Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

JK: Berkelahi Jika Perlu

24 Agustus 2011   03:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JK berbicara di acara Jakarta Lawyer Club TVOne beberapa hari lalu, blak-blakan, tegas, natural. Hadirin terpikat menyimak, tak menoleh kiri kanan atau sibuk utak-atik hp. Berjarak sekali saat JK telah meninggalkan ruangan, dan acara masuk pada sesi kesempatan bicara dilemparkan pada sesama hadirin. Tampak tak semua orang tertarik/ berminat, itu tergambar dari bahasa tubuh para peserta, ada yang menoleh kiri kanan, melihat hp, atau memperlihatkan ekspresi lain yang dapat ditafsirkan sebagai kurang berminat.

JK punya kemampuan memuaskan pendengarnya, ada senyawa inti yang diungkap pada audiens, ini begini karena ini, titik. Setiap tanya ada jawab. Kalimatnya sederhana, tak terjebak oleh sistematika basa basi, seperti ketika pejabat lain berpidato namun disitulah letak kekuatan dan pesona dari JK. Pendengar jadi paham dan ingat. Keunggulan membuat pendengar untuk paham dan mengingat hanya dimiliki oleh mereka yang berbakat sebagai komunikator ulung, dimiliki segelintir saja. Mengupas masalah berdasar pengalaman sendiri, menjadikan beliau hadir sebagai tokoh yang memahami anatomi persoalan bangsa mulai hal ringan hingga yang tinggi-tinggi.

Kelebihan JK, selain mengetahui bagaimana memetakan persoalan, juga mampu menawarkan cara pandang berbeda atas sesuatu. Saya pernah menghadiri acara Rossy Goes to Campus di kampus Universitas Hasanuddin Makassar (11/06/11), kebetulan JK hadir sebagai salah satu pembicara yang diwawancarai. Yang terasa sekali dan membuat saya terkejut, ketika JK mengomentari fenomena tawuran di masyarakat; kurang lebih beliau  menyesalkan mengapa tawuran harus terjadi dan seterusnya...., lalu kemudian beliau meneruskan bahwa dalam kehidupan ini, terkadang berkelahi itu perlu dilakukan jika ada alasannya, alasannya harus tepat dan jelas, demi membela kehormatan misalnya, jangan seperti model tawuran sekarang, orang-orang berkelahi tanpa alasan yang jelas. Kurang lebih seperti itu penuturan beliau…

Bila diizinkan beropini, kiranya salah satu penyebab sehingga bangsa kita sulit maju dan berkembang ialah karena kita masih takut menunjukkan kemampuan "berkelahi" yang normal. Hidup sejatinya, selain sebuah wahana tempat berjumpanya bermacam hal, seperti kerjasama dan saling membantu, juga merupakan medan bagi kemungkinan-kemungkinan; termasuk perkelahian dalam skala dan intensitas tertentu.

Mereka yang maju dan berkembang adalah yang sanggup memadukan kemampuan kerjasama dan kemampuan berkelahi, pada aras proporsional dengan argumentasi sehat nan jelas. Adagium kuno; jika kamu ingin berdamai, maka bersiaplah untuk berperang, untuk sejumlah analisa masih punya kebenarannya sendiri.

Hidup tentu tak mudah dan datar saja, bangsa kita seumpama rombongan kafilah besar yang sedang menempuh perjalanan jauh. Di sepanjang jalur yang dilewati, apapun bisa terjadi termasuk suatu ketika nanti kita sulit menghindar (baca: lari) dari ‘berkelahi’, guna mempertahankan diri atau untuk tujuan lain yang mengandung kebenaran. Berkelahi lawan kemiskinan, melawan kebodohan dan terutama sekali berkelahi membasmi korupsi dan seterusnya…
Mengingat JK, saya terbayang Bung Karno….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun