Mohon tunggu...
Askar FatihRobbani
Askar FatihRobbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa ilmu politik Universitas Padjadjaran yang ingin menuangkan narasi-narasi tulisannya dalam platform ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Fungsi Rekrutmen Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Melalui Sayap Partai

22 Oktober 2023   18:11 Diperbarui: 22 Oktober 2023   18:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Salah satu jenis fungsi dari partai politik yang paling krusial adalah fungsi rekrutmen politik. Fungsi ini menjadi penting karena dalam proses berjalannya politik praktis di Indonesia, partai politik membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan perlu dikuatkan untuk menopang fungsi-fungsi lainnya agar dapat berjalan dengan optimal. Rekrutmen politik bagi partai politik dapat dibaratkan seperti pondasi untuk dapat menunjang dan menjalankan berbagai fungsi lainnya. Hal ini dikarenakan rekrutmen politik merupakan gerbang awal untuk dapat melibatkan orang-orang yang nantinya akan menjalankan fungsi-fungsi partai politik lainnya, seperti pendidikan politik.

            Sejak awal didirikan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dahulu memiliki nama Partai Keadilan (PK) memiliki sepak terjang yang cukup positif dalam ranah politik di Indonesia. Selain memberikan warna dan corak baru dalam konteks politik nasional, PKS juga mendulang suara elektoral yang sangat signifikan jika dikategorikan sebagai partai yang baru berdiri saat itu. Warna dan corak baru yang dibawakan oleh PKS saat itu sangat berbeda dari partai islam lainnya. Partai islam di Indonesia seperti Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memang memiliki basis massa yang kuat dan memberikan warna tersendiri bagi jalannya partai islam di Indonesia. Akan tetapi, PKS datang dengan motif yang berbeda dari partai-partai islam lainnya. PKS sangat mengadopsi dan dapat dibilang bergantung dengan pemikian Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-banna di Mesir.

            PKS juga merupakan satu-satunya partai yang dapat dikatakan sebagai partai kader sejati saat ini. Penguatan basis massa melalui kader yang disiplin dan  berkomitmen tinggi menjadi daya jual PKS dalam proses mendulang suara elektoral di ranah politik praktis. Kader yang disiplin dan memiliki komitmen tinggi didapatkan dari proses kaderisasi yang ketat serta objektif dalam seleksi pemilihannya. Hal ini menjadikan PKS sebagai partai yang cukup rutin untuk membina para kadernya dari akar rumput dengan melakukan pembinaan akar rumput, kegiatan pertemuan cabang, dan agenda dakwah. 

Proses ini berjalan cukup rutin, tidak hanya saat menjelang kampanye seperti yang dilakukan oleh partai-partai lainnya. Dengan diberlakukannya metode yang demikian terhadap proses rekrutmen dan kaderisasi di internal partai, menurut ilmuwan politik PKS menjadi satu-satunya partai yang memiliki disiplin organisasi dan budaya internal yang terus dikembangkan sehingga menciptakan konsolidasi demokrasi yang baik. 

Hal ini juga penting untuk diterapkan oleh internal partai politik lain di Indonesia sehingga proses demokrasi di internal partai politik dapat dikonsolidasikan dengan semestinya dan partai politik dalam internalnya dapat terhindar dari malpraktik, seperti nepotisme, pemilihan pimpinan partai politik tidak berdasarkan kompetensi, dan sifat otoritarian para pimpinan partai politik. Keberadaan PKS dalam arena kontestasi Pemilu memberikan pertanyaan bagaimana mungkin sebuah partai politik yang sangat mengedepankan ideologinya dapat mengimbangi partai lain yang berjalan cukup pragmatis. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika partai politik memasuki arena politik, mereka semua mempunyai satu tujuan yang sama yaitu berkuasa. Hal ini menjadikan sebuah partai yang berpegang teguh dengan prinsip ideologinya akan sedikit tercederai kemurniannya. Jalan yang ditempuh PKS dari Pemilu ke Pemilu terlihat cukup baik, meskipun suara nasional yang diraih cukup fluktuatif, PKS membuktikan bahwa partai yang teguh dengan prinsip ideologinya tetap dapat berlari dalam arena demokrasi dengan syarat partai tersebut harus melakukan negosiasi, interaksi, dan pemilihan strategi yang baik dalam parlemen maupun penetuan untuk mendukung salah satu presiden.

            Berbicara terkait Generasi Z sangat identik dengan era informasi dan digital. Sebagai generasi yang didewasakan pada era tersebut, Generasi Z menuntut transparansi tentang apa yang mereka dapat di era post truth ini. Mereka juga merupakan kelompok yang jumlahnya sangat banyak. Maka dari itu, dengan jumlahnya yang banyak, mereka sangat berpotensi untuk memberikan kekuatan politik dengan mengajak keterlibatan masyarakat sipil dan para komunitas yang memiliki satu tujuan dengan mereka. Kehidupan Generasi Z sangat dipengaruhi keberadaan sosial media yang saat ini sedang berkembang begitu pesat. Hasilnya mencatat bahwa di era pergejolakan sosial-politik global, Generasi Z memanfaatkan teknologi dan sosial media untuk mempercepat arus perubahan sosial dengan besaran 60%. 

Hal ini dapat diasumsikan bahwa rata-rata mereka sangat paham untuk menggunakan platform sosial media seperti Instagram, Twitter, dan Facebook. Dengan hadirnya Generasi Z di era informasi dan digital, setidaknya memaksa seluruh partai politik untuk mencoba terjun dan mengubah strategi kampanye mereka demi memikat pilihan Generasi Z. Perbedaan pandangan generasi Z dengan generasi sebelumnya juga menuntut partai politik untuk dapat menjangkau generasi ini karena rasanya keterlibatan mereka dalam memengaruhi suara elektoral akan sangat berdampak pada kenaikan suara yang signifikan. Contoh konkretnya yang sudah dirasakan saat ini adalah banyaknya partai politik yang sudah mencoba masuk dalam platform digital. 

Tidak hanya saat ingin melakukan agenda kampanye, dalam proses penyampaian informasi partai politik juga mencoba untuk memanfaatkan segala platform sosial media agar memberikan citra yang positif dalam memengaruhi perspektif masyarakat terutama Generasi Z.

            Hadirnya Generasi Z dapat arena politik Indonesia menjadikan mereka menjadi variabel yang sangat vital bagi menunjang suara elektoral yang dibutuhkan oleh seluruh partai politik. Tidak ada partai yang enggan menyertakan anak muda (terutama Generasi Z) kecuali memang mereka tidak ingin mendulang kemenangan, tapi itu tidak akan mungkin terjadi. PKS menjadi salah satu partai yang membuka program khusus untuk Generasi Z melalui sayap partai mereka. Ini menjadi satu langkah taktis dan konkret mengingat salah satu fungsi partai politik yang paling krusial adalah rekrutmen politik. 

Harapannya, melalui sayap partai yang dikemas dengan berbagai macam program di dalamnya akan menjadi kanal bagi para Generasi Z untuk dapat berkembang dan berproses dalam aktivitas kepartaian. Sebagai wadah bagi anak-anak muda seperti Generasi Z, PKS memiliki tiga sayap partai, di antaranya adalah Garuda Keadilan, Gema Keadilan dan PKS Muda. Ketiganya ini diharapkan mampu untuk memberikan sosialisasi politik terhadap anak muda dan Generasi Z agar tujuan dari rekrutmen politik yaitu meningkatnya pasrtisipasi politik anak muda dan Generasi Z dapat berjalan dengan semestinya.

Fungsi Rekrutmen Politik oleh Partai Politik

Rekrutmen politik menjadi satu fungsi yang sangat esensial bagi partai politik karena dari proses tersebut akan melahirkan aktor--aktor yang akan memainkan peran penting dalam menciptakan karakteristik dari partai politik (Katz, 2001). Lebih lanjut, proses rekrutmen politik juga akan menunjukan tipologi partai politik. Apakah partai tersebut dapat dikatakan sebagai partai kader, partai massa, partai catch-all, partai kartel, atau partai business-firm. Hal ini dapat ditinjau berdasarkan proses rekrutmen politik dari masing-masing partai politik (Katz, 2001; Pamungkas, 2009:37). 

Banyak pendapat ilmuwan politik terkait definisi dari rekrutmen politik. Namun, penulis ingin merangkup dengan pendefinisian bahwa rekrutmen politik merupakan suatu mekanisme perekrutan anggota baru partai politik untuk dapat ikut andil dalam aktivitas politik. Bukan hanya itu, rekrutmen politik juga ditujukan untuk merekrut anggota baru agar dapat mengisi posisi strategis, baik menjadi pimpinan di interal partai politik atau mengisi jabatan publik seperti calon anggota legislatif maupun eksekutif. Selain mengabdi pada internal partai politik, rekrutmen politik memiliki tujuan akhir untuk dapat diorbitkan menjadi pemimpin pada tatanan politik dan pemerintahan (Haryanto, 1984: 41; Surbakti, 2992: 118).

Rekrutmen politik dapat menjadi kunci keberhasilan suatu partai dalam meraih kemenangan pada pemilihan umum. Rekrutmen politik menjadi wujud representasi dari partai politik yang mana dari proses inilah para aktor yang akan mengisi jabatan di sektor-sektor pemerintahan dilahirkan. Setidaknya ada empat hal penting dalam proses rekrutmen politik, yaitu (1) siapa yang akan dinominasikan sebagai calon (2) siapa yang menyeleksi calon tersebut (3) dimana calon yang diseleksi itu diputuskan dan yang terakhir (4) dengan cara apa calon itu diputuskan atau bagaimana calon itu diputuskan (Hazan dan Rahat, 2006).

 Berdasarkan hal tersebut, nantinya ini akan dapat dipetakan apakah rekrutmen suatu partai politik dilakukan secara sentralistik atau desentralistik, dan apakah polanya akan inklusif atau eksklusif. Untuk memahami apakah mekanisme rekrutmen partai politik dilakukan secara inklusif atau eksklusif sejatinya cukup mudah. Jika suatu partai politik menerapkan cara inklusif artinya syarat untuk pencalonan sangat terbuka dan hanya harus memenuhi syarat ringan agar bisa dicalonkan. Sedangkan pencalonan secara eksklusif biasanya lebih tertutup dan harus melalui mekanisme yang rigid sehingga ini akan membatasi semua orang dapat diseleksi. Biasanya jika suatu partai memilih untuk melakukan cara yang inklusif, anggota partai lainnya dapat terlibat dalam proses pencalonan. Sebaliknya, mekanisme pencalonan secara eksklusif biasanya hanya melibatkan ketua partai politik atau beberapa elite petinggi partai dalam jabatan tertentu.

Berikutnya, partai politik dapat dikatakan memiliki proses rekrutmen politik yang tersentralisasi jika seleksi perekrutan tersebut dilakukan dengan cara eksklusif, yakni memberikan mandat sepenuhnya kepada elite partai tingkat nasional maupun cabang untuk melakukan seleksi. Untuk partai politik yang dapat dikatakan melakukan proses seleksi yang terdesntralisasi harus memenuhi beberapa komponen, di antaranya yakni inklusif, formal, dan demokratis.

Menjaring Generasi Z melalui sayap partai PKS

            Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang antusias dalam menjaring anak muda untuk dapat terlibat dalam aktivitas politik kepartaiannya. Hal ini dibuktikan dengan organisasi sayap partai yang dibentuk khusus untuk mewadahi partisan anak muda di Indonesia. Melalui PKS Muda, Garuda Keadilan, dan Gema Keadilan yang merupakan bagian dari sayap partai PKS, partai ini mencoba untuk menarik simpati anak muda Indonesia agar dapat bergabung dengan kelompok mereka. Untuk dapat menjangkau partisan anak muda yang dituju, tentunya PKS harus melakukan berbagai strategi agar dapat terlihat sesuai dengan trend anak muda saat ini. 

Salah satu bentuk strategi mereka adalah memanfaatkan kanal media sosial yang menjadi salah satu instrumen utama anak muda mendapatkan berita-berita terkait dunia perpolitikan. Ada beberapa pola yang terlihat bagaimana akun media sosial sayap partai ini mencoba bekerja untuk menggapai partisannya secara tidak langsung. Pertama, sayap partai PKS biasanya mengutarakan gagasan politiknya di media sosial (Instagram, Twitter, dan Tiktok) dengan menyanjung suatu partai atau kandidat yang didukung. Hal ini merupakan cara dasar yang dilakukan untuk mencoba mendorong partisannya untuk memilih.

Kedua, karena saat ini PKS merupakan partai yang menjadi oposisi incumbent, PKS Muda mencoba memberikan kritik dengan cara memberikan like atau emoticon yang seakan menyetujui hal tersebut, padahal ini merupakan sebuah pesan sarkas yang diberikan PKS sebagai sikap oposisi mereka. Ketiga, PKS muda dan sayap partai lainnya cenderung menggunakan bahasa net lingo untuk memberikan teks dengan menulis di media sosial. Untuk penulisannya sendiri PKS Muda biasa menuliskan dalam bentuk narasi, deskripsi, dan persuasi, mereka sangat jarang menggunakan suatu argumentasi dan eksposisi sebagai cara mereka untuk menjaring partisan dalam kanal media sosial.

            Penggunaan media sosial oleh PKS Muda tidak serta merta untuk mencari eksistensi dan mencoba menjaring Generasi Z. Lebih dari itu, PKS Muda lewat media sosialnya mencoba menyerap aspirasi warganya secara online. Dalam ruang media sosial, ide-ide politik yang disebarluaskan oleh kader muda PKS merupakan suatu realitas di dunia nyata maupun dunia maya. Sejatinya ini merupakan proses komunikasi politik yang disalurkan tidak hanya menggunakan retorika, namun juga menghadirkan simbol bahasa dan aksi politik dalam kanal media sosial. Dalam konteks pengelolaan media sosial yang dilakukan oleh PKS Muda dan sayap partai lainnya, kegiatan pengelolaan ini terhubung dengan kegiatan yang diselenggarakan secara luring. Ini merupakan rekonstruksi interaksi antar kader di PKS ketika melakukan kegiatan secara luring. PKS meyakini bahwa realitas politik tidak dapat dipisahkan dengan Islam. Keyakinan ini tumbuh karena proses internalisasi nilai-nilai kesilaman yang dilakukan secara luring. Oleh sebab itu, penggunaan media sosial oleh kader muda PKS sangat mencerminkan apa yang mereka lakukan saat proses internalisasi secara luring.

            Ada tiga kelompok sayap muda PKS yang akan penulis jelaskan fungsi dan jenis kegiatan apa yang dilakukan oleh ketiga kelompok ini. Pertama, Gerakan Muda Keadilan (Gema Keadilan) merupakan salah satu sayap partai PKS yang berorientasi untuk meningkatkan partisipasi politik anak muda (Generasi Milenial dan Generasi Z). Sebagai salah satu contoh, Gema Keadilan Jawa Timur mencoba mengajak generasi muda untuk terlibat dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil). Gema Keadilan Jawa Timur menganggap bahwa anak muda memiliki potensi untuk menginspirasi sesama generasinya. 

Dalam kegiatan ini, Gema Keadilan Jawa Timur berharap agar mereka memiliki semangat juang yang tinggi atas rasa nasionalis dan kesilamannya. Output yang dihasilkan dari para peserta yang mengikuti Rakerwil tersebut akan dijadikan ketua DPD Gema Keadilan di kota/kabupaten di Jawa Timur yang tersebar menjadi 38 ketua pada setiap daerahnya. Kedua, PKS Muda yang menjadi salah satu sayap partai PKS di bidang kepemudaan juga melakukan berbagai kegiatannya. DPD PKS Jakarta Utara menjadi salah satu contoh yang mana mereka melaksanakan seminar kepemudaan dengan melibatkan ketua komunitas yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta Utara. 

Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor DPD PKS Jakarta Utara. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini, anak muda di wilayah Jakarta Utara dapat berkolaborasi langsung dengan partai untuk mewadahi aspirasi anak muda lainnya dalam spektrum politik di Indonesia. Ketiga, sayap partai lainnya yang fokus untuk membidangi anak muda PKS adalah Garuda Keadilan. Salah satu contoh adalah Garuda Keadilan Lampung yang melakukan audiensi dengan para pimpinan dan anggota DPRD Kota Lampung Fraksi PKS.

Tujuan dari audiensi tersebut menginginkan untuk mengoptimalkan potensi anak muda yang linear dengan skill dan passion yang mereka miliki. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini dapat menghasilkan kreativitas, produktivitas, dan inovatif dari para Generasi Z dan milenial di Lampung. Tidak hanya Garuda Keadilan Lampung, DPRD Lampung Fraksi PKS juga mewadahi berbagai kelompok masyarakat khsususnya Generasi Z dengan menerapkan "Hari Aspirasi" di hari senin pada setiap minggunya.

Kesimpulan

            Sayap partai PKS yang terbagi menjadi tiga (Garuda Keadilan, Gema Keadilan, dan PKS Muda) mencoba menarik simpatisan anak muda di media sosial dengan melakukan berbagai cara. Di antara cara tersebut adalah menyampaikan sanjungan dan membela para kandidat/partai yang dimaksudkan untuk memeri dukungan serta mendorong para partisan mereka untuk memilih kandidat/partai tersebut. 

Hal lain yang coba dilakukan oleh ketiga sayap partai ini adalah mengkritisi lawan politik mereka karena kondisi saat ini PKS merupakan partai yang memilih stands politik mereka untuk menjadi oposisi. Cara kritik yang dilakukan oleh sayap partai PKS adalah dengan memberikan  like dan emoticon untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap kinerja incumbent. Terkadang sayap partai PKS juga menyelipkan komentar dalam bentuk sarkasme untuk menunjukan sikap oposisi mereka.

            Setiap sayap partai PKS melakukan kegiatan yang ditujukan untuk menarik simpatisan agar dapat terlibat langsung dalam setiap aktivitas kepartaian. Terdapat berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing sayap partai, di antaranya adalah melakukan audiensi dengan DPRD Fraksi PKS, mengadakan seminar yang bertujuan untuk mengetahui skill dan passion yang masing-masing akan diselaraskan dengan aktivitas kepartaian dalam internal sayap partai. Terakhir, sayap partai PKS juga memberikan sosialisasi dan pendidikan politik untuk menghasilkan kreativitas, produktivitas, dan inovatif dari para anak muda. 

Ketika hal ini bisa terjaring dengan optimal, mereka dapat ditempatkan pada posisi terkait sesuai dengan keahlian yang mereka punya. Pada akhirnya, PKS sangat inklusif untuk menarik partisannya dengan berbagai metode yang diterapkan. Tentunya metode tersebut akan tetap disesuaikan dengan memberikan pemahaman tentang keislaman agar sesuai dengan ideologi yang dibawa oleh PKS.

Daftar Pustaka

Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.

Barrett, M., & Brunton-Smith, I. (2014). Political and civic engagement and participation: Towards an integrative perspective. Journal of Civil Society, 10(1), 5--28. https://doi.org/10.1080/17448689.20 13.871911

Firmanzah. (2008). Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Pustaka.

Furkon, A. M. (2004). Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi Dan praksis politik kaum muda Muslim Indonesia kontemporer.

Haris, S. (2006). Kecenderungan Pencalonan dan Koalisi Partai dalam Pilkada Langsung 2005. In S. Nuryanti (Ed.), Analisis Proses dan Hasil Pilkada Langsung 2005 (pp. 47--68).

Haryanto. (1984). Partai Politik: Suatu Tinjauan Umum. Jogjakarta: Liberty.

Katz, R. S. (2001). The Problem of Candidate Selection and Models of Party Democracy. Party Politics, 7(3), 277--296.

Pamungkas, S. (2009). Perihal Pemilu. Yogyakarta: Laboratorium J IP dan JIP Fisipol-UGM.

Pamungkas, Sigit, & Parlindungan, U. (2011). Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia. Institute for Democracy and Welfarism.

Pemuda, N. N., Sosial, K., Kontemporer, I., & Grassi, S. (n.d.). 2021. Pemuda, Politik dan Keterlibatan Sosial di Indonesia Kontemporer. Jakarta.

Norris, P. (2006). Recruitment. dalam Richard S. Katz and William Crotty. Handbook of Party Politics. London: SAGE Publications.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Grasindo.

Norris, Pippa, & Lovenduski, J. (1995). Political Recruitment: Gender, Race and Class in The British Parliament. Cambridge University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun