Saya terkesan membaca sejumlah tulisan SBY yang belum pernah diterbitkan. Bahkan orang-orang dekat beliau sendiri dijamin belum ada yang mengetahui kabar penting ini. Saya tergoda untuk membaca, bukankah ketika menelaah tulisan orang lain, sesungguhnya yang terjadi bukan sebatas menatap teks yang kerlap-kerlip, bukan sebatas huruf. Tetapi melesat jauh terhampar sebuah kejadian antara jiwa yang berdialog. Dua pemikiran, jiwa kita dan jiwa sang penulis. Tulisan tak berhenti sebagai tulisan an sich, ia terus mencari persenyawaan dengan bendungan kesadaran pengetahuan manusia. Itu sebab saya terpukau menikmati tulisan SBY.
SBY berpembawaan tenang, tak banyak mengumbar kata yang tak perlu, bijak, bersuara merdu dan suka menolong sesama. Dari berderet tulisannya, ada keterbatasan ruang untuk ditampilkan, namun saya pilihkan dua puisi bertenaga, bercerita jujur dari tulusnya hati. Yang pertama berjudul “Senandung dini hari”
Hitam alam...
Serta sepi teriakan zaman
Dan makna yang tersembunyi seakan menampakan diri
Nuansa cakrawala jiwa membiru
Hanya bintang dilangit
Pertanda ada cahaya disana.... (2agustus2006)
Atau simak puisi kedua :
"sehari ku dibalut rindu"
buat:
terus terang... anakku
dalam kesepian yang tak terbatas
hanya coba kubayangkan nampak raut wajahmu
dan terus kuukir makna sejuta tangismu
terus terang tak kuasa kuberdebat dalam kerinduan
anakku....
kutahan makna terasing dalam jauh dari dirimu
hanya untuk mencoba mengukir wajahmu di awang-awang
awan tak kunjung bicara
sementara....
berita akan dirimu
tak jua badai sampaikan..
aku merindukanmu
dan kumenghibur diriku
dengan bayangan raut mukamu
yang kuimpikan.(ditulis pada 11-01-2007)
Akh, aku tersentuh oleh puisi itu, ada rasa haru mengalir. Terima kasih SBY, saudara seperjuangan kita SBY (Syawaluddin Boy). Teruslah menulis puisi, kawan! Suatu hari nanti jika kamu sudah punya duit, kamu bisa menerbitkan kumpulan puisimu. Hehe...
NB:
SBY adalah Singkatan nama dari Syawaluddin Boy, satu dari berpuluh juta rakyat Indonesia yang memiliki setumpuk alasan untuk mencintai Presiden SBY. Dalam dua kali pemilihan presiden, Syawaluddin Boy memilih Presiden SBY, selain karena tertarik dengan program kerja beliau, juga karena alasan yang bersifat pribadi yaitu singkatan namanya memiliki kesamaan dengan singkatan nama Sang Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H