Mohon tunggu...
Askar FatihRobbani
Askar FatihRobbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa ilmu politik Universitas Padjadjaran yang ingin menuangkan narasi-narasi tulisannya dalam platform ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Fungsi Rekrutmen Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Melalui Sayap Partai

22 Oktober 2023   18:11 Diperbarui: 22 Oktober 2023   18:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Harapannya, melalui sayap partai yang dikemas dengan berbagai macam program di dalamnya akan menjadi kanal bagi para Generasi Z untuk dapat berkembang dan berproses dalam aktivitas kepartaian. Sebagai wadah bagi anak-anak muda seperti Generasi Z, PKS memiliki tiga sayap partai, di antaranya adalah Garuda Keadilan, Gema Keadilan dan PKS Muda. Ketiganya ini diharapkan mampu untuk memberikan sosialisasi politik terhadap anak muda dan Generasi Z agar tujuan dari rekrutmen politik yaitu meningkatnya pasrtisipasi politik anak muda dan Generasi Z dapat berjalan dengan semestinya.

Fungsi Rekrutmen Politik oleh Partai Politik

Rekrutmen politik menjadi satu fungsi yang sangat esensial bagi partai politik karena dari proses tersebut akan melahirkan aktor--aktor yang akan memainkan peran penting dalam menciptakan karakteristik dari partai politik (Katz, 2001). Lebih lanjut, proses rekrutmen politik juga akan menunjukan tipologi partai politik. Apakah partai tersebut dapat dikatakan sebagai partai kader, partai massa, partai catch-all, partai kartel, atau partai business-firm. Hal ini dapat ditinjau berdasarkan proses rekrutmen politik dari masing-masing partai politik (Katz, 2001; Pamungkas, 2009:37). 

Banyak pendapat ilmuwan politik terkait definisi dari rekrutmen politik. Namun, penulis ingin merangkup dengan pendefinisian bahwa rekrutmen politik merupakan suatu mekanisme perekrutan anggota baru partai politik untuk dapat ikut andil dalam aktivitas politik. Bukan hanya itu, rekrutmen politik juga ditujukan untuk merekrut anggota baru agar dapat mengisi posisi strategis, baik menjadi pimpinan di interal partai politik atau mengisi jabatan publik seperti calon anggota legislatif maupun eksekutif. Selain mengabdi pada internal partai politik, rekrutmen politik memiliki tujuan akhir untuk dapat diorbitkan menjadi pemimpin pada tatanan politik dan pemerintahan (Haryanto, 1984: 41; Surbakti, 2992: 118).

Rekrutmen politik dapat menjadi kunci keberhasilan suatu partai dalam meraih kemenangan pada pemilihan umum. Rekrutmen politik menjadi wujud representasi dari partai politik yang mana dari proses inilah para aktor yang akan mengisi jabatan di sektor-sektor pemerintahan dilahirkan. Setidaknya ada empat hal penting dalam proses rekrutmen politik, yaitu (1) siapa yang akan dinominasikan sebagai calon (2) siapa yang menyeleksi calon tersebut (3) dimana calon yang diseleksi itu diputuskan dan yang terakhir (4) dengan cara apa calon itu diputuskan atau bagaimana calon itu diputuskan (Hazan dan Rahat, 2006).

 Berdasarkan hal tersebut, nantinya ini akan dapat dipetakan apakah rekrutmen suatu partai politik dilakukan secara sentralistik atau desentralistik, dan apakah polanya akan inklusif atau eksklusif. Untuk memahami apakah mekanisme rekrutmen partai politik dilakukan secara inklusif atau eksklusif sejatinya cukup mudah. Jika suatu partai politik menerapkan cara inklusif artinya syarat untuk pencalonan sangat terbuka dan hanya harus memenuhi syarat ringan agar bisa dicalonkan. Sedangkan pencalonan secara eksklusif biasanya lebih tertutup dan harus melalui mekanisme yang rigid sehingga ini akan membatasi semua orang dapat diseleksi. Biasanya jika suatu partai memilih untuk melakukan cara yang inklusif, anggota partai lainnya dapat terlibat dalam proses pencalonan. Sebaliknya, mekanisme pencalonan secara eksklusif biasanya hanya melibatkan ketua partai politik atau beberapa elite petinggi partai dalam jabatan tertentu.

Berikutnya, partai politik dapat dikatakan memiliki proses rekrutmen politik yang tersentralisasi jika seleksi perekrutan tersebut dilakukan dengan cara eksklusif, yakni memberikan mandat sepenuhnya kepada elite partai tingkat nasional maupun cabang untuk melakukan seleksi. Untuk partai politik yang dapat dikatakan melakukan proses seleksi yang terdesntralisasi harus memenuhi beberapa komponen, di antaranya yakni inklusif, formal, dan demokratis.

Menjaring Generasi Z melalui sayap partai PKS

            Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang antusias dalam menjaring anak muda untuk dapat terlibat dalam aktivitas politik kepartaiannya. Hal ini dibuktikan dengan organisasi sayap partai yang dibentuk khusus untuk mewadahi partisan anak muda di Indonesia. Melalui PKS Muda, Garuda Keadilan, dan Gema Keadilan yang merupakan bagian dari sayap partai PKS, partai ini mencoba untuk menarik simpati anak muda Indonesia agar dapat bergabung dengan kelompok mereka. Untuk dapat menjangkau partisan anak muda yang dituju, tentunya PKS harus melakukan berbagai strategi agar dapat terlihat sesuai dengan trend anak muda saat ini. 

Salah satu bentuk strategi mereka adalah memanfaatkan kanal media sosial yang menjadi salah satu instrumen utama anak muda mendapatkan berita-berita terkait dunia perpolitikan. Ada beberapa pola yang terlihat bagaimana akun media sosial sayap partai ini mencoba bekerja untuk menggapai partisannya secara tidak langsung. Pertama, sayap partai PKS biasanya mengutarakan gagasan politiknya di media sosial (Instagram, Twitter, dan Tiktok) dengan menyanjung suatu partai atau kandidat yang didukung. Hal ini merupakan cara dasar yang dilakukan untuk mencoba mendorong partisannya untuk memilih.

Kedua, karena saat ini PKS merupakan partai yang menjadi oposisi incumbent, PKS Muda mencoba memberikan kritik dengan cara memberikan like atau emoticon yang seakan menyetujui hal tersebut, padahal ini merupakan sebuah pesan sarkas yang diberikan PKS sebagai sikap oposisi mereka. Ketiga, PKS muda dan sayap partai lainnya cenderung menggunakan bahasa net lingo untuk memberikan teks dengan menulis di media sosial. Untuk penulisannya sendiri PKS Muda biasa menuliskan dalam bentuk narasi, deskripsi, dan persuasi, mereka sangat jarang menggunakan suatu argumentasi dan eksposisi sebagai cara mereka untuk menjaring partisan dalam kanal media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun