Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wikileaks dan Gus Dur

12 Maret 2011   07:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur, tokoh bangsa yang banyak mengajarkan kearifan hidup

Sejumlah tokoh penting Indonesia menjadi berita di koran negara tetangga, sumbernya berasal dari Wikileaks. Ini membuat pihak tertentu jadi “sibuk”. Ada yang terkesan berupaya ‘membela diri’, ada yang klarifikasi sana sini, beri penjelasan lewat media, membantah, marah dan sebagainya.

Ini era keterbukaan informasi, Bung ! Siapapun tak seleluasa dulu, kuasa kendalikan arus opini dan berita. Kini semua serba terpencar, tak bisa dipegang dan berjalan menurut aturannya sendiri. Dominasi telah punah. Pun ketika itu hanya surat kabar lokal di negeri seberang, terbukti sanggup menggelombangkan sesuatu, yang bila tidak dihadapi dengan cerdas, bisa saja berefek destruktif.

Keterkejutan, sejatinya muncul karena ketidaksiapan. Bagi yang telah siap sedia, rasa terkejut sanggup diredam, ditiadakan hingga ke titik nol. Gelombang sebesar apapun jadi tak berarti, kalau perlu nikmati saja, berlatih bergerak lentur mengendarai gelombang. Ibarat pelaut ulung, tak gentar pada laut seganas apapun. Itulah resiko perjalanan.

Wikileaks, The Age dan kekuatan jenis apapun di luar sana, sah-sah saja disinyalir punya agenda, punya tujuan entah itu jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Sebagai anak negeri, kita harus cermat membaca.

Kemudian jika sekiranya ada elemen dalam tubuh bangsa ini, ‘termakan’ oleh apa yang dilansir The Age, lantas apapula faedahnya bagi bangsa? Apakah kita perlu membentuk pansus baru lagi? Menghabiskan waktu? Membentuk tim ini itu untuk memastikan kebenaran data mereka? Atau kalau dibutuhkan menggalang seluruh potensi untuk katakanlah “mempertanyakan” posisi SBY dan kru ? Atau karena dalam pemberitaan itu juga menyebut-nyebut nama JK, lalu kita jadi berprasangka yang bukan-bukan pada JK ? Lalu untuk apa?

Tentu, semua akan berpulang pada pikiran masing-masing anak negeri, terserah saja, sebab setiap kita adalah manusia merdeka, punya rasa dan sanggup berpikir sendiri.

Siapa yang pada akhirnya akan menderita kerugian..? Yang pasti bukan Wikileaks, The Age, Australia atau AS.

Atau, bolehlah berpikir dewasa, berdiam sejenak, ingat sosok Gus Dur kala beliau masih hidup, betapa tak terhitung lagi, dalam berbagai kesempatan, beliau melepas kalimat,”Gitu aja kok repot”. Aha.., menghadapi Wikileaks, The Age dan kekuatan manapun yang berniat atau barangkali punya agenda tertentu mari gunakan “resep warisan” Gus Dur, Gitu Aja Kok Repot...

[caption id="" align="aligncenter" width="230" caption="Gus Dur "][/caption] Tentu saja, bukan berarti lalu segenap anak negeri menjadi apatis dan berdiam diri, namun sejatinya karena itu, kita lebih bergiat lagi ‘memperbaiki’ negeri, bekerja keras membangun bangsa, mempromosikan keunggulan bangsa. Bukan malah saling menguliti dan tidak percaya, yang hanya akan menyedot habis energi positif kemanusiaan kita, dan merugikan bangsa Indonesia yang tercinta.

Jangan buang energi pada sesuatu yang menyebabkan semua pihak, jadi saling curiga.

Gitu aja kok repot...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun