Daerah tak bersinyal itu ada. *Hellooow? kemane aje lo? (sorak sorai penonton)* hehehe.... saya sbnrny sudah tw dari dulu kalau daerah tsb ada, hanya belum pernah merasakan tinggal d sana. Sampai suatu hari.
Beberapa bulan lalu, saya mendapat tugas bekerja di sebuah pulau bernama Bacan. Sebuah pulau yang berada di kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Tapi, ini bukan tentang Bacan. Di Bacan sinyal masih ada di beberapa wilayah, walau yah....kembang kempis.
Ini tentang sebuah pulau bernama Busua, sekitar 6 jam lebih perjalanan laut dari Bacan.
Saya dan beberapa teman yang memang hobi berpetualang diajak oleh seorang penduduk untuk menengok anaknya di pulau tsb. Gayungpun bersambut. Jelas, kami mau. Merasakan daerah berbeda adalah tantangan menarik untuk kami. Tentunya sudah diwanti-wanti oleh penduduk tsb" g ada sinyal lho...". "Siap!" bak tentara kami menjawab. " g ada listrik?" katanya lagi. "no problem" jawab kami.
Dan berangkatlah kami ke pulau tsb. Kami berangkat menumpang longboat kecil milik penduduk Busua yang kebetulan sedang mampir di Bacan.
Ternyata, perjalanan sangat menegangkan. Dengan longboat kecil yang membelah lautan Halmahera, kami berangkat. Longboat kecil tsb memang cukup kecil. Muatannya maksimal 10 orang dan jika dua dewasa duduk berjajar akan terasa sempit, jadi...ketika itu kami duduk memanjang. Dan satu lagi, tanpa atap. Walhasil kami, para wanita, sibuk menutupi wajah kami dengan kerudung atau masker, takut hitam. hehehe...
Perjalanan benar benar menegangkan. Laut bulan Januari memang kurang bersahabat. Perahu beberapa kali oleng. Terpaan ombak yang membuat kami basah kuyup dengan air garam, lalu tiba-tiba hujan, lalu tiba-tiba panas lagi, lalu hujan lagi, lalu panas, sukses membuat kami seperti cucian di jemuran luar yang ditinggal pemiliknya seminggu. weeewww....kapan sampainya....
Dan sampailah kami... Alhamdulillah...
Sekitar tiga hari kami menginap di sana. Merasakan hidup anak pulau. Dan sampailah saat pulang.
Menurut informasi penduduk, perahu komersil menuju Bacan ada seminggu 3x dan hari kepulangan kami sesuai dengan jadwal perahu komersil. Perahu tsb berangkat dari pulau sebelah dan akan mampir ke Busua menjemput penumpang. "Jam 8 pagi tunggulah di dermaga."begitu kata penduduk. Segeralah kami ke dermaga dengan membawa seluruh barang sekitar jam 7.30. Sebenarnya kalau ada perahu milik penduduk yang akan berangkat ke Bacan, kami bisa menumpang seperti saat berangkat. Tapi hari itu tidak ada perahu penduduk.
1 jam kemudian, tanda-tanda datangnya perahu belum terlihat. Cuaca yang terik tidak menyurutkan langkah kami menunggu.
2 jam kemudian, kami mulai was-was. Lalu bertanya ke penduduk yang sedang mengail ikan. Menurut bapak tsb biasanya perahu ada di hari itu dan perahu memang kadang terlambat. Kami kembali menanti. Berharap perahu memang terlambat.
3 jam kemudian, tidak ada kabar mengenai ada atau tidaknya perahu. Kami pun bingung bertanya ke siapa. Mau sms pak sopir perahu, tidak ada sinyal. Haduhhhh.... Lagian siapa yang tau pak supir punya hape atau tidak. Mau tanya PT.Pelni, deng.... tidak ada sinyal dan tidak ada hubungan antara PT.Pelni dan si perahu komersil. Mau berkicau di twitternya presiden, "Pak...kami harus pulang ke Bacan hari ini!!!" hedeh....aya2 wae....