Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menghadiri peresmian jalan Prof. Dr. Hamka, yang kerap disapa Buya Hamka, di Masjid Agung Al Azhar, Jumat (22/5/2015).
BUYA HAMKA. Nama besar ini bukan hanya dikenal sebagai ulama besar, melainkan juga sebagai sastrawan, budayawan, politisi, cendikiawan, dan pemimpin masyarakat. Ketokohan serta keagungan karyanya membuat banyak orang tertarik untuk mengabadikannya
Gagasan penamaan Prof. dr. Hamka tersebut pada jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu – Casablanca, Jakarta, lahir dari inisiatif Irfan Hamka. Anak kelima dari Buya Hamka ini juga menulis sebuah buku dari kisah ayahnya yang berjudul "Ayah" .
Menulusuri Teladan beliau, AYLI (Al Azhar Youth Leader Institute) organisasi pemuda di bawah Yayasan Pesantren Islam Al Azhar melaksanakan acara peresmian Jl. Prof Dr. Hamka di Masjid Agung Al Azhar . Keberhasilan AYLI yang merupakan para pemuda memacu untuk menjadikannya sebagai Role Model.
“ Jadi Pemberian nama JL. Prof Dr. Hamka bukan hanya sekedar administrasi maupun penempelan nama saja, tapi lebih dari itu, dimaksudkan agar kita semua dapat menelusuri tauladan beliau yang sepanjang hidupnya didedikasikan untuk kemajuan umat islam.” tukas Djarot dalam sambutannya.
Selama mengembangkan Islam di Indonesia, Prof. Dr. Hamka pernah diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama tahun 1975 – 1981 dan aktif di Muhamadiyyah hingga akhir hayatnya.
Karya-karya islamnya sangat banyak terbit di Indonesia maupun negara tetangga serumpun, dengan salah satu karya terbaiknya yaitu Tafsir Qur’an Al Azhar, yang diselesaikannya saat dipenjara pada masapemerintahan Soekarno (1964-1966). Selain itu, Hamka juga produktif menghasilkan karya-karya fiksi yang terkenal, diantaranya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H