Mohon tunggu...
Aslama Nanda Rizal
Aslama Nanda Rizal Mohon Tunggu... -

-Mahasiswa Ilmu Sejarah UGM 2013\r\n\r\n-Kabid Kaderisasi GMNI Geografi UGM\r\n\r\n-Staff Departemen Penerbitan & Informasi UKM Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner UGM\r\n\r\n-Anggota Divisi Advokasi Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Srihani, Aku Takut Kehilanganmu

26 Desember 2014   09:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yogyakarta, 25 Desember 2014

Kepada Yang Tercinta, Srihaniku sayang.

Di tempat. Di mana pun kamu berada.

Srihani, aku melihat gelagat yang mencurigakan dalam dirimu akhir-akhir ini. Mengapa, sayangku? Sempat terucap dari bibir manismu, bahwa kamu jenuh denganku. Kamu pun tak tahu mengapa. Srihaniku sayang, aku benar-benar sedih mendengarnya. Apa aku berbuat salah? Katamu, tidak. Apa ada yang mengganggumu? Katamu, tidak.  Lalu mengapa? Tidakkah jujur itu adalah kemuliaan. Katamu, kamu menjunjung tinggi kejujuran dan bersifat terbuka untuk menceritakan apa yang hati rasa. Namun, kamu sering mengingkarinya. Kamu sering membohongiku.

Srihani, katakanlah padaku. Maafkan aku jika aku bersalah. Aku benar-benar mencintaimu. Ah, perasaan macam apa ini? Cinta macam apa ini? Srihani, aku bertekuk lutut kepadamu. Aku merasa seperti dipelet, diguna-guna. Namun, tak mungkin kamu sejahat itu. Tak mungkin kamu berbuat seperti itu. Aku percaya, kamu adalah wanita baik-baik. Bahkan teramat baik untuk lelaki bajingan sepertiku.

Srihani, aku takut. Seperti isi hati yang pernah kamu tuliskan dalam diarymu. Katamu, kamu takut kehilanganku. Kamu takut aku berpaling ke wanita lain. Kamu takut aku pergi meninggalkanmu. Kamu takut aku seperti mantan kekasihmu, yang mengkhianati cintamu, yang meninggalkanmu demi wanita lain, yang membohongimu. Srihani, sering ku katakana padamu bahwa aku tak seperti itu.

Awalnya, ku menganggap perasaan ini hanya sebatas suka. Awalku melihatmu di dunia maya, aku tertarik. Aku melihat foto-fotomu di akun media sosialmu. Dan, aku jatuh cinta pada pandangan (maya) pertama. Aku belum melihatmu secara langsung waktu itu. Saat pertama kali kamu memunculkan dirimu, aku melihatmu. Semakin sukalah aku akan dirimu. Semkain kepincutlah aku punya hati. Namun, awalnya ku rasa itu hanya rasa suka semata. Tak lebih. Ku dekati dirimu, ku mengakrabkan diri denganmu. Seiring berjalannya waktu, cinta hadir. Menyerang dan menaklukkan hati dan jiwaku. Srihani, mulai saat itu, aku benar-benar jatuh cinta padamu .

Seperti yang kamu bilang, kamu takut. Pun aku, sayang. Aku juga takut kehilanganmu. Aku takut kamu berpaling kepada lelaki lain. Aku takut perasaanmu padaku hilang digerus waktu. Aku takut kamu pindah ke lain hati. Begitu takut sampai aku selalu tak kuasa membendung aku punya airmata. Jatuh dan membasahi pipiku yang tirus ini. Ah, Srihani. Maafkan. Aku begitu lemah di hadapanmu. Tak pelak, aku tak kuasa bahkan untuk memikirkan wanita lain. Aku selalu berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tak akan mengkhianatimu. Aku mengingkanmu mendampingimu mengarungi samudera kehidupan ini. Sesuatu yang belum pernah ku rasakan bersama wanita lain dalam sejarah percintaanku.

Srihani, salah satu yang sering membuatku jengkel dan gundah gulana dibalut rasa gelisah adalah kelabilanmu. Kamu moody. Kemarin senang, bahagia, penuh canda tawa dan lekuk indah senyummu, tetapi kemudian bete, jenuh, bahkan marah secara tetiba. Aku tak tahu mengapa kamu seperti itu. Srihani, aku sedih tatkala aku bersalah kemudian kamu marah padaku seharian atau bahkan berhari-hari. Jutek denganku, mendiamkan aku. Padahal, jika kamu bersalah padaku, aku pun marah, namun kamu sering sedih lalu meminta maaf padaku. Ah, aku tak kuasa membendung cintaku yang jauh lebih besar daripada amarahku. Aku begitu mudahnya memaafkanmu. Aku luluh tatkala suara indahmu melantunkan “maafkan, aku.” Ah, sayang.

Kini kembali kamu mendiamkan aku tanpa sebab. Aku bingung teramat bingung. Katamu, aku tak berbuat salah. Katamu, kamu hanya sedang ingin sendirian. Aku risau, sayang. Aku tak mampu didiamkan seperti ini. Aku tak mampu jika tidak bermesraan denganmu. Dalam dadaku terasa panas dan bergejolak. Jika sikapmu seperti itu sedang kumat. Srihaniku sayang, jujurlah. Apa yang terjadi padamu. Katakan padaku.

Srihani, aku memang tak pandai bernyanyi. Aku tak ahli dalam seni. Seperti yang kamu suka, seni dan menyanyi. Aku bukan seniman. Aku bukan musisi. Aku bukan penyanyi. Aku takut, kamu pergi dariku hanya karena aku tak berbakat dalam hal itu. Aku sedih. Aku takut kamu berpaling kepada lelaki lain yang memiliki kemampuan itu. Tapi aku percaya. Kamu mencintaiku apa adanya. Aku pun mendukungmu secara penuh akan kesukaanmu. Maafkan aku, aku terlalu takut kehilanganmu. Jangan tinggalkan aku.

Srihana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun