Suatu hari, ketika sedang asyik melihat-lihat FB, saya tersentak. Saya tersentak melihat salah satu status dan fhoto yang diupload teman saya. Sebut saja namanya Ani. Dalam fhoto tsb, ani memakai sesuatu seperti bra #mungkin itu model tank top ya# dan celana pendek yang menurut saya seperti celana dalam. Ani di dalam fhoto itu sedang bersama dua temannya yang berpakaian serupa di sebuah diskotik di Las Vegas. Statusnya kurang lebih begini, " betapa sialnya minuman keras, tapi enak". Dalam kolom komentar, banyak teman-temannya yang berkomentar kurang lebih sama, menyepakati Ani.
Saya termenung, mengingat sosok Ani dulu. Ani adalah teman SMP saya di pesantren. Kamarnya terletak di sebelah kamar saya, sehingga kami cukup akrab. Ani yang saya kenal adalah gadis yang termasuk alim. Kalau berangkat ke masjid termasuk tipe "awalan" alias setelah adzan langsung berangkat. Kadang malah sebelum adzan, Ani sudah jalan. *Di pesantren kami, perempuan juga diwajibkan mengikutin shalat jama'ah di masjid*. Beda dengan saya yang setelah adzan baru ambil wudhu. Hehehe.... Sering kena pukul sajadah di kaki de oleh petugas keamanan karena terlambat. Wkwkwk...
Ani saat SMP kerudungnya rapi. Bajunya juga. Yah, pokoknya menurut pemikiran saya waktu SMP, Ani termasuk golongan alim. Selain itu, Ani cantik. Mukanya mirip putri Indian. hehehe.... seperti Pocahontas di kartun Disney. Selepas SMP, saya meneruskan sekolah ke SMA negeri di Jakarta, sementara Ani masih lanjut di pesantren. Setelah itu, saya putus kontak dengan Ani.
Terakhir saya dengar tentang Ani, Ani melanjutkan kuliah ke Amerika. Saya ingat, dulu Ani pernah bercerita mengenai kakaknya yang bekerja di sana. Ya...tampaknya dia memang ke Amerika. Saya bertemu lagi dengan Ani di FB, setelah beberapa tahun. Ada yang berbeda dari Ani, yaitu namanya... nama FBnya adalah Anne dan sekarang ia tidak berjilbab lagi.
Itulah kisah Ani. Miris. Setidaknya untuk saya. Gadis yang saya kenal alim dan cantik kini berubah. Tampaknya gemerlapnya diskotik dan minuman keras melenakannya. Ah, sedih sekali hati saya. Berharap, melihat Ani dengan senyum dan kerudungnya kembali.
Amerika, negeri kebebasan itu tampaknya tak seindah yang sering orang bayangkan. Saya sempat membaca tulisan mengenai indahnya hidup di negeri sekuler karya seorang kompasianer, tapi setelah melihat kisah Ani, tampaknya tak seindah itu. Ada beberapa ketidak indahannya juga. Apalagi untuk orang-orang yang belum kuat spiritualnya.
Hidup di negara manapun, pasti ada keindahan dan ketidakindahan. Tinggal bagaimana pilihan dan sikap kita. Mewarnai, terwarnai, atau seperti tiada.
Semoga Ani diberi petunjuk untuk kembali ke jalan yang lurus. Dan semoga kita semua wafat dalam keadaan husnul khatimah. Amiinnn.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H