Mohon tunggu...
Asma Aziz
Asma Aziz Mohon Tunggu... -

asma aziz...seorang perempuan sederhana yang tak banyak orang tahu tentangnya. sosoknya hampir terabaikan sebab sejarah tak pernah mencatatnya sebagai penulis. hanya saja apa yang dilihatnya, didengarnya dan yang dirasakannya selalu jadi inspirasi untuk mengubahnya menjadi sebuah fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Arjuna

23 Oktober 2011   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Renungkanlah dan waspadalah. Sesungguhnya perselingkuhan itu bagaikan utang. Jika engkau melakukan hal itu maka istri dan anak-anakmu yang akan membayarnya"

Nasehat itu sangat tepat ditujukan pada seorang laki-laki yang menamakan dirinya sebagai Arjuna. Bagi wanita dia memang seperti Arjuna karena hampir semua yang didambakan oleh kaum hawa ada padanya. Wajahnya yang menawan membuat orang tertawan hatinya untuk jatuh cinta padanya. Karena itulah Ia menjadi seorang petualang yang merajut kisahnya dari hati ke hati. Entah sudah berapa banyak hati yang berderak patah karenanya. Ia tak peduli sebab baginya cinta adalah seni.

Ia memang terlahir dengan wajah yang sangat indah. Namun tidak dengan perangainya. Ia memanfaatkan anugerah keindahan itu untuk kepentingan yang sungguh tidak pantas dilakukan yakni untuk menjerat hati wanita-wanita yang lemah imannya dan gampang terpesona oleh keindahan fisik semata.

Petualangan Arjuna akhirnya berujung jua. Ia telah menemukan pelabuhan hatinya. Seorang perempuan cantik yang menurutnya hanya pantas bersanding dengan dirinya. Bagi sang Arjuna dialah Cleopatra pujaan hati yang lama dicarinya. Maka tak heran ia begitu bahagia dengan pernikahannya apalagi beberapa tahun setelahnya mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat cantik.

Waktu terus berjalan menggenapkan hari menjadi tahun. Tak ada yang bisa menjamin hati manusia kecuali Dia Sang Pemilik hati sebab hati manusia adalah tempat yang paling mudah goyah. Kadang lurus namun tidak jarang ia berkelok-kelok bahkan bercabang-cabang. Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mempertahankan kondisi hatinya dalam keadaan lurus. Dan Arjuna bukanlah orang yang termasuk dalam golongan itu. Laki-laki itu seperti pohon angsana. Semakin Tinggi dan berumur pohon itu maka semakin banyak pula rantingnya. Begitu pula dengan Arjuna. Jiwa petualangannya kembali muncul di usianya yang sudah setengah baya. Istrinya yang cantik dan penurut tak tahu kelakuan suaminya diluar rumah. Ia juga tak tahu kalau Arjuna tuanya bermain api diluar sana karena laki-laki arjuna itu tak pernah menampakkan perubahan sikap yang mencurigakan. Hanya saja belakangan laki-laki itu teramat rajin berdiri di depan cermin sambil memandangi wajahnya seakan-akan mengukur diri apakah Ia masih pantas disebut Arjuna atau tidak lagi.

Bagi sang Arjuna uang dan jabatan adalah modal baginya dan Ia merasa sudah memiliki keduanya. Apalagi ditunjang oleh penampilan yang kharismatik dan modal tampang diatas rata-rata. Meski usianya sudah tidak muda lagi tapi Ia merasa masih sama seperti Arjuna dua puluh tahun lalu. Uang juga yang mendukung hobinya untuk tinggal lama di luar rumah. Ia nyaris lupa akan anak dan istrinya. Lupa akan dirinya yang sebentar lagi akan menjadi seorang kakek sebab anak tunggalnya itu sedang mengandung. Dan seperti biasa laki-laki itu kembali menyusuri gelapnya malam seorang diri. Ia menghentikan kendaraannya di depan sebuah hotel mewah. Langkahnya terhenti tatkala matanya tertumbuk pada sosok laki-laki di depannya. Dengan mata kepalanya sendiri Ia melihat menantunya sedang menggandeng seorang perempuan. Jantungnya seakan berhenti berdetak karena perempuan yang dilihatnya bergandengan mesra dengan menantunya itu adalah istrinya sendiri. Tuhan telah menghukumnya. Perselingkuhan yang dilakoninya selama belasan tahun telah dibayar lunas oleh anak dan istrinya. Ia hampir gila karenanya. Ia merasa dunia seakan runtuh ketika Ia teringat kembali akan sebuah buku yang pernah dibacanya beberapa tahun silam. Buku yang didalamnya berisi nasehat yang baginya sangat tak masuk akal. Kini nasehat itu seakan menamparnya lalu membuang harga dirinya ke dalam ruang kehinaan hingga membuatnya tak sadarkan diri berhari-hari.

"Sesungguhnya perselingkuhan itu bagaikan utang. Jika engkau melakukan hal itu maka istri dan anak-anakmu yang akan membayarnya"

www.pondokcerpenku.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun