Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dibujuk Gayus, Atau..?

25 November 2010   02:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12906521261726073910

Kompasianer tekun (Bapak Wijaya Kusumah) menyarankan saya untuk membaca media, mencari tahu sendiri dasar sehingga beliau menulis satu kalimat yang sampai kini masih membuatku ragu : “mengapa polisi begitu mudah dibujuk Gayus” DISINI.

Boleh khan, bila diri ini kurang bersepakat dengan isi tulisan Omjay di alinea terakhir Akhirnya, mengapa polisi begitu mudah dibujuk oleh gayus harus dijawab oleh institusi kepolisian itu sendiri untuk segera melakukan pembenahan ditubuhnya sendiri”, Mengapa harus polisi, seperti apakah “proses dialog” itu, bila polisi bertanya pada dirinya sendiri?

Ada kesan meresap halus. Dengan nada interogatif, Kalimat Omjay tadi cenderung “menempatkan” Gayus sebagai subyek satu-satunya? Itu yang pertama, Yang kedua, dari tulisan beliau, terselip pendapat bahwa polisi begitu mudah dibujuk Gayus, Gayus ialah pelaku yang membujuk Polisi.

Dahulu ketika Andi Harianto (Kompasianer cerdas yang komunikatif itu) membuat sebuah pelatihan tentang pengembangan diri. Saya ikut sebagai peserta.Persisnya, mengenai materi apa saja yang tersaji tak begitu detail lagi melekat dalam benak. Namun ada satu yang walau berbayang, bersisa sedikit, Yakni materi berpikir lateral, saya tak kuat, untuk memaparkan hal-hal penting terkait berpikir lateral (mungkin Bang Andi Harianto berkenan menuliskan?).

Hanya saja, kekhasan pendekatan lateral terletak pada langkah pengambilan kesimpulan yang tak lazim, berbeda dari metode lain. Model ini, salah satu penggagasnya adalah de Bono; mengajak kita untuk memekarkan bakat luhur kemanusiaan, tidak berpikir lurus-lurus saja, bahwa karena A maka B lalu C dan D. Lewat cara lateral, kita boleh saja melompat, tidak taat asas, melampaui rute berliku nan melelahkan, bergerak gesit menjemput tujuan.

Kala itu Daeng Andi memberi umpama, bahwa satu di antara sekian variabel penyebab kerusakan hutan di Kalimantan adalah karena tingginya mahar kawin di tanah Sulawesi. Ada jejaring argumen sebagai penyokong fakta betapa para perambah hutan dan penebang pohon di Kalimantan itu sebagiannya (sebagian besar??) adalah berasal dari Sulawesi. Mereka merantau jauh ke pulau seberang, hanya untuk mengumpulkan rupiah yang kelak akan dipakai untuk membayar mahar kawin bagi gadis idaman yang menunggu di kampung. Membaca tulisan Omjay tadi, saya teringat dengan kisah yang dituturkan penuh tenaga oleh Bang Anto kepadaku dahulu.

Mengapa polisi begitu mudah dibujuk Gayus, bertubuh sebagai kalimat tanya, terkandung pesan atau (barangkali kepastian) bahwa Gayus menawarkan sejumlah uang tertentu agar keinginannya terkabulkan?

Sebagai warga Kompasiana yang senang membaca tulisan-tulisan Omjay, boleh kan kalau saya berpandangan sempit, dengan meragukan pendapat Omjay.

Saya sekadar ingin bertanya saja, bagaimana bila ternyata sebaliknya yang terjadi, bahwa bukan Gayus yang membujuk Polisi, tapi Polisi yang membujuk Gayus??

Atau bagaimana bila ternyata bukan Gayus atau Polisi yang menjadi pembujuk namun mereka sekadar korban terbujuk, bahwa ada ‘kekuatan lain’ yang bukan Gayus bukan Polisi, yang membujuk mereka untuk berbuat sehingga terjadilah peristiwa itu?

Entahlah, memang tidak mudah menyimpulkan apa yang sesungguhnya sedang terjadi ? Kita hanya berlatih mereka-reka saja, atau berpura-pura yakin pada sesuatu yang masih diragukan validitasnya, entah.

Mungkin media pun demikian ?

Salam Hangat buat Omjay dan Andi Harianto, Tidak salam untuk Gayus. Hehe...

Foto dari www.guardian.co.uk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun