Mohon tunggu...
Aslama Nanda Rizal
Aslama Nanda Rizal Mohon Tunggu... -

-Mahasiswa Ilmu Sejarah UGM 2013\r\n\r\n-Kabid Kaderisasi GMNI Geografi UGM\r\n\r\n-Staff Departemen Penerbitan & Informasi UKM Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner UGM\r\n\r\n-Anggota Divisi Advokasi Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

113 Tahun Putra Sang Fajar: Lanjutkan Cita-citanya

2 Juni 2014   13:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

6 Juni 2014, memperingati 113 tahun kelahiran Bung Karno. Putra Sang Fajar, Sang Proklamator, Bapak Bangsa Indonesia, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Pemimpin Besar Revolusi Indonesia. Bukan mengkultuskan, tapi sebutan-sebutan demikian sangat tepat baginya. Bung Karno pernah berkata “Aku dikutuk bak Bandit dan dipuja bak Dewa”. Dengan berbagai kontroversinya, Bung Karno tetap hidup di hati bangsa Indonesia.

Harus diakui bahwa jasa-jasanya lebih besar daripada kesalahan-kesalahannya. Dan Bung Karno hanyalah manusia biasa. Ia bukan Wali, bukan Nabi, apalagi Rasul. Ia hanya mahluk Tuhan yang diutus untuk menjadi bapak bangsa Indonesia. Sebab itu sudah saatnya kita kembali mempelajari pemikirannya dan menghidupkan kembali semangatnya. Seperi petuahnya “Warisi apinya Bung Karno, bukan abunya”.

Hasil pemikiran Bung Karno antara lain ialah persatuan NASAKOM (Nasionalis, Islamis, Komunis), Marhaenisme, Pancasila, Manipol / USDEK, dan Trisakti. Siapakah Bung Karno? Nasionaliskah? Islamiskah? Marxiskah? Bung Karno jelas Nasionalis. Tetapi Bung Karno selalu mengaku ketiganya. Bukan tanpa alasan Bung Karno mengaku demikian. Ia terpengaruh ketiganya. Meskipun hakikatnya Bung Karno adalah Nasionalis.

Saat sekolah di HBS Surabaya, Bung Karno indekos di rumah H.O.S Cokroaminoto. Di sana ia bertemu dengan banyak tokoh pergerakan nasional. Ia satu rumah dengan Semaun dan Kartosuwiryo. Di rumah Pak Cokro itu juga sering didatangi oleh banyak tokoh pergerakan nasional senior. Hal itu menjadi sangat mempengaruhinya sampai ia menjadi tokoh sentral kemerdekaan Indonesia.

Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia adalah sebuah biografi yang dibuat oleh Wartawan Amerika Serikat, Cindy Adams.

Buku tersebut dibuat berdasarkan wawancara langsung dengan Bung Karno. Biografi tersebut menjelaskan siapa Bung Karno sebenarnya. Sekaligus menjadi referensi utama untuk mengenal kepribadian Bung Karno. 21 Juni 2014 nanti kita akan memperingati 44 tahun kepergian Bung Karno. Sudah sepatutnya kita mempelajari pemikiran dan melanjutkan semangatnya. Cita-citanya untuk bangsa Indonesia masih banyak yang belum tercapai. Terutama kemerdekaan Indonesia sebagai “Jembatan Emas” menuju kesejahteraan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia seakan masih berjalan di jembatan itu, tetapi belum sampai. Kita sebagai generasi penerus Bung Karno harus mewujudkan tujuan itu. Selain itu, buku Di bawah Bendera Revolusi yang terdiri dari 2 jilid merupakan referensi utama untuk mengetahui seperti apa pemikiran Bung Karno. Buku tersebut adalah kumpulan tulisan-tulisan Bung Karno yang dibukukan. 2 buku tersebut menjadi Kitab Suci bagi para Sukarnois.

Efek desukarnoisasi yang dilakukan rezim Orde Baru masih terasa sampai saat ini. Bung Karno dianggap Komunis,bertanggung jawab terhadap G30S(PKI) 1965, dan lain-lain. Banyak sekali pencemaran terhadap harga diri Bung Karno. Ia hanya dikenal sebagai Proklamator saja. Rakyat Indonesia banyak yang masih termakan tipu muslihat Orde Baru. Hal ini mengakar sejak di bangku sekolah. Peran Bung Karno dalam buku pelajaran sekolah tidak dimaksimalkan. Akibatnya generasi muda Indonesia saat ini hanya mengenal Bung Karno sebagai Proklamator saja.

113 tahun yang lalu, Putra Sang Fajar lahir. Mari kita praktikkan gagasan-gagasannya. Semuanya sangat relevan untuk saat ini dan masa depan. MERDEKA !

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun