Mohon tunggu...
Adisan Jaya
Adisan Jaya Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru yang gajinya tak seberapa

Hobi menulis tetapi masih malu membuat buku~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi terhadap Keteladanan TGKH Zainuddin Abdul Madjid dalam Meningkatkan Semangat Nasionalis-Religius Generasi Muda

26 Desember 2022   09:40 Diperbarui: 26 Desember 2022   09:41 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembentukan rasa nasionalisme dan religius tidak bisa lepas dari peranan keteladanan. Keteladanan merupakan perangkat yang paling kuat pengaruhnya terhadap pembentukan rasa nasionalisme dan religius generasi muda. Pembentukan tidak maksimal jika generasi muda tidak mampu menghayati keteladanan para pendahulunya yaitu para pahlawan nasional

Pelajaran sejarah melaui biografi tokoh pahlawan memberikan khasanah yang sangat luas, akan pentingnya contoh dan keteladanan. Karakteristik yang muncul dalam pelaku sejarah merupakan cermin yang baik dalam pembentukan kepribadian. Dengan banyak mempelajari cara bertindak dan berfikir para pahlawan, diharapkan akan muncul rasa hormat terhadap orang yang berjasa dalam hidup dan kehidupan, dan sekaligus mampu mencari aspek-aspek positif atau nilai-nilai kehidupan yang pantas untuk ditiru.

Berdasarkan Biografi Pahlawan Nasional dari Nusa Tenggara Barat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang disusun oleh Tim Pengusul Pemberian Gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2017, banyak menceritakan fakta-fakta sejarah yang menjadi motivasi generasi muda dalam hal mewujudkan rasa nasionalisme dan religiusitas. Tentu saja sangat penting sekali untuk diterapkan pada saat sekarang, di mana agama selalu dibenturkan dengan nasionalisme. Generasi muda harus diperkenalkan tokoh seperti beliau yang membuat nasionalisme dan religiusitas mampu berjalan beriringan.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid membawa misi Risalah Islamiyah bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat serta mewujudkan rahmatan lil’alamin. Tentu saja hal tersebut dapat dicapai melalui pendidikan Agama yang ditempuhnya selama di kota suci Makkah dalam rangka menanamkan spiritual (dan juga budi pekerti dan akhlak mulia) Islam.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan salah satu tokoh kebanggaan yang dimiliki NTB untuk Indonesia. Beliau adalah satu-satunya putra NTB yang keulamaannya masuk dalam jaringan ulama Nusantara. Beliau telah mencatatkan sejarah sebagai satu-satunya dalam sejarah di Madrasah Asshaulatiah yang mendapatkan prestasi di atas summacumlaude dengan nilai 10 pada setiap mata pelajaran karena kecerdasan dan kedalaman ilmu yang ia miliki.[6] Semangat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam meununtut ilmu dan mendapatkan prestasi di atas summacumlaude merupakan hal yang memotivasi generasi muda terlebih khususnya penulis sendiri dalam pembelajaran di sekolah. Keteladanan seperti beliau sulit ditemukan pada tokoh-tokoh publik di masa sekarang. Wajar saja jika beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak hanya tekun belajar, berdakwah dan berjuang. Di sela-sela kesibukannya melakukan aktivitas di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah, tetap produktif menulis karya-karya sebagai rujukan bagi para santri di madrasah NWDI dan NBDI.[7] Karya-karyanya memang tidak berbentuk kitab-kitab yang besar, yang berisi kajian-kajian yang panjang lebar pembahasannya [muthawwalât], tetapi karyanya lebih merupakan kajian-kajian dasar dan biasanya dalam bentuk syair dan nazham-nazham berbahasa Arab. Di samping itu juga, terdapat kitab yang berisi nazham dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Arab dan Melayu. Karyanya juga ada yang dalam bentuk syarah atau penjelasan lebih lanjut terhadap suatu kitab serta dalam bentuk saduran dari kitab-kitab lain.[8]

Di samping dakwah keliling dari kampung ke kampung, dari desa ke desa. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga terus mengembangkan pendidikan di Pesantren al-Mujahidin. Awalnya, Pesantren al-Mujahidin sebagai tempat pembelajaran agama secara langsung bagi kaum muda. Serta sebagai media bagi Muhammad Zainuddin memberikan pelajaran agama yang lebih bermutu kepada masyarakat. Era itu, umumnya para tuan guru hanya mengajarkan agama menggunakan kitab–kitab Arab Melayu, seperti Bidâyah, Perukunan, dan Sabîl al-Muhtadîn. Keterbelakangan masyarakat sebagai dampak penjajahan kerajaan Hindu Bali dan kolonialisme Belanda, animo masyarakat tinggi dengan aktifitas pendidikan
sederhana yang Ia lakukan.[9]

Nama Nahdlatul Wathan menunjukkan, Zainuddin muda sudah menemukan bentuk yang lebih matang, meletakkan perjuangan ke dalam konteks kebangkitan nasional, negara dan bangsa. Pengembangan Mandrasah NWDI wujud Zainuddin muda meletakkan konteks perjuangan dalam skala lebih luas. Meletakkan perjuangan yang dilakukan di Lombok, sebagai bagian dari apa yang sedang diperjuangkan seluruh rakyat Nusantara. Nama ini juga merefleksikan suasana psikologis dan kondisi sosial saat itu, terutama yang berkaitan dengan semangat
patriotisme dan perlawanan terhadap penjajah. Nama ini juga memberikan semangat untuk mencerdaskan masyarakat yang sedang terpuruk dan terbelakang melalui pendidikan.[10]

Persepsi terhadap Keteladanan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Meningkatkan Semangat Nasionalis-Religius Generasi Muda

Persepsi penulis terhadap keteladanan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam meningkatkan semangat Nasionalis dan Religius generasi muda yaitu berdasarkan fakta sejarah yang didapatkan melalui biografinya. Dalam presepsi penulis, ada 5 (lima) nilai keteladanan dari biografi pahlawan nasional tersebut yang bisa diambil sebagai motivasi generasi muda dalam meningkatkan semangat Nasionalis dan Religius. Ke lima hal tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Inisiatif

Dulu dalam menghadapi para penjajah, para pahlawan turun ke medan perang tidak dengan perintah atau isntruksi dari siapapun. Jiwa mereka terpanggil untuk ikut andil dalam perang kemerdekaan demi mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.[11] Begitu pula dengan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang tanpa pamrih berinisiatif dalam memutus mata rantai kebodohan dengan membuka sekolah atau madrasah bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya di Pulau Lombok. Hal ini bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari, yaitu inisiatif.

Mungkin permasalahan yang masih banyak dalam kehidupan sehari-hari kita adalah kurangnya inisiatif. Mulai dari contoh kecil saja, misal kita melihat sampah di lingkungan sekolah, sebenarnya kita sangat mampu untuk mengambil sampah tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Tapi, karena tidak adanya inisiatif dari diri generasi muda, maka pekerjaan yang sangat mudah itu tidak bisa dilakukan. Contoh tersebut merupakan contoh kecil, jika inisiatif kita terpakan pada hal lebih besar, maka hal tersebut akan berdampak besar bagi kebersihan lingkungan sekolah.

2. Optimis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun