Atau ilustrasi sederhananya seperti ini, jika seseorang ditinggal dalam suatu ruangan dengan bahan bacaan (buku, koran maupun majalah) dan ia memiliki minat atau hobi membaca pasti akan membaca bahan bacaan yang berada di tempat itu, karena minatnya.
Lantas sia-sia kah gerakan para komunitas literasi yang berinisiasi mendorong agar minat baca perlu ditingkatkan oleh anak bangsa? Jawaban Saya tidak. Karena dengan gerakan semacam itu, selain mengembangkan potensi dan merawat akal sehat anak bangsa juga sebagai upaya merawat eksistensi karya seseorang. Implikasknya, para penulis juga lebih bersemangat dalam berkarya.
Saya percaya, budaya membaca masyarakat akan meningkat jika dibarengi dengan gerakan sosial para aktivis literasi di Bumi Pertiwi. Niat mereka baik, mengamalkan amanat Konstitusi Negara dalam "Mencerdaskan kehidupan bangsa."
Karena jika minat baca warga dibiarkan seperti data dari Central Connecticut State University tanpa ada gerakan sosial dari para komunitas literasi maka sama saja mengamini data tersebut. Hal ini berakibat pada lahirnya generasi-generasi yang kurang memiliki pengetahuan baru ditengah terpaan modernitas jaman yang semakin mengglobal.
Jadi jika bertanya penting gak sih ada gerakan sosial berbasis literasi seperti peningkatan minat baca jawabannya cukup singkat "Penting".
Semoga para aktivis komunitas literasi yang masih peduli tentang dampak baik dari hal yang mereka inisiasi tidak pernah surut. Apalagi tujuannya baik, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penolakan terhadap merajelelanya kebodohan di bumi pertiwi juga merupakan niat baik. Karena membaca ialah melawan, melawan kebodohan tentunya. Tetap semangat buat kawan-kawan komunitas literasi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H