Pasca debat calon wakil presiden yang baru saja dihelat sepekan lalu, yang kata sebagian besar penikmat debat dinilai kurang 'nendang', ternyata masih meninggalkan kesan bagi beberapa kalangan. Termasuk beberapa pihak yang concern dengan pendidikan. Debat yang mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan social-budaya tersebut memang terkesan terlalu memaksa dan tidak nyambung antara pertanyaan yang dilontarkan dengan jawaban yang dipaparkan. Sebab kedua cawapres sama-sama tidak bisa menahan narasi-narasi kampanye di tiap kesempatan yang kemudian membuat keduanya nampak ejakulasi dini; terlalu cepat mencapai klimaks.
Salah satu hal yang disoroti, ialah pemaparan Sandiaga Uno, calon wakil presiden nomor 02. Dimana salah satu visinya akan menghapus UN atau ujian nasional apabila dirinya dan calon presiden yang didampinginya terpilih. Hal ini ternyata menuai berbagai reaksi dari banyak pihak. Salah satunya dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menanggapi visi Sandiaga dengan mengatakan bahwa penghapusan ujian nasional akan membahayakan kualitas pendidikan. Dilansir dari Tempo.co, JK menilai saat ini ujian nasional adalah tolok ukur paling ideal untuk siswa-siswi Indonesia.
Sementara itu, Dahnil Ahzar Simanjuntak. Koordinator juru bicara badan pemenangan nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengamini visi yang dipaparkan calon wakil presiden 02 dengan mendukung wacana penghapusan ujian nasional dan diganti dengan penelusuran minat dan bakat. Hal itu dinilai akan lebih menyenangkan dan memberi warna baru bagi sistem pendidikan nasional.
Lantas sebenarnya sejauh mana ujian nasional mampu menjadi tolok ukur dan acuan pemerintah dalam mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia? Salah seorang rekan yang banyak berkecimpung dengan data pokok pendidikan di salah satu madrasah di Kota Blitar, baru saja bercerita mengenai keluh kesah teman-teman se-profesinya yang kesusahan sebab harus membawa puluhan komputer untuk diterbangkan ke salah satu sekolah di daerah timur Indonesia. Informasi itu ia dapat dari grup whatsapp 'juru kunci' dapodik se-Indonesia yang ia ikuti. "Pemerintah kalau tetap memaksakan ujian nasional apalagi berbasis komputerisasi-ya gitu" sambungnya.
Lagi, salah seorang murid bimbingan intensif ujian nasional juga mengeluhkan hal yang menurutnya membuatnya sedikit tertekan dan khawatir dengan ujian nasional. Ia mengeluhkan sistem penilaian ujian nasional yang akan langsung keluar beberapa saat setelah ujian nasional selesai, dan akan dipertontonkan di layar yang terletak di depan ruang ujian. Ia khawatir nilai yang seharusnya ia sendiri yang mengetahui-dan pihak terkait tentunya, akan menjadi 'pengumuman' entah menggembirakan atau sebaliknya.
Terlepas dari berbagai fakta ujian nasional yang kian tahun kian sulit dan menyulitkan. Ujian nasional memang masih menjadi parameter yang relevan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini dibuktikan dengan beberapa perguruan tinggi yang pada seleksi masuk nya masih mengandalkan nilai ujian nasional sebagai salah satu komponen penentu.
Ujian nasional juga dinilai masih relevan, sebab soal yang diujikan juga merupakan materi yang dipelajari di sekolah. Selain itu, ujian nasional juga bisa menjadi salah satu instrumen pemetaan kualitas pendidikan secara nasional yang bisa dijadikan sebagai acuan evaluasi dan peningkatan mutu pendidikan, utamanya secara nasional. Yang kemudian menjadi pekerjaan bersama adalah bagaimana menghapus stigma ujian nasional sebagai momok yang mampus, menyeramkan.
Meskipun saat ini kelulusan tidak dipengaruhi oleh perolehan ujian nasional, pemerintah dibantu oleh pihak terkait harus mampu menghadirkan ujian nasional sebagai instrumen pengukur kualitas pendidikan yang tepat dan tidak menyulitkan baik bagi peserta maupun fasilitator dalam hal ini dinas terkait dan guru yang menjadi garda terdepan sukses tidaknya ujian nasional.
O ya, selamat menempuh (masih) ujian nasional, adik-adikku! Semoga semesta membalas kerja kerasmu dengan kesuksesan di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H