Mohon tunggu...
Askar Iskariot
Askar Iskariot Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

masih kecil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosok Seorang Ayah yang Masih Harus Bekerja di Usianya yang Sudah Sepuh

11 Januari 2023   12:34 Diperbarui: 11 Januari 2023   12:43 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang biasanya diharapkan seseorang jika telah berusia kepala enam, sebagian besar kelihatannya ingin menikmati hari tuanya, setelah bertahun-tahun lamanya bekerja membanting tulang, mereka tentunya mengimpikan dapat menikmati hasilnya, dan menghabiskan waktunya beristirahat dan kembali berkumpul dengan keluarga tercintanya.

Namun tidak sedikit, yang masih ada sisa semangatnya untuk tetap bekerja dan berkarya, baginya tidak ada istilah pensiun dalam kamus hidupnya, seandainya mereka mau pensiun, itu adalah saat diri mereka sudah tidak bernafas lagi. Makanya karena dorongan itulah mereka tidak segan-segan untuk eksis bekerja dan berkarya meskipun tubuhnya tidaklah semuda dulu lagi.

Tapi itukan yang motivasinya karena panggilan jiwanya, karena keinginan pribadinya semata, selain itu ada juga yang karena keterdesakan ekonomi dan tanggung jawabnya yang masih besar terhadap keluarganya membuat diri mereka mau tidak mau memaksa harus tetap kembali mencari nafkah.

Bisa jadi sebenarnya mereka itu sudah lelah, sudah ingin beristirahat, apalagi fisik dan pikirannya sudah tidak lagi menunjang, akan tetapi apa daya, situasi dan kondisi ternyata tidak memungkinkan untuk itu. Pilihannya berat, atau bahkan mungkin saja tidak ada pilihan sama sekali.

Aku sendiri pernah bertemu dengan beberapa orang seperti itu, di tengah usianya yang sudah sepuh, di mana diri mereka idealnya menghabiskan sisa hidup mereka dengan cucu-cucunya, namun karena keterdesakan ekonomi, keinginan itu tinggal hanya menjadi impian semata.

Salah satunya adalah ayahku sendiri, padahal dirinya pernah menjadi salah satu pejabat di perusahaan BUMN yang belum lama ini dinyatakan bubar, karena mungkin aset-aset perusahaan yang bersangkutan tidak mencukupi buat membayar uang pensiun dan pesangon sesuai aturan yang berlaku, menjadikan sebagian pensiunan perusahaan BUMN ini tidak mendapatkan hak yang layak bagi penghidupan mereka dan keluarganya.

Ayahku ini akhirnya terpaksa mencari pekerjaan lain, tentunya masih berkaitan dengan bidang yang dahulu pernah dilakoninya selama aktif di perusahaan BUMN yang sudah almarhum ini. Tapi konsuekensinya adalah dirinya harus terpisah jauh dari keluarganya, karena lokasi yang memungkinkan untuk menyediakan pekerjaan sesuai spesialisasinya itu hampir tidak ada di kota tempat kami tinggal.

Dengan usia yang sudah kepala enam, pastinya dirinya tidaklah sekuat pada saat muda dulu, itu menyebabkan kami, keluarganya sering kawatir, karena usia segitu kemungkinan-kemungkinan akan jatuh sakit dan risiko lainnya bisa saja terjadi.

Kami, keluarganya sudah sering berulangkali meminta dirinya untuk melepaskan pekerjaan itu, dan beristirahat di rumah saja, kami, anak-anaknya akan coba berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun tidak sebesar yang selama ini didapatkannya, Namun beliau kelihatannya masih bersikeras untuk tetap mempertahankan pekerjaannya, alasan yang paling sering dikemukakan adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan, perusahaan dan anak buahnya yang tidak ingin dilalaikan.

Mendengar itu kami jadinya hanya bisa berharap dan berdoa bahwa beliau tetap baik-baik saja dan tetap diberikan kesehatan selama di kota tempatnya bekerja yang sangat jauh dari kami, keluarganya. Dan memang harus diakui bahwa setiap manusia pasti akan ada batas akhir masanya, dengan begitu aku berharap beliau bisa menghabiskan sisa hidupnya kelak di rumahnya, dekat dengan kami, keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun