tepatnya akhir agustus 2012, saya mengalami hal yang benar-benar berbeda. wooouww super luar biasa. lebaran tahun ini, tepat saya 2 bulan berada di Tangerang. saya tinggal bersama paman dan keluarga kecilnya. biasanya moment-moment lebaran adalah moment berkumpulnya keluarga di kampung. maklum saya asli kampung, dan kepingin sekali mudik.
sebenarnya saya juga punya adik yang sudah cukup lama tinggal di Tangerang. sayangnyaadik saya sudah terlanjur membeli satu tiket saja (ikut rombongan perusahaan) dan sayangnya saya tidak. saat itu waktu lebaran 3 hari lagi. adik saya yang berusaha membeli tiket di rombongannya, tidak bisa. sudah tidak kebagian. so...mengapa tidak cari cara lain gitu? bis, kereta, pesawat??
kami punya alasan tersendiri mengapa kami tidak memilih alternatif diatas. sekali lagi saya jelaskan, saya asli kampung, wong ndeso. paman saya kawatir dengan "kendesoan" saya. kalaupun saya mudik dengan bis lain sendirian, itu tidak memungkinkan. karena saya kalau naik bis mabok, meskipun sudah minum obat anti mabok, itu tidak mempan. jadi paman saya tidak rela saya mudik sendirian naik bis tanpa ditemani dan dijaga adik saya. belum lagi kalau mudik suasana dan "kekhasan lalulintasnya" yang super-super padet, ramai, macet sehingga memperpanjang waktu tempuh. tahun kemarin perjalanan mudik adik saya yang seharusnya hanya 18 jam (hari normal) berubah menjadi 35 jam. bayangkan sesosok gadis ndeso mabok diperjalanan selama itu, wah wah wah bisa-bisa gak ada nyawanya. emang bener-bener parah dech! kenapa gak naik kereta?? tiket udah gak kebagian. kalau pesawat?? ah mimpi kali saya bisa naik pesawat. akhirnya dengan berat hati saya tidak bisa mudik ke kampungku tercinta.
wwwuuuuzzz tak disangka, saya seperti mendapat angin segar. Wawan teman saya, masih famili juga yang bekerja di tangerang sms saya. dia ngajak mudik bareng pakai truk. wah, ini kesempatan. kalau saya naik truk gak bakal mabok. saya yakin. saya lalu membicarakan hal ini kepada paman. ternyata paman tidak mengijinkan, alasannya, mudik pakai truck tidak senyaman naik bis. pengalaman paman dulu yang pernah mudik naik truck, malah paman dan rombongannya musti ngedorong trcuk, padahal itu masih setengah jalan. belum lagi pertimbangan fisik saya yang lembek kaya margarin dipanasin. dan satu lagi yang tidak saya sadari, apakah mungkin seorang paman membiarkan keponakan perempuannya mudik naik truck kepanasan, paman berpikir bagaimana sikap dan perasaan orang tua saya (nota bene adalah kakaknya sendiri) jika paman mengijinkan saya. apakah separah itu sikap yang baik paman terhadap keponakannya sendiri?? saya pun mengerti maksud dan alasan paman, lagi pula paman juga tidak ingin hal buruk terjadi kepada saya. yachh meskipun ada Wawan, ada gadis-gadis lain juga dalam satu truck tersebut, saya tetap menghormati keputusan paman saya. terimakasih paman.
tepat hari lebaran. hari minggu yang memberi gundah dihatiku. terbayang suasana lebaran di kampung, berkumpul dengan gelak canda tawa bersama. hah, terutama ibu dan bapak saya. duh....
hanya lewat telepon kami saling meminta maaf dan mengucapkan selamat lebaran. adik saya nyelonong, dia minta saya melakukan sesuatu. saya langsung pergi ke kounter sebelah rumah paman saya. saya curhat dan lebih tepatnya meminta bantuan penjaga counter. saya meminjam modem penjaga kounter tersebut seraya membeli pulsa internet indosat. saya gak tahu detail bla bla blanya, yang jelas semuanya saya minta tolong ama penjaga kounter. kebetulan saya dan adik saya punya netbook. saya berusaha "mengotak-atik" netbook saya supaya bisa dipakai ngobrol tapi kelihatan wajah orang yang saya ajak ngobrol.
akhirnya tepat jam 11 siang saya bisa melihat oorang tua saya di kampung. senang bercapur sedih jadi satu dalam hati saya. bisa melihat dan ngobrol ama kakek nenek saya, paman-paman saya, sepupu-sepupu saya, bahkan tetangga di kampung juga ngobrol ama saya. bukan main senangnya. hal yang sedikit menggelitik saya, emmms..... ekspresi paman saya yang benar masih teringat jelas dibenak saya. ketika paman bisa melihat wajah ibu dan bapak saya di monitor, paman sontak teriak kencang sambil menunjuk-nunjuk monitor. "wwoooii.....wwooii...." paman saya benar-benar terheran-heran. maklum, meskipun paman saya sudah sepuluh tahun lebih tinggal di Tangerang, paman saya tetaplah wong cilik, wong ndeso yang gak pernah makan bangku sekolahan. ada lagi paman saya yang ngakak gak ada habisnya, ketika melihat dua adiknya yang semakin botak kepalanya tiba-tiba nongol di layar monitor. (padahal sama botaknya kaya paman sendiri, heheh) aduh nampaknya bukan hanya moment lebaran saja yang terasa saat itu, tapi lebih dari itu semua. kami bisa bercanda, sepuasnya.
akhirnya paman sekeluarga beserta saya bisa bersilaturahmi, meminta maaf pada sanak keluarga dikampung secara tatap muka lewat internet dari indosat. benar-benar berbeda lebaran tahun ini. terimakasih penjaga kounter yang telah meminjamkan modem dan mengajari saya. terimakasih paman. terimakasih Tuhan, dan tentu saja terimakasih indosat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H