawanya pulang. Dia sudah teramat dekat denganku jadi buat apalagi aku menulis surat untuknya toh aku bisa mengungkapkannya langsung lewat lisanku meski dengan wajah memerah menahan malu. Harusnya aku tersenyum untuknya sambil menatap matanya yang teduh. Sekali lagi, harusnya aku bahagia akan kedatangannya karena itulah yang aku tunggu selama ini. Namun ternyata aku harus mampu menahan pandanganku tatkala melihatnya duduk termenung tanpa kehadiranku tentunya sebab seminggu yang lalu, tanpa sepengetahuanku laki-laki itu telah menikahi saudara kandungku sendiri.

(repost)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun