Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Yusran Darmawan (Setetes Ingatan)

4 Oktober 2010   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simpel dan mengajak berbuat http://timurangin.blogspot.com

Itu dia. Anak-anak sekolah berkerumun membentuk lingkaran kecil di ruang kelas IV SD, semua diam menatap lurus ke satu titik, ke tengah. Rapat mereka menyimak kisah, dituturkan bukan oleh guru atau siswa SPG (sekolah pendidikan guru) yang sementara praktek mengajar di sekolah ini, sekolah dasar di pesisir Pulau Buton.

Tetapi oleh anak kecil yang terlalu muda bila dibanding usia anak-anak yang mengelilingi, mungkin terpaut satu atau beberapa tahun dibanding mereka. Saya penasaran, mendekat, olala... ada Yusran di tengah lingkaran, serupa pertapa yang duduk , atau jika kalian pernah mengikuti pengajian dimana ustad berposisi di tengah, seperti itulah pemandangan dimana Yusran bercerita tentang sesuatu. Entah itu serial terbaru dari kisah pendekar Rajawali Sakti, film terakhir yang tengah diputar di bioskop Wolio Star (bioskop di Pulau Buton Sulawesi Tenggara) atau cerita silat lain yang telah lebih dulu dibacanya. Ia memang selalu lebih dulu membaca serial-serial itu. Semua anak menyimak, tersirap. Sang Yusran penuh energik menghantar imajinasi penyimak. Sembari bertutur, sesekali tangan dan gerakan kaki bermain agar pesan yang dibawa dapat dimengerti. Saat itu, saya adalah adik kelasnya, beberapa tahun dibawah. Saat keluar main (istirahat) saya sering menjumpai peristiwa semacam itu. Dia punya penggemar setia di antara anak-anak SD, pun termasuk beberapa kakak kelas.

Ia memang berbakat, terlalu berbakat malah bila dibanding anak-anak seusianya. Peristiwa masa kecil itu menurutku sangat berkesan, sebab setelah Yusran, sulit menemukan anak sejenis di sekolah kecil kami yang piawai bertutur. Seandainya saja dahulu itu telah ada acara serupa Indonesia Mencari Bakat atau ajang sejenis maka Yusran layak untuk nominasi anak berbakat yang piawai bercerita, mendongeng dan sebagainya.

Saya terkenang pada Yusran saat membaca kembali postingannya di Kompasiana http://www.kompasiana.com/yusrandarmawan. Sejak dulu lagi waktu masih di kampus Unhas, Bang Yus rutin mengisi Koran kampus ‘Identitas’. Artikelnya berhamburan di Koran ini, saya salah satu penikmatnya walau kadang dia terlalu terbang tinggi, menggunakan istilah-istilah asing yang membuat dahi kami berkerut. Bang Yus, demikian kami memanggilnya, punya talenta seperti Romo Mangun; simpel dan mengajak berbuat. Walau tak jarang karena mengajak berbuat tadi, ada beberapa tulisan beliau yang tak kami sepakati, mungkin karena kami masih baru di kampus. Jujur Bang Yus itu salah satu penulis cemerlang dari rahim Universitas Hasanuddin Makassar (Kalau tak salah telah menulis 4 buku. Saya baru membaca satu diantaranya).

Semoga tradisi menulis itu menular pada kami-kami, kompasianer junior, hehe.. Terakhir saya mendengar bahwa beliau mendapat beasiswa ke luar negeri. Menurutku itu adalah kado pernikahan terindah buat Abang kita yang cerdas ini. Selamat menempuh hidup baru dan bahagia selalu, amien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun